Sabtu, 26 September 2020

Jarang Terungkap, Kisah Dokter Tiap Hari Swab Test Pasien Corona di Indonesia

  Pada Hari Kartini ini ada banyak tenaga medis wanita di Indonesia yang ikut menjadi bagian dari garda terdepan penanganan virus Corona. Salah satunya dokter wanita ini yang kesehariannya menangani swab test pasien Corona.


Swab test merupakan salah satu bentuk pencegahan penyebaran virus Corona sejak dini. Swab test merupakan pemeriksaan cairan yang diambil melalui hidung dan tenggorokan pada mereka yang berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP).


Swab test inilah yang menjadi tugas sehari-hari dr. Nieza Femini Rissa, seorang residen dokter tahap akhir di Departemen THT-KL (Telinga, Hidung, dan Tenggorokan - Kepala Leher) FKUI-RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Dokter Nieza melakukan pekerjaan tersebut sejak 31 Maret 2020.


Setiap hari bekerja dengan bertemu ODP dan PDP Corona, awalnya selalu ada perasaan cemas dalam diri dr. Nieza. Apalagi ketika dia pertamakalinya bertugas dengan memakai APD (alat pelindung diri) level 3, yang sangat lengkap dan melakukan swab test pada pasien PDP di IGD RSCM.


"Pada saat itu, kami sebagai tenaga medis juga memiliki kekhawatiran terpapar virus SARS-CoV-2. Jika tertular namun tidak memiliki gejala, kami pun sangat takut dapat membawa virus tersebut dan menularkan ke keluarga kami di rumah," ujarnya saat berbincang dengan Wolipop melalui sambungan telepon Senin (20/4/2020).

https://cinemamovie28.com/gone/


Dokter Nieza menjelaskan kenapa dia dan timnya dalam bekerja harus memakai APD level 3. "Karena prosedur swab yang kami lakukan merupakan aerosole generating procedure, oleh karena itu kami harus menggunakan APD dengan level proteksi tertinggi, yaitu APD level 3. Apalagi pemeriksaan telinga, hidung, tenggorokan dilakukan dalam jarak sangat dekat dengan pasien. APD tersebut terdiri dari apron, head cap, masker N95, masker surgical, goggle, face shield, hazmat gown, boots, dan shoe caps," jelas dokter yang akrab disapa Ney itu.


Meski sudah memakai APD lengkap dan banyak melakukan swab test, kekhawatiran tetap ada dalam diri dr. Nieza. Apalagi ketika dia pulang ke rumah dan bertemu keluarga.


"Tetap ada kekhawatiran tertular walaupun sudah melakukan prosedur ini beberapa kali. Khawatir membawa penyakit ini ke keluarga di rumah juga selalu ada," katanya,


Meski demikian, rasa khawatir itu tak menghalangi dr. Nieza untuk bekerja semaksimal mungkin. Kekhawatiran itu juga yang mendorongnya untuk selalu lebih hati-hati saat bekerja.


"Di balik itu, saya sangat senang, bahwa yang saya kerjakan, dengan segala risiko yang ada, dapat membantu kita untuk melewati masa sulit ini," ucap dr. Nieza.


Setiap hari berhadapan dengan PDP dan ODP Corona, dr. Nieza mengatakan kesulitan terbesarnya adalah saat harus melakukan swab test pada anak-anak. "Pasien anak-anak itu biasanya tidak kooperatif sehingga membuat prosedur sulit dilakukan. Ditambah lagi, test kit yang terbatas sehingga kita tidak boleh keliru dalam pengambilan swab," ujarnya. Meski demikian, dr. Nieza yang juga seorang ibu itu bisa memahami kenapa anak-anak sulit untuk bisa kooperatif saat diperiksa.


Dengan segala risiko yang harus dihadapinya setiap hari, dr. Nieza tetap semangat melakukan pekerjaannya. Apa yang dilakukannya ini pun bisa jadi inspirasi untuk kita semua dan ikut membantu tenaga medis dengan mengikuti berbagai anjuran pemerintah agar virus Corona ini bisa segera teratasi.


