Sabtu, 21 Desember 2019

5 Alasan Kamu Harus Mampir ke Pantai Bentar

Probolinggo, salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Timur, memiliki banyak destinasi wisata. Salah satu destinasi yang dimiliki adalah Pantai Bentar. Tetapi jangan terkecoh dengan kata "Bentar" di sini. Justru saat kamu mengunjungi Pantai Bentar, rasanya kamu malah ingin berlama-lama menikmati sepoi angin dan berfoto sebanyaknya.
Untuk kamu yang ingin bepergian menuju Banyuwangi atau Bali melalui Kota Surabaya, dan melewati Kabupaten Probolinggo, tidak ada salahnya untuk mampir ke Pantai Bentar. Berdasarkan pengalaman, kami yang sebenarnya ingin berlibur ke Banyuwangi tetapi kami menyempatkan diri istirahat sejenak di pantai Bentar dan menikmati sunrise di pinggir pantai.

Pantai Bentar merupakan salah satu wisata favorit yang berada di kabupaten Probolinggo. Pantai yang memiliki kekhasan dengan jembatan panjang lebih kurang 50 meter ini terus didatangi pengunjung lokal maupun mancanegara. Ketika tiba di pantai sekitar pukul 5.30 pagi setelah melaksanakan salat subuh di masjid yang tidak jauh dari pantai, suasana masih cukup gelap. Tapi sudah ada beberapa pengunjung yang juga menanti sunrise di pinggir pantai. Menurutku itu salah satu alasan alasan kenapa Pantai Bentar harus kamu kunjungi ketika ke Probolinggo. Nah, apa saja alasan kamu harus mampir ke Pantai Bentar?

1. Spot foto favorit

Ya pantai Bentar memiliki spot poto favorit yakni jembatan panjang yang terbentang dari pinggir pantai sepanjang 50 meter. Jembatan ini menjadi spot favorit bagi pengunjung tak terlepas muda ataupun tua. Tak hanya jembatan, terdapat beberapa pondokan yang bisa dimanfaatkan, bukan hanya untuk foto-foto tapi juga duduk santai sejenak menikmati angin sepoi-sepoi dari laut.

2. Wahana bermain anak

Untuk kamu yang berkunjung ke Pantai Bentar dan membawa anak anak atau balita, pantai ini juga menyediakan wahana bermain dan kolam renang anak. Jadi tidak perlu khawatir anak akan bosan saat berkunjung ke pantai Bentar.

3. Sampan nelayan

Pantai Bentar juga menyediakan fasilitas sampan nelayan yang bisa disewa untuk mengelilingi kawasan pantai Bentar. Bahkan pada musim tertentu, pengunjung bisa menyewa sampan dan melihat bayi-bayi Hiu!

4. Sunrise dan sunset favorit

Bagi kamu yang ingin mengunjungi pantai Bentar mungkin bisa mempertimbangkan dua waktu ini. Momen sunrise dan sunset di Pantai Bentar sangat diminati dan diburu oleh para fotografer. Jadi jangan lupa bawa kamera atau hape andalan untuk merekam momen terbaik ini. Untuk kamu yang ingin berburu sunrise, datanglah lebih awal sebelum waktu fajar terbit ya.

5. Lokasi strategis

Pantai Bentar berada di lokasi yang cukup strategis yakni di jalan Pantura, Mayangan, Karanganyar, Curahsawo, Gending, Probolinggo, Jawa Timur.

Jadi, yuk jadikan Pantai Bentar sebagai referensi destinasi jika berkunjung atau melewati Probolinggo.

Kisah Wamena dan Nama yang Salah Kaprah

Nama suatu daerah di Indonesia biasanya memiliki arti. Termasuk Wamena di Papua, yang arti nama sebenarnya merupakan salah kaprah.

Selalu menarik untuk membahas Papua, baik dari segi kekayaan alam, keberagaman budaya dan adat istiadatnya. Kawasan paling timur Indonesia ini menyimpan banyak cerita yang menarik untuk disimak.

Salah satunya Wamena, suatu wilayah di Kabupaten Jayawijaya yang berada di Lembah Baliem, Pegunungan Tengah (masuk dalam rangkaian Pegunungan Jayawijaya). Wamena menyimpan banyak pesona.

Wamena terkenal dengan Festival Lembah Baliem, suatu festival yang menampilkan macam budaya suku Dani. Ada Tari Perang, Bakar Batu, dan lainnya.

