Sabtu, 30 Mei 2020

5 Obat yang Dipercaya Bisa Atasi Corona, Termasuk Obat Malaria Klorokuin

Sejak virus corona COVID-19 menyebar ke seluruh dunia, para ilmuwan di berbagai negara telah berlomba-lomba untuk menemukan obat atau vaksin dari penyakit ini. Beberapa negara pun mengaku telah berhasil menemukan obat dari penyakit yang telah menginfeksi lebih dari 160.000 orang di dunia.
Namun menurut dr Dyah Agustina Waluyo, Sekretaris Satgas Virus Corona COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), hingga saat ini sebenarnya belum terdapat obat yang spesifik untuk mengobati virus ini termasuk klorokuin.

"Belum ada obat khusus untuk virus ini. Semuanya diobati sesuai gejala. Demam diberi obat demam, pilek batuk diberi obat pilek batuk, kalau dia sampai gagal napas ya tentu pakai ventilator," ungkap dr Dyah di Sekretariat PB IDI, Jakarta, Senin (16/3/2020).

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut adalah 5 riset atau penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari beberapa negara dalam menemukan obat virus corona.

1. Tocilizumab
Tocilizumab atau yang lebih dikenal sebagai obat radang sendi dipercaya dapat membantu proses penyembuhan pasien virus corona. Hal ini dibuktikan dengan penelitian dan uji klinis yang dilakukan oleh ilmuwan di China kepada pasien dan telah menunjukkan hasil yang positif.

Ketika diuji coba obat ini memberikan efek memperbaiki kerusakan paru akibat virus. Namun, sayangnya obat ini belum mendapatkan persetujuan dari National Medical Product Administration untuk dipakai pada pasien virus corona.

2. Remdesivir
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mengatakan bahwa remdesivir memiliki potensi kemanjuran klinis terhadap virus Ebola dan infeksi filovirus. Selain itu, obat ini juga sebelumnya sempat digunakan dalam pengobatan SARS, dan terbukti efektif dalam proses penyembuhan pasien.

Ketika dilakukan penelitian melalui uji coba laboratorium oleh para ilmuwan di China, Remdesivir menunjukkan hasil yang positif untuk melawan virus corona. Bahkan China telah mengajukan hak paten obat ini pada 21 Januari kemarin.

3. Favilavir
Pada Minggu (16/2) lalu, pemerintah Taizhou di Provinsi Zhejiang, China mengumumkan bahwa favilavir sebagai antivirus untuk virus corona dan menjadikannya sebagai obat COVID-19 pertama yang telah disetujui secara sah.

4. Klorokuin fosfat
Wakil Kepala Pusat Pengembangan Bioteknologi Nasional China, Sun Yanrong dalam konferensi pers, pada Selasa (18/2), menyatakan klorokuin mempunyai efek penyembuhan tertentu pada penyakit virus corona. Hal ini diketahui setelah dilakukannya berbagai macam uji klinis di rumah sakit di China.

Bahkan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil pun mendukung para akademisi dan lembaga di Jawa Barat khususnya untuk meneliti dan mengembangkan klorokuin fosfat sebagai obat virus corona.

5. Actemra
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Iran mengumumkan bahwa pengujian obat 'actemra' pada pasien virus corona dengan gejala berat, telah menunjukkan hasil yang positif. Tak tanggung-tanggung menurutnya obat tersebut bisa menurunkan gejala dari penyakit ini hanya dalam waktu 48 jam.

Kemenkes Iran pun menjelaskan uji coba actemra akan terus dilakukan kepada beberapa pasien lainnya. Apabila Efek yang dihasilkan relatif baik pada setiap pasien, actemra akan dimasukkan ke dalam daftar obat-obatan negara.
http://cinemamovie28.com/death-note-episode-10/

Kasus Corona RI Meningkat, Begini Mengatasi Keterbatasan Ruang Isolasi

Hari ke hari, jumlah pasien virus corona COVID-19 di Indonesia kian bertambah. Sampai hari ini, jumlah pasien positif sudah mencapai angka 134 orang.
Dalam perawatannya, orang yang sudah ditetapkan sebagai pasien dalam pengawasan (PDP) atau pasien positif wajib untuk dirawat di ruang isoasi. Namun, jumlah ruang isolasi di beberapa rumah sakit rujukan, salah satunya Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso terbatas.

