Kamis, 30 Januari 2020

Lewat Consumer Selling, Kemenpar Tarik Turis Timor Leste ke Bali

Indonesia Consumer Selling 2019 akan kembali digelar pada awal bulan depan. Tepatnya tanggal 3-5 Mei mendatang, di Timor Plaza Dili, Republik Demokrasi Timor Leste. Sejumlah travel agent tetap akan terlibat dalam kegiatan ini.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani mengatakan, Indonesian Consumer Selling kali ini masih menawarkan paket wisata ke Pulau Dewata, Bali. Sebagai salah satu daerah wisata prioritas, Bali tetap menjadi magnet yang sangat kuat untuk mendatangkan wisman.

"Saya berharap warga Timor Leste bisa manfaatkan kesempatan terbaik ini. Sebab, pada kegiatan Consumer Selling akan ditawarkan paket wisata dengan harga miring. Lebih murah dibanding paket reguler di hari biasa," ujarnya dalam keterangannya, Sabtu (4/5/2019).

Menurutnya, Bali menjadi daerah prioritas bagi wisman asal Dili. Sebagai pendukung kemajuan pariwisata, aksesibilitas pun sudah ter-cover dengan baik. Perjalanan dari Dili ke Bali bisa dilayani dengan mudah melalui jalur udara.

Rizki optimis Indonesian Cunsomer Selling kali ini mampu menarik banyak peminat. Dengan banyaknya travel agent yang bergabung, ia yakin akan banyak pula menyerap wisman asal Dili untuk diajak berlibur ke Bali.

"Kita akan maksimalkan kegiatan tersebut sehingga diharapkan hasil yang dicapai pun bisa lebih optimal. Acara sudah dibuka sejak pukul 10.00 pagi waktu setempat, dan akan ditutup pada pukul 18.00," jelasnya.

Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Ricky Fauziyani menambahkan, acara akan dipandu dua MC kondang asal Timor Leste, yaitu Domilino Jose C.A Marques dan Lizete Lucas. Selama kegiatan berlangsung, panitia akan menyuguhkan beberapa tarian bali. Antara lain Tari Janger, Tari Pendet, Tari Cendrawasih, dan Tari Medley Nusantara.

"Tari Janger adalah tari kreasi asal Bali yang disajikan untuk menghibur para tamu internasional yang berkunjung ke Indonesia. Tarian ini biasanya disajikan oleh 2-4 penari. Tarian ini menggambarkan keindahan dan keramahan Indonesia, khususnya masyarakat Bali," ungkapnya.

Sementara Tari Pendet, melambangkan penyambutan keturunan para dewa ke dunia alami. Lambat laun, seiring perkembangan zaman, seniman Bali mengubah Pendet menjadi 'salam selamat datang', sambil tetap mengandung unsur sakral-religius. Pencipta atau koreografer bentuk tarian modern ini adalah I Wayan Rindi.

Menyasar kekayaan Papua, Tari Cendrawasih adalah tarian yang mengangkat tema atau kisah sepasang burung cendrawasih yang sedang bercinta. Namun, jika dipahami lagi, tarian ini secara eksplisit memiliki makna filosofis tentang keindahan pulau Bali yang tak tertandingi. Baik dari segi keindahan alam maupun budaya.

"Beda lagi dengan Tari Medley Nusantara. Tarian ini merupakan representasi budaya dari beragam budaya di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Keragaman ini menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia," tegasnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengungkapkan, digelarnya Consumer Selling di Dili menjadi langkah tepat untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara, khususnya dari Timor Leste ke Bali. Sebab, sejauh ini wisman dari negara tersebut menjadi salah satu yang terbanyak mengunjungi Indonesia.

"Berdasarkan data BPS bulan Januari 2019, wisatawan Timor Leste menempati posisi tiga terbanyak yang berkunjung ke Bali, yaitu 142,31 ribu atau 12,29 persen. Jelas sekali bahwa Timor Leste menjadi salah satu pasar potensial yang harus tetap dijaga dan diperjuangkan," tandasnya.

