Sabtu, 21 Desember 2019

Kepulauan Seribu Juga Punya KUA, Banyak yang Nikah di Sana?

Identik dengan pantai cantik, Kepulauan Seribu juga dihuni oleh penduduk. Di Pulau Tidung Besar misalnya, yang turut dilengkapi dengan KUA.

Fakta itulah yang dijumpai detikcom ketika berkunjung ke Pulau Tidung Besar pekan lalu. Di dalam destinasi yang identik dengan pantai, berdiri pula Kantor Urusan Agama (KUA) yang mengurusi pernikahan warga setempat.

Berlokasi di samping area pemakaman Pulau Tidung Besar, berdiri gedung KUA Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. detikcom pun datang bertamu pada Jumat pekan lalu (20/9/2019) dan disambut oleh Staff KUA Penyusun Bahan Kerumahtanggaan, Irwan.

Dijelaskan oleh Irwan, KUA Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan membawahi tiga kelurahan yang ada di sana. Tak hanya di Pulau Tidung, masyarakat yang diurus KUA ini tersebar di 5 pulau terpisah.

Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan sendiri tercatat memiliki 10 ribu warga. Namun, ternyata yang menikah di sana per tahunnya tidak banyak.

"Kalau yang daftar sedikit. Pernikahannya nggak sampai 100 per tahun," ujar Irwan.

Apabila diestimasi, dalam sebulan KUA Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan hanya melayani tujuh hingga delapan pasangan saja. Hanya dijelaskan, Irwan juga melayani siapa saja pasangan yang mau menikah tanpa melihat asalnya.

"Kalau ada yang di sini, kita layani kalau orang luar," ujar Irwan.

Itulah sedikit cerita tentang KUA di Kepulauan Seribu yang tak berbeda dengan di Jakarta. Mungkin ada traveler yang mau menikah lalu berwisata di Kepulauan Seribu?

Di Pulau Miangas, Jangan Coba-coba Sembarangan Petik Kelapa

 Kelapa mungkin jadi tanaman dianggap biasa. Tapi lain cerita dengan Miangas. Untuk ambil kelapa saja, kamu harus izin dari ketua adat.

Lain ladang lain belalang. Lain tempat, beda pula tradisinya. Inilah Miangas, pulau kecil di ujung utara Indonesia. detikcom bersama Bank BRI melakukan ekspedisi ke Miangas dan melihat langsung kehidupan masyarakatnya.

Ada banyak hal menarik yang bisa ditemui di Miangas. Cuaca ekstrem dan adat yang kental, membuat Miangas nyentrik.

Di artikel kali ini, saya masih akan membahas soal adat dan gaya hidup masyarakat Miangas. Adat yang akan dibahas adalah soal pohon kelapa.

Di daerah Indonesia lainnya, kelapa sangat mudah ditemui. Harganya pun sangat murah. Begitu pula dengan kelapa di Miangas. Tapi bukan itu yang akan dibahas.

Ini soal panen dan pelarangan panjat kelapa, namanya Eha. Eha adalah hukum panen kelapa di Pulau Miangas. Meski sebagian besar pulau ini terdiri dari pohon kelapa, tapi masyarakatnya punya aturan dalam memanen.

Dalam 3 bulan sekali, masyarakat Miangas akan panen raya buah kelapa. Sebelum tanggal yang ditetapkan, masyarakat tidak diperbolehkan untuk mengambil kelapa.

"Kegiatan ini diberlakukan untuk semua warga di pulau ini, yaitu pelarangan untuk mengambil kelapa," ujar Ismael Essing sebagai Mangkubumi 2 di Pulau Miangas.

Meski demikian, masyarakat masih bisa memetik kelapa dengan hari yang sudah disepakati. Biasanya waktu yang disepakati adalah hari Sabtu.

"Karena buah kelapa adalah kehidupan dari masyarakat Miangas. Dalam waktu 3 bulan sekali kemudian baru diadakan panen raya," ujar Ismael.

Masyarakat yang tidak mengikuti aturan atau kedapatan memetik pohon kelapa bisa kena sanksi adat. Meskipun itu dari kebunnya sendiri.

"Orang yang kedapatan memanjat dan mengambil kelapa akan diarak keliling kampung sambil memegang kelapa yang sudah dipetik. Sambil keliling kampung orang tersebut harus berteriak 'Jangan ikuti saya' karena sudah mencuri," ungkap Ismael.

Wah, ketat juga ya traveler. Tapi kembali lagi, karena kelapa adalah satu satu sumber kehidupan orang Miangas, ada syarat lain yang bisa diikuti.

"Jika ada keperluan tertentu untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak, masyarakat boleh mengambil buah kelapa dengan izin dari kepala desa dan ketua adat," jelas Mangkubumi 2.

Masyarakat Miangas terbilang telaten karena pengambilan buah kelapa masih menggunakan cara tradisional. Petani kelapa naik ke atas pohon dan memetik kelapa dengan parang.

Cara ini dianggap ampuh untuk membersihkan pohon kelapa. Karena kelapa yang dicungkil dari bawah hanya akan menghambat pohon kelapa kotor.

Kalau sudah di Miangas, cobalah untuk mencicipi kelapa asli pulau ini. Rasanya manis dengan sedikit sensasi soda. Benar-benar menyegarkan!

