Rabu, 08 Januari 2020

Menyusuri Chao Phraya, Sungai yang Membelah Kota Bangkok

Sebagai sungai utama yang membelah Kota Bangkok, Chao Phraya sangat ikonik. Menyusuri sungai ini jadi aktivitas wisata yang tak boleh dilewatkan di Thailand.

Sungai Chao Phraya di Thailand sangat diutilisasi untuk kebutuhan transportasi warga dan wisata. Walaupun di Bangkok sudah memiliki berbagai sarana transportasi modern seperti MRT dan Skytrain.

Sehari-hari, masyarakat banyak menuju ke tempat kerja, atau sekedar menyeberangi sungai Chao Phraya menggunakan perahu dan speedboat. Tidak heran banyak dermaga yang tersebar di pinggiran Sungai Chao Phraya.

Demikian pula untuk keperluan wisata, terdapat speedboat yang bisa di sewa, baik menguunakan tiket terusan, ataupun di sewa secara privat untuk keperluan satu rombongan wisatawan. Tarif sewanya untuk menyewa satu speedboat berkapasitas 16 orang menghabiskan biaya sebesar Rp 700.000.

Banyak aktivitas seru yang bisa dilakukan di sepanjang sungai Chao Phraya, mulai dari memberi makan ikan patin yang dipelihara di kuil yang ada di pinggir Sungai Chao Phraya, sampai mampir ke beberapa objek wisata yang ada di pinggir sungai, seperti Royal Barge Museum, yang menyimpan koleksi kapal-kapal kerajaan Thailand.

Tidak hanya itu, kita juga bisa berbelanja di pedagang yang ada di pinggiran sungai. Sekilas agak mengingatkan saya dengan pasar apung Lok Baintan di Banjarmasin, rupanya bisa saya jumpai juga di Bangkok.

Pemandangan dari berbagai bangunan perkantoran, kuil sampai gedung pemerintahan dan mall bisa kita nikmati saat menyusuri sungai Chao Phraya. Tapi tetap berhati-hati saat berada di perahu ya traveller, jangan sampai tercebur ke sungai saat mengambil gambar.

Desa Wisata Cantik di Lombok Barat Siap Ikut Ajang ISTA 2019

Desa Sesaot di Lombok masuk nominasi ajang Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) tahun 2019. Desa ini siap bersaing dengan 37 destinasi lain di Indonesia.

Desa Sesaot sendiri secara profesional dikembangkan tata kelolanya baru 4 tahun. Namun, dari indikator pembangunan pariwisata berkelanjutan, wisata Sesaot diyakini bisa mendapat kategori juara.

"Walaupun kita baru pertama mengikuti, tetapi dari perangkat-perangkat yang standar Global Sustainable Tourism Consult (GSTC) kita sudah ada bagian-bagian yang signifikan. Mudah-mudahan kalau kita memperoleh hasil terbaik. Selain itu ada aspek yang paling menonjol yang bisa dipetik oleh destinasi lain dan kita dapatkan," ujar Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat Ispan Junaidi, Jumat (26/7/2019).

Bagi Ispan, ajang ini bukan hanya sekedar kompetensi saja namun juga sebagai ajang motivasi bagi destinasi wisata di seluruh Indonesia dalam rangka memenuhi standar Sustainability dalam pengembangan destinasi pariwisata.

"Sustainability atau pariwisata berkelanjutan itu indikatornya banyak. Ada 104 indikator dan pekerjaan itu membutuhkan kolaborasi dengan berbagai kepentingan," kata Ispan.

"Saya kira ke depan ini menjadi pembelajaran yang luar biasa bagi komponen yang ada di Lombok Barat, stakeholder-stakeholder di dalam, baik komunitas untuk membantu destinasi pengembangan tata kelola," lanjutnya.

Ada 300 peserta se-Indonesia yang kemudian disaring menjadi 37 peserta. Untuk menentukan juaranya, panitia akan memilih 17 peserta terbaik dan menjadi juara yang memenuhi empat kategori. Ada kategori ekonomi, kategori sosial dan budaya, kategori tata kelola, dan kategori lingkungan.

Dari keempat kategori tadi siapa yang unggul akan menjadi juara satu, dua, tiga dan empat di masing-masing kategori dan akan diumumkan pada tanggal 26 September mendatang.

Tidak berhenti di situ saja, Kementerian Pariwisata selanjutnya akan terus melakukan pembinaan kepada 37 peserta yang sudah dipilih sebelumnya.