Dugderan, Cara Semarang Kabarkan Datangnya Bulan Puasa

Tiap daerah di Indonesia punya cara sendiri untuk mengabarkan datangnya bulan suci ramadhan. Kalau Semarang lakukan Dugderan untuk menandai hadirnya ramadhan.

Dugderan kembali digelar untuk mengabarkan akan masuk bulan Ramadhan di Kota Semarang. Tradisi tua ini tak lekang oleh waktu meski teknologi canggih sudah mempermudah orang untuk menyebar kabar.

Bedug dan petasan masih digunakan sebagai alarm untuk mengiringi prosesi sakralnya seperti kala pertama digelar sekitar tahun 1881. Tahun ini Dugderan makin semarak karena menjadi salah satu rangkaian acara HUT Kota Semarang ke 472.

Ada yang beda dari tahun sebelumnya yaitu kehadiran patung Warak Ngendog setinggi 6 meter yang diarah. Warak merupakan hewan fantasi yang menyimbolkan kerukunan etnis si Ibu Kota Jawa Tengah itu. Hal tersebut terlihat dari kepala Naga menyimbolkan etnis Tionghoa, badan Unta memyimbolkan Arab, dan kaki Kambing menyimbolkan Jawa.

"Yang berbeda dari tahun sebelumnya, ada pemecahan rekor Warag setinggi 6 meter. Untuk prosesimya sama," kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi kepada detikcom sebelum acara dimulai, Sabtu (4/5/2019).

Hendrar atau yang akrab disapa Hendi dalam prosesi itu berperan sebagai Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat. Di halaman Balai Kota Semarang ia menabuh bedug sebagai penanda akan masuk bulan Ramadhan.

Kanjeng Bupati kemudian menaiki kereta kencana menuju Masjid Agung Kauman Semarang yang bersejarah. Dalam perjalanan itu diiringi karnaval dengan peserta yang cukup banyak.

Kemudian prosei masuk ke inti dari Dugderan yaitu penyerahan Suhuf Halaqoh dari alim ulama Masjid Kauman kepada Kanjeng Bupati Arya Purbaningrat. Suhuf Halaqof itu dibacakan kemudian dilakukan pemukulan bedug disertai suara petasan meriam. Dua suara itulah yang menjadi cikal bakal nama acara Dugderan yaitu "dug, dug, dug," suara bedug dan "der, der, der," suara meriam.

"Rombongan bersama OPD perjalanan ke Masjid Agung Kauman. Salat Asar di sana kemudian membacakan Suhuf Qalaqah," pungkas Hendi.

Sebelum meninggalkan Masjid Kauman, Wali Kota akan membagikan kue khas Semarang, Ganjel Rel dan air Khataman Al Quran. Maknanya, warga harus merelakan hal-hal yang mengganjal ketika memasuki bulan Ramadhan, dan hati harus bersih maka diminumi air Khataman Al Quran.

Prosesi masih berlanjut, rombongan Wali Kota akan berjalan menuju Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) untuk menyerahkan Suhuf Halaqoh kepada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo selaku Raden Mas Tumenggung Probohadikusuma untuk diumumkan ke warga Jawa Tengah akan memasuki bulan Ramadhan.

Hendi merasa tradisi tersebut memiliki makna penting yaitu kerukunan warga yang terjalin serta nguri-uri budaya yang tetap terjaga. Apalagi sebenarnya untuk mengabarkan akan masuk bulan Ramadhan bisa dengan memanfaatkan teknologi yang praktis, tapi cara kuno itu masih tetap dijaga.

"Sangat penting pesannya untuk kota metropolitan ini karena tidak pernah lupa nguri budaya, ini sudah dilakukan sejak bupati pertama terus dari tahun ke tahun. Meski kata orang generasi milenial cukup WA ngabari Ramadhan tiba, kita tetap dengan dugderan," tutup Hendi.