Jumat, 20 Desember 2019

Arab Saudi sudah bisa berbikini

 Arab Saudi mulai serius menggarap sektor pariwisata. Beberapa kebijakan dibuat khusus untuk turis.

Mulai tahun 2017, pariwisata sudah jadi perhatian bagi Pangeran Arab Saudi, Muhammed bin Salman. Sektor pariwisata mulai digodok, seperti memberikan visa khusus untuk turis hingga pembangunan mega proyek resort dan kota canggih di kawasan Laut Merah.

Salah satu kebijakannya adalah nantinya turis wanita boleh berbikini di pesisir Laut Merah. Tentu, hal itu menjadi pertanyaan dan mengundang pro kontra. Bukankah Arab Saudi adalah negara Muslim?

Yang harus digarisbawahi, kebijakan tersebut hanya berlaku di pesisir Laut Merah. Selain di situ, turis wanita harus berpakaian sopan seperti menutupi bahu dan lutut. Jika tidak, ada denda menanti.

Saya kok tiba-tiba teringat Dubai mengenai perihal turis berbikini. Beberapa tahun lalu, saya pernah datang ke sana dan mampir ke Pantai Jumeirah.

Pantai ini berpasir putih dan konturnya landai. Posisinya menghadap Teluk Arab dengan panorama di kanan dan kirinya adalah gedung-gedung pencakar langit.

Di sinilah turis wanita boleh berbikini!

Dalam berbagai informasi yang saya dapat saat itu (termasuk dari pihak pemandu wisata) khusus di Pantai Jumeirah, turis wanita boleh berbikini dan berjemur. Tapi ingat, hanya boleh di pantainya saja!

Jadi untuk kamu bayangkan, posisi pantainya ada di pinggir jalan. Pertama jalanan besar yang dilewati mobil, kemudian parkiran jogging, lalu trek jogging dan barulah bibir pantai. Nah, di bibir pantai itulah turis lebih 'bebas' juga para prianya boleh bertelanjang dada

Namun ketika hendak menuju ke parkiran mobil, turis kembali harus berpakaian sopan. Kemudian jika sudah menginjak pasir pantai barulah boleh berbikini lagi.

Aturan tersebut pun ditaati oleh turis. Dalam pengamatan saya kala itu, banyak turis yang berasal dari Eropa berjemur di pantai. Ya seperti di Bali deh.

Mereka pun sudah membawa baju ganti. Kamar mandi untuk bilas dan mengganti baju disediakan di beberapa titik, nan bersih, luas dan nyaman.

Turis pun tidak ada yang komplain mengenai hal tersebut (hanya boleh berbikini di pantai dan kalau ke parkiran harus pakai baju). Karena mungkin, mereka sudah tahu sendiri tentang adat di kota-kota di Timur Tengah yang mayoritas Muslim. Plus, terpampang papan berisikan aturannya kok di pinggir pantai.

Kembali soal Arab Saudi, aturannya sekali lagi adalah boleh berbikini di kawasan pesisir Laut Merah. Tentu bisa jadi, Arab Saudi mengikuti jejak Dubai.

Arab Saudi ingin membuat turis lebih nyaman dengan beberapa aturannya. Tapi ingat, turis jangan bertindak semena-mena di tempat umum dan sudah ada denda yang menanti.

Pantai di Sumatera Utara yang Seindah Bali

Siapa bilang di Sumatera Utara tidak ada pantai cantik? Buktinya, di Serdang Bedagai ada pantai yang keindahannya tak jauh beda dengan Pulau Dewata.

Di Serdang Bedagai, ada yang namanya Pantai Bali Lestari. Lokasinya terletak di Jl Pematang Pasir, Pantai Cermin, Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

Di sini kalian bisa menikmati pantai dengan suasana Pulau Dewata Bali. Dilihat dari desain tempat makan, restoran, ornamen gapura seperti pura-pura yang ada di pulau Bali.

Pengelola pantai ini sengaja menciptakan suasana pantai seperti di Pulau Bali agar lebih terkesan unik dari pantai-pantai yang ada di daerah pesisir Serdang Bedagai yang banyak dijumpai.

Asal mula pantai ini bernama Pantai Lestari Indah. Setelah pengelola pantai mengubah konsep pantai ini seperti suasana di pulau Bali, hingga pantai ini pun berubah nama menjadi Pantai Bali Lestari.

Untuk sampai ke tempat ini, wisatawan harus menempuh perjalanan sekitar 55 km selama 1,5 jam dengan kendaraan roda empat dari kota Medan melewati Tol Balmera. Kemudian melanjutkan ke rute Tol Medan- Kualanamu, lalu ambil jalan keluar menuju Gerbang Tol Lubuk Pakam.

Lanjutkan perjalanan melewati Jl Lintas Lubuk Pakam-Pematang Siantar, lalu belok kiri ke Jl H T Rizal Nurdin/ Pantai Cermin. Terus lurus saja ke Jl Pantai Gudang Garam dan belok ke kiri Jl Pematang Pasir. Untuk lebih jelasnya silahkan cek di Google Maps dan sesuaikan dengan rute perjalanan kamu.

Kalau perjalanan yang kami tempuh cukup mudah, karena sebelumnya kami sudah menginap di Pantai Cermin, jadi kami tinggal jalan kaki sekitar 50 meter dari Gerbang Theme Park Pantai Cermin. Sampailah kami di pantai Bali lestari. Karena memang pantai Cermin bersebelahan dengan pantai Bali Lestari.