"Walaupun kita saat ini sedang ada di masa yang sulit dan kadang putus asa, tetapi tetap percaya bahwa kita tidak sendirian. Tetap positif dan percaya bahwa sekecil apapun bantuan yang kita kerjakan sangat berpengaruh untuk kita dapat melewati pandemi ini. Kerja dengan hati-hati dan sesuai prosedur sera terus berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kita selalu berada di dalam lindungan-Nya," demikian dr. Nieza berpesan untuk sesama rekannya tenaga medis.

https://cinemamovie28.com/fearless-hyena/

Pria Pekalongan Nikahi Wanita Idap Kelainan Wajah, Bukti Cinta Tak Lihat Rupa

  Cinta memang sejatinya tak memandang fisik semata. Seperti yang terjadi oleh pasangan asal Pekalongan, Jawa Tengah ini mengikat janji suci pernikahan, meskipun mempelai wanita memiliki kelainan fisik.

Pengguna Facebook dengan nama Wong Paling Sabar Dewe mencuri perhatian setelah mengunggah foto-foto pernikahannya. Pria bernama Abdu ini berbagi momen bahagianya dengan sang istri yang memiliki kelainan fisik.


Istri Abdu, Ani memiliki kelainan pada mata bagian kiri dengan timbulnya benjolan cukup besar. Meskipun Ani memiliki kelainan fisik pada wajahnya, Abdu tak malu berbagi kemesraan dengan sang istri di media sosial.


"Sampai rambutku memutih, nggak bakal luntur cintaku," tulis Abdu dalam bahasa Jawa di akun Facebooknya.


Banyak netizen kagum dengan cinta antara Abdu dan Ani yang tak terbatas dengan penampilan fisik. Tak sedikit dari mereka mendoakan agar pernikahan keduanya tetap langgeng hingga maut memisahkan.


"Semoga bahagia," komentar netizen.


"Semoga jodoh sampai ke surga," doa netizen.


"Semoga terus happy sampai surga ya mbak dan masnya," tambah lainnya.

https://cinemamovie28.com/evolution/


Jarang Terungkap, Kisah Dokter Tiap Hari Swab Test Pasien Corona di Indonesia


 Pada Hari Kartini ini ada banyak tenaga medis wanita di Indonesia yang ikut menjadi bagian dari garda terdepan penanganan virus Corona. Salah satunya dokter wanita ini yang kesehariannya menangani swab test pasien Corona.


Swab test merupakan salah satu bentuk pencegahan penyebaran virus Corona sejak dini. Swab test merupakan pemeriksaan cairan yang diambil melalui hidung dan tenggorokan pada mereka yang berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP).


Swab test inilah yang menjadi tugas sehari-hari dr. Nieza Femini Rissa, seorang residen dokter tahap akhir di Departemen THT-KL (Telinga, Hidung, dan Tenggorokan - Kepala Leher) FKUI-RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Dokter Nieza melakukan pekerjaan tersebut sejak 31 Maret 2020.


Setiap hari bekerja dengan bertemu ODP dan PDP Corona, awalnya selalu ada perasaan cemas dalam diri dr. Nieza. Apalagi ketika dia pertamakalinya bertugas dengan memakai APD (alat pelindung diri) level 3, yang sangat lengkap dan melakukan swab test pada pasien PDP di IGD RSCM.


"Pada saat itu, kami sebagai tenaga medis juga memiliki kekhawatiran terpapar virus SARS-CoV-2. Jika tertular namun tidak memiliki gejala, kami pun sangat takut dapat membawa virus tersebut dan menularkan ke keluarga kami di rumah," ujarnya saat berbincang dengan Wolipop melalui sambungan telepon Senin (20/4/2020).


Dokter Nieza menjelaskan kenapa dia dan timnya dalam bekerja harus memakai APD level 3. "Karena prosedur swab yang kami lakukan merupakan aerosole generating procedure, oleh karena itu kami harus menggunakan APD dengan level proteksi tertinggi, yaitu APD level 3. Apalagi pemeriksaan telinga, hidung, tenggorokan dilakukan dalam jarak sangat dekat dengan pasien. APD tersebut terdiri dari apron, head cap, masker N95, masker surgical, goggle, face shield, hazmat gown, boots, dan shoe caps," jelas dokter yang akrab disapa Ney itu.


Meski sudah memakai APD lengkap dan banyak melakukan swab test, kekhawatiran tetap ada dalam diri dr. Nieza. Apalagi ketika dia pulang ke rumah dan bertemu keluarga.

https://cinemamovie28.com/the-tears-of-the-great-sage/