Wamena pun punya mumi Papua. Mumi-mumi di sana menyimpan sejarah panjang, berusia ratusan tahun dan sebagai simbol tradisi.

Tapi tunggu, sebenarnya apakah arti nama Wamena sendiri?

detikcom mewawancarai Hari Suroto, seorang peneliti dari Balai Arkeologi Papua. Dari tahun 2008 bertugas di Papua, dia sudah malang melintang ke berbagai wilayah Papua untuk meneliti berbagai hal soal sejarah dan kebudayaan.

"Dulunya nama Wamena adalah Ahgamua. Ahgamua merupakan lembah yang sangat luas, subur dan indah serta dialiri Sungai Baliem," terang Hari kepada detikcom, Minggu (29/9/2019).

Festival Rogojembangan, Penyatuan 9 Sumber Mata Air Sarat Makna

Festival Rogojembangan yang digelar di Lapangan Sigeger Desa Kesimpar, Minggu (29/09/2019), berlangsung meriah. Tidak hanya pesta seni budaya atau kirab gunungan hasil bumi saja, ada juga penyatuan air yang diambil dari sembilan sumber mata di Petungkriyono.

Penyatuan dari sembilan sumber mata air Petungkriyono ini bermakna ajakan kepada warga untuk senantiasa menjaga lingkungan dan sumber mata air petung. Sembilan sumber mata air ini berada di masing-masing desa yakni Desa Curugmuncar, Gumelem, Kasimpar, Kayupuring, Simego, Songgodadi, Tlogohendro, Tlogopakis dan desa Yosorejo.

Dalam festival Rogojembangan kali ini Bupati Pekalongan Asip Kholbihi mengajak warga untuk senantiasa menjaga lingkungan agar sembilan mata air di Petungkriyono senantiasa ada kendati di musim kemarau seperti saat ini.

"Kita harus menjaga sembilan mata air di sembilan desa di Petungkriyono ini. Penyatuan sembilan mata air ini sebagai wujud tekad kita untuk menjaga satu sama lain sumber air yang ada," kata Asip.

Menurut Asip, menjaga kelestarian hutan dan kebersihan hutan juga akan menjaga sembilan sumber mata air tetap lestari dan bermanfaat bagi warga. "Ini kita rawat karena sebagai sumber kehidupan. Kabupaten Pekalongan adalah kabupaten yang memiliki sumber air baku di wilayah pantura."

Perlu diketahui, Kecamatan Petungkriono sendiri merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian antara 600-2100 Mdpl yang sebagian besar wilayanya merupakan dataran tinggi Pegunungan Serayu Utara dan Selatannya merupakan Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Kecamatan Petungkriono sendiri menjadi hulu dari tiga sungai besar yakni Sungai Wola, Kali Sengkarang, dan Sungai Kupang (Kali Pekalongan).

Penamaan Festival Rogojembangan sendiri terkait dengan adanya Gunung Rogojembangan yang berada di wilayah Petungkriyono. Nama Gunung Rogojembangan ini berasal dari nama seorang ulama yang menyebarkan agama di lokasi setempat.

"Syeh Rogojembangan ini sebutan untuk Syeh Abdulah seorang ulama besar yang menyebarkan agama disini (Petungkriyono)," Bupati Pekalongan Asip Kholbihi.

Sementara itu, acara puncak Festival sendiri berjalan meriah. Gunungan hasil bumi dan sembilan kendi yang berisi sembilan mata air diarak dari Kantor Kecamatan Petungkriyono menuju ke Lapangan Sigeger Desa Kesimpar hampir 1 km.

Setelah dilakukan doa bersama, gunungan hasil bumi baik buah-buahan maupun hasil pertanian lainnya langsung diperebutkan para pengunjung. Tidak hanya gunungan hasil bumi saja, air dari sembilan mata air yang telah disatukan dalam sebuah tempat pun menjadi rebutan warga.

"Iya biar berkah. Air ini kan penyatuan sembilan mata air. siapa tau berkah," Mundiroh (48) Warga Desa Gumelem.

Festival Rogojembangan ini sendiri dihadiri oleh ribuan warga yang tidak cuma berasal dari Petungkriyono tetapi juga dari kota-kota lain.

"Ya sejak semalem bermalem bersama teman-teman. Ingin menikmati suasana pegunungan juga sih," jelas Panda (19) pengunjung asal Kota Pekalongan.