Saat jumlah pasien terus bertambah seperti ini, apa yang akan dilakukan?

Juru bicara pemerintah dalam penanganan virus corona, dr Achmad Yurianto mengatakan di tengah ledakan jumlah pasien seperti ini pola isolasi yang berlaku akan berubah. Bukan lagi berbasis terminologi lama, yaitu satu orang yang menempati satu ruang isolasi.

"Kita sudah mengatakan, bahwa pola isolasi ini tidak lagi berbasis pada terminologi lama. Yang di mana satu orang satu tempat tekanan negatif (isolasi), kecuali atas indikasi permintaan kondisi fisiknya seperti itu," jelas dr Yuri saat konferensi pers di RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, Senin (16/3/2020).

"Kita akan membuat suatu ruangan, bisa saja beberapa orang ditaruh di sana. Tetapi, kita yakini semuanya positif COVID-19," imbuhnya.

dr Yuri menjelaskan, ide ruangan isolasi untuk beberapa pasien ini terinspirasi dari China. Di China, ruangan besar seperti gymnastic hall diisi banyak tempat tidur yang isinya tentu pasien dengan positif COVID-19.

Menurut dr Yuri, selama ini pasien yang masuk ke ruang isolasi sebagai PDP ataupun pasien positif datang dalam keadaan baik. Ia mengatakan, sebenarnya pasien seperti itu tidak memerlukan hal-hal spesifik, seperti ruang isolasi itu.

"Memang ada 1-2 orang yang membutuhkan peralatan dan perawatan bantuan, kerena memang kondisinya sudah sangat tidak baik. Umumnya pasien tersebut datang dengan komorbid atau penyakit yang mendahului. Ini yang menjadi penting," kata dr Yuri.

5 Obat yang Dipercaya Bisa Atasi Corona, Termasuk Obat Malaria Klorokuin

Sejak virus corona COVID-19 menyebar ke seluruh dunia, para ilmuwan di berbagai negara telah berlomba-lomba untuk menemukan obat atau vaksin dari penyakit ini. Beberapa negara pun mengaku telah berhasil menemukan obat dari penyakit yang telah menginfeksi lebih dari 160.000 orang di dunia.
Namun menurut dr Dyah Agustina Waluyo, Sekretaris Satgas Virus Corona COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), hingga saat ini sebenarnya belum terdapat obat yang spesifik untuk mengobati virus ini termasuk klorokuin.

"Belum ada obat khusus untuk virus ini. Semuanya diobati sesuai gejala. Demam diberi obat demam, pilek batuk diberi obat pilek batuk, kalau dia sampai gagal napas ya tentu pakai ventilator," ungkap dr Dyah di Sekretariat PB IDI, Jakarta, Senin (16/3/2020).

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut adalah 5 riset atau penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari beberapa negara dalam menemukan obat virus corona.

1. Tocilizumab
Tocilizumab atau yang lebih dikenal sebagai obat radang sendi dipercaya dapat membantu proses penyembuhan pasien virus corona. Hal ini dibuktikan dengan penelitian dan uji klinis yang dilakukan oleh ilmuwan di China kepada pasien dan telah menunjukkan hasil yang positif.

Ketika diuji coba obat ini memberikan efek memperbaiki kerusakan paru akibat virus. Namun, sayangnya obat ini belum mendapatkan persetujuan dari National Medical Product Administration untuk dipakai pada pasien virus corona.

2. Remdesivir
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mengatakan bahwa remdesivir memiliki potensi kemanjuran klinis terhadap virus Ebola dan infeksi filovirus. Selain itu, obat ini juga sebelumnya sempat digunakan dalam pengobatan SARS, dan terbukti efektif dalam proses penyembuhan pasien.

Ketika dilakukan penelitian melalui uji coba laboratorium oleh para ilmuwan di China, Remdesivir menunjukkan hasil yang positif untuk melawan virus corona. Bahkan China telah mengajukan hak paten obat ini pada 21 Januari kemarin.

3. Favilavir
Pada Minggu (16/2) lalu, pemerintah Taizhou di Provinsi Zhejiang, China mengumumkan bahwa favilavir sebagai antivirus untuk virus corona dan menjadikannya sebagai obat COVID-19 pertama yang telah disetujui secara sah.
http://cinemamovie28.com/death-note-episode-6/