Ternyata, Begini Asal Usul Nama Hotel Harper

 Traveler pasti pernah mendengar nama Hotel Harper. Ternyata, ada cerita menarik di balik dipilihnya nama Harper. Penasaran?

Nama Hotel Harper pasti sudah familiar di telinga traveler. Ternyata, pemiilihan nama Harper untuk hotel ini masih berhubungan dengan kebudayaan Irlandia. Tepatnya dengan alat musik petik, Harpa.

"Nama Harper diambil dari Harpa, simbol nasional dari Irlandia, negara tempat saya berasal. Pemain harpa tunggal (solois) disebut Harpist. Tapi kalau pemain harpa dalam band tradisional Irlandia, disebutnya Harper," ungkap John Flood, President and CEO Archipelago International kepada detikcom di Hotel Harper Wahid Hasyim Medan, beberapa waktu lalu.

Bagi orang Irlandia, alat musik Harpa sudah seperti bagian dari kebudayaan dan identitas nasional mereka. Kemanapun mereka pergi, alunan Harpa akan mengiringi kehidupan mereka. Nama Harper pun akan mengingatkan mereka dengan kampung halaman. Begitu pun dengan tema rustic.

Yang terbaru, Hotel Harper yang diresmikan di kawasan Jl KH Wahid Hasyim No 53, Medan juga mengusung tema yang serupa. Tema rustic ini diterjemahkan dengan tone warna cokelat, orange dan abu-abu yang mendominasi hampir di seluruh bagian hotel.

Tema rustic mengingatkan traveler dengan nuansa pedesaan khas Irlandia. Bahkan, restoran yang ada di Hotel Harper Wahid Hasyim Medan pun diberi nama Rustic Bistro n Bar.

"Kami memang membuat hotel ini lebih ke rustic, dengan warna cokelat, orange dan abu-abu yang mendominasi. Kami memilih warna ini setelah melalui riset. Warna ini akan membuat para tamu merasa nyaman. Kami ingin setiap tamu yang menginap di sini merasa secure, safe dan enjoyable," imbuh John.

Hotel Harper Wahid Hasyim Medan berlokasi di kawasan yang strategis di Medan. Tak jauh dari hotel ini, ada beberapa destinasi yang bisa traveler kunjungi antara lain: Durian Ucok, Upside Down World Medan, Rahmat International Wildlife Museum & Gallery, dan berbagai museum lainnya.

Menyusuri Chao Phraya, Sungai yang Membelah Kota Bangkok

Sebagai sungai utama yang membelah Kota Bangkok, Chao Phraya sangat ikonik. Menyusuri sungai ini jadi aktivitas wisata yang tak boleh dilewatkan di Thailand.

Sungai Chao Phraya di Thailand sangat diutilisasi untuk kebutuhan transportasi warga dan wisata. Walaupun di Bangkok sudah memiliki berbagai sarana transportasi modern seperti MRT dan Skytrain.

Sehari-hari, masyarakat banyak menuju ke tempat kerja, atau sekedar menyeberangi sungai Chao Phraya menggunakan perahu dan speedboat. Tidak heran banyak dermaga yang tersebar di pinggiran Sungai Chao Phraya.

Demikian pula untuk keperluan wisata, terdapat speedboat yang bisa di sewa, baik menguunakan tiket terusan, ataupun di sewa secara privat untuk keperluan satu rombongan wisatawan. Tarif sewanya untuk menyewa satu speedboat berkapasitas 16 orang menghabiskan biaya sebesar Rp 700.000.

Banyak aktivitas seru yang bisa dilakukan di sepanjang sungai Chao Phraya, mulai dari memberi makan ikan patin yang dipelihara di kuil yang ada di pinggir Sungai Chao Phraya, sampai mampir ke beberapa objek wisata yang ada di pinggir sungai, seperti Royal Barge Museum, yang menyimpan koleksi kapal-kapal kerajaan Thailand.

Tidak hanya itu, kita juga bisa berbelanja di pedagang yang ada di pinggiran sungai. Sekilas agak mengingatkan saya dengan pasar apung Lok Baintan di Banjarmasin, rupanya bisa saya jumpai juga di Bangkok.

Pemandangan dari berbagai bangunan perkantoran, kuil sampai gedung pemerintahan dan mall bisa kita nikmati saat menyusuri sungai Chao Phraya. Tapi tetap berhati-hati saat berada di perahu ya traveller, jangan sampai tercebur ke sungai saat mengambil gambar.