Kamis, 19 Desember 2019

Al Mashun, Masjid Tua Antik dan Cantik di Medan

Medan seperti tak ada habisnya untuk ditelusuri. Kamu yang suka wisata sejarah atau heritage tak akan melewatkan tempat yang satu ini, Masjid Al Mashun.
Pembangunan Masjid Al- Mashun dimulai pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H) oleh Sultan Ma'mun Al- Rasyid Perkasa Alam Shah, Pemimpin Kesultanan Deli pada masa itu. Secara keseluruhan, pembangunan selesai pada tanggal 10 September tahun 1909, artinya pembangunan membutuhkan waktu 3 tahun lebih.

Masjid Raya Al- Mashun meninggalkan banyak sejarah di dalamnya. Masjid ini berlokasi tak jauh dari pusat kota Medan ini terletak di Jalan Sisingamangaraja No.61 Medan Maimun.

Dilansir dari situs Kemenag, masjid yang luas bangunannya sampai 5.000 meter persegi menelan biaya pembangunan mencapai satu juta Gulden. Kemudian Masjid ini juga ini memiliki daya tampung hingga 1.500 jamaah. Masjid yang dibangun di atas lahan seluas 18.000 kini sudah memasuki usia satu abad lebih, tepatnya berumur 113 Tahun.

Menurut sejarahnya, Sultan Ma'mun Al-Rasyid memang sengaja membangun Masjid ini dengan megah, karena menurut prinsip nya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan Istananya sendiri, yakni Istana Maimun yang berjarak 200m dari Masjid. Kemudian, pembangunan Masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan Ma'mun Al- Rasyid, namun konon katanya Tjong A Fie, tokoh saudagar kaya dari etnis Tionghoa ini pun turut berkontribusi dalam pendanaan pembangunan Masjid Raya ini.

Pada mulanya, arsitek yang merancang bangunan Masjid Raya ini merupakan Van Erp arsitek asal Belanda yang sebelumnya juga merancang Istana Maimun, namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Alasanya karena ketika itu Van Erp dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah. Kemudian JA Tingdeman merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa dan Melayu serta Timur Tengah.

Bangunan masjid dibagi menjadi beberapa ruang. Ada tempat wudhu, gerbang masuk, ruang utama, dan menara. Ruang utama, tempat sholat berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat beranda yakni serambi kecil yang menempek menjorok keluar. Di bagian dalam masjid terdapat pilar utama berdiameter 0.60 m yang menjulang tinggi.

Masjid Raya Al- Mashun didominasi warna putih, sekitar bagian pintu-pintu berwarna hijau dan warna hitam pada kubahnya. Pilar-pilar yang terdapat pada setiap sisi bangunan untama mengambil corak khas Cordoba dan spanyol, terutama dengan lekung bagian atas yang berbentuk setengah lingkaran.

Untuk membangun Masjid Raya Al- Mashun banyak dekorasi yang diimpor dari mancanegara seperti marmer dari Italia, kaca patri asal China, dan lampu gantung dari Prancis. Seriap ornamen dihiasi dengan ukiran-ukiran indah bermatif floral atau geometris.Keindahan Masjid Raya Al-Mashun dan Istana Maimun menandakan tingginya peradaban Kesultanan Deli, sebagai suatu kedaulatan etnis Melayu yang sempat berjaya pada zaman lampau.

Rabu, 18 Desember 2019

Kisah Pendakian Gunung Kembang, Adiknya Gunung Sindoro

Akhir pekan memang waktu yang cocok buat mendaki gunung. Di Wonosobo, para pecinta alam bisa coba mendaki Gunung Kembang, 'adiknya' Gunung Sindoro.

Horee.. Musim kemarau sudah datang. Setelah menunggu hampir 6 bulan penuh, akhirnya bisa naik gunung lagi. Kali ini kita mau ke Gunung Kembang, adeknya Sindoro.

Setelah pembahasan detail logistik dan peralatan di WA Grup, kami masing-masing dari rumah berangkat sendiri dan baru berkumpul di Basecamp Blembem.

Gunung Kembang setinggi 2340 mdpl ini secara administratif berada di Kaliurip, Desa Kembarkasian, Kecamatan Kretek, Wonosobo.

Basecampnya sendiri berada di tengah kawasan kebun teh yang ijo adem, dan katanya bangunan Basecamp dulunya adalah tempat penampungan hasil panen kebun teh.

Meski dulunya kental dengan aura mistis, tahun 2018 Jalur Pendakian Gunung Kembang Via Basecamp Blembem resmi dibuka.

Info Penting:

DI BASECAMP BLEMBEM SEMUA LOGISTIK PENDAKIAN DIDATA DETAIL!

Berapa batang rokok yang dibawa, berapa jumlah sachet yang dibawa, berapa bungkus sayuran yang dibawa dan bahkan berapa butir permen yang dibawa.

INI SERIUS!

Jadi nanti, saat pengambilan ID, sampah dan puntung rokok akan disesuaikan dengan data yang sama-sama ditandatangani antara ketua team dan auditor.

Pendaki DILARANG KERAS membawa botol air mineral dan tisu basah.

Sebagai gantinya kita bisa sewa jerigen 5 literan @ 2K.

Don't event think to break this rule!

Satu, karena memang bagus biar para pendaki jadi disiplin menghargai alam.

Dua, dendanya bikin lemes dengkul broo.

Setiap pelanggaran akan didenda sebesar Rp 1.025.000.

BASECAMP- ISTANA KATAK - KANDANG CELENG

Setelah semua beres. Jam 7 malam kami berangkat. Bersebelas kami menyusuri kebun teh dengan jalur yang masih nanjak tipis. Bingung juga nyari dimana Istana Katak.

Entah terlewat atau memang tidak melewati, kami lanjut jalan hingga sekitar jam 9.30 malam kami baru sampai di POS KANDANG CELENG. Yang juga menandai batas Kebun teh dengan hutan.

KANDANG CELENG - LILIPUT

Jam 10, kami berangkat mengarah ke Pos Liliput. Kondisi hutan yang masih rapat dan trek yang mulai nanjak harus kami lalui. Konon di hutan ini masih banyak Celeng.

Jadi tidak disarankan untuk ngecamp di hutan antara Kandang Celeng dan Sabana. Sekitar 40 menit kemudian kami baru sampai di Pos Liliput.

LILIPUT - SIMPANG 3

Berupa area datar yang ditandai dengan adanya persimpangan tiga arah yang dulu dipakai untuk pembukaan jalur. Ambil jalur lurus nanjak. Kondisi hutan semakin lebat. Pos ini berjarak sekitar 30 menit jalan santai dari Liliput.

SIMPANG 3 - AKAR

Jalur semakin menanjak dengan hutan yang masih lebat. Bintang tidak tembus di sini saking rapetnya hutan. Ditambah dengan banyaknya lumut dan akar pohon yang melintang, menjulur cukup untuk membuat kita lebih waspada. Berjarak sekitar 20 menit jalan santai dari Simpang 3.

AKAR - SABANA

Jalur semakin menanjak. Bintang mulai terlihat, pertanda Pos Sabana sudah dekat. Disini, beberapa dari kami mulai kepayahan. Kondisi ini mengharuskan kami untuk ngecampdi pos Sabana.

Selain di Puncak,Camp Arealain yang disarankan di Gunung Kembang hanya di Area Sabana.

Kami sampai di Sabana sekitar jam 00.10 dini hari. Dengan kondisi trek yang lumayan curam, sangat sulit menemukan lokasi ngecampyang memang sangat terbatas.

Dengan suhu yang sangat dingin, kami masih harus bertarung dengan kantuk untuk mendirikan 3 tenda. Bagi tugas masak air dan set tenda, sekitar jam 1 tepat kami sudah siap istirahat.

Satu tenda keburu kebawa team yang langsung summit dan ngecamp di pucuk.

SABANA - TANJAKAN MESRA

Dingin menyapa kami bersama cahaya matahari pagi yang menyinari area kejauhan. Apes, ternyata kita pas di posisi umbra Gunung Sindoro. Sinar matahari otomatis kehalang body Gunung Sindoro.

Dingin juga belum beranjak, masih setia nunggu sinar matahari untuk pergi. Prepare dan masak air untuk segelas teh panas, baru sekitar jam 7 kami berangkat naik.

Mulai dari depan tenda, trek terlihat horor nanjak. Dan benar saja, sampai sekitar setengah jam berikutnya kami baru tiba di Pos Tanjakan Mesra yang ditandai dengan jalur menanjak dengan tali terpasang sebagai pegangan.