Sabtu, 01 Februari 2020

Ke Festival Teluk Tomini, Jangan Lupa Cicipi Kuliner Khas Sulteng

Beragam kegiatan tersaji dalam gelaran Festival Teluk Tomini (FTT) 2019 di Kecamatan Parigi, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah pada 19-23 April. Salah satu kegiatan yang menarik perhatian adalah festival kuliner aneka makanan khas Parigi dan Sulteng.

Seperti daerah-daerah lain di Indonesia, Sulawesi Tengah pun memiliki banyak kuliner khas baik makanan berat maupun makanan ringan, antara lain binte kaili, kapurung, dan lalampa toboli. Meski terbuat dari bahan dasar yang berbeda, namun kuliner-kuliner di daerah ini selalu memiliki kesamaan yaitu mengandung ikan laut.

Kadis Pariwisata Parigi Moutong Zulfinachri Achmad mengatakan, kuliner Parigi Moutong atau Sulteng memang tak bisa dipisahkan dari unsur ikan laut. Sebab, daerah ini merupakan penghasil ikan laut yang cukup tinggi.

Sebagian warga berprofesi sebagai nelayan sehingga komoditi laut tersebut bisa ditemui dimana saja. Bahkan, hampir semua rumah makan selalu menyediakan menu ikan laut.

"Bagi pecinta sea food, Parigi Moutong adalah surganya. Anda akan selalu menemukan box-box berisi ikan laut segar di depan rumah makan yang ada di daerah ini. Ikan-ikan itu biasanya dihidangkan dengan cara dibakar, digoreng, atau dibikin suap kuah kuning," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (23/4/2019).

Coba juga lalampa toboli yaitu makanan ringan berbahan dasar beras ketan yang dikemas dengan gulungan daun pisang, lalu diberi olahan ikan cakalang.

Rasa dan penampakannya mirip lemper yang biasa ditemui di masyarakat Jawa. Hanya saja, ukuran lalampa lebih panjang dan harus dipanggang di atas bara api hingga daun pembungkus berwarna kuning kecokelatan.

Lalampa toboli sangat populer di Parigi Moutong. Seorang produsen Lalampa mengaku bisa menghabiskan beras ketan rata-rata sebanyak 65 kg/ hari. Bahkan jika sedang ramai, misalnya saat ada event besar seperti festival, permintaan bisa meningkat hingga dapat menghabiskan beras ketan 100 kg atau 1 kwintal/ hari.

"Pada Festival Teluk Tomini 2018, lalampa taboli hadir sebagai sajian utama, dimana saat itu berhasil memecahkan rekor MURI. Kami bangga kuliner khas ini bisa dikenal masyarakat luas," ungkapnya.

Untuk kapurung, kuliner ini mirip papeda yang dimakan dengan kuah melimpah dan mengandung suwiran daging ikan. Olahan sagu yang disajikan sudah berupa potongan-potongan kecil, mirip bola-bola sagu yang terasa lembut jika sudah di dalam mulut. Dari segi rasa, kapurung terhitung nikmat dan tidak terasa amis sama sekali.

Sementara binte kaili, kuliner ini berbahan dasar biji jagung muda yang sekilas terlihat seperti sup. Kuliner ini juga mengandung suwiran ikan laut, paling cocok disantap saat masih panas. Untuk menikmatinya bisa ditambah kecap manis dan sambal bagi yang suka pedas.

Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuty menyatakan, sektor pariwisata memiliki banyak cakupan yang bisa dikembangkan. Bukan hanya soal destinasi, tetapi juga menyangkut seni budaya dan kuliner.

"Pemerintah daerah bisa terus mengeksplor kekayaan wisata yang dimiliki Parigi Moutong. Baik wisata alam, seni budaya, maupun kulinernya. Semua bisa lebih dimaksimalkan agar semakin banyak wisatawan yang datang ke daerah utara di wilayah Sulawesi Tengah ini," ucapnya.

Sementara Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, sekitar 30-40 persen pengeluaran para wisatawan berkutat pada kuliner. Para pelancong cenderung penasaran ingin mencoba menu-menu baru yang jarang atau bahkan tidak ada di daerahnya. Sehingga mereka akan menyediakan sebagian waktu liburanya untuk berburu kuliner.

"Setelah kuliner, barulah wisatawan akan berburu oleh-oleh seperti fashion (20 persen) dan kerajinan tangan (15 persen). Ini terjadi hampir di semua daerah di Indonesia. Kita dukung event seperti ini agar semakin berkembang dan berkelanjutan," bebernya.

Pantai di Spanyol Batasi Jumlah Turis, Tapi Diprotes!

Pantai selalu menjadi tempat terbaik untuk liburan. Tapi di Spanyol, ada pantai yang kelebihan turis sampai harus diperketat jumlah pengunjungnya.

Inilah Atlantic Islands of the Galicia National Park di Spanyol. Atlantic Islands of the Galicia National Park adalah pulau-pulau di Galicia, Spanyol yang terkenal dengan keindahan pantainya.

Ada 3 pulau cantik yang dilindungi yaitu Cies, Ons, Salvora dan Cortegada. Pulau-pulau ini memang populer dikalangan wisatawan karena keindahan pasir putih dan lautnya yang berwarna toska.

Melihat banyaknya jumlah wisatawan, Pemerintah Galicia khawatir pulau-pulau ini akan rusak. Sehingga pemerintah mengeluarkan peraturan baru yang memperketat jumlah kunjungan wisatawan.

Jumlah kunjungan tertinggi biasanya ada pada tanggal 15 Mei-15 September. Setiap harinya Pulau Ons dapat menampung 1.600-1.800 pengunjung. Tapi nantinya, pulau ini hanya akan menampung 1.300 wisatawan per harinya. Sedangkan untuk Pulau Cies adalah 1.800 wisatawan.

Pada saat low season, jumlah pengunjung akan turun menjadi 450 wisatawan per hari. Sedangkan di Salvora dan Cortegada memiliki batas harian 250 pengunjung sepanjang tahun.





Pemerintah Galicia berencana memperketat jumlah pengunjung dengan cara melarang layanan kapal reguler ke pulau-pulau ini. Sehingga wisatawan yang mau ke pulau ini harus menyewa kapal sendiri.

Peraturan baru ini membuat para pengusaha pariwisata di pulau-pulau cantik itu protes. Menurut mereka, ini adalah kesalahan terbesar.

"It is a serious mistake," protes mereka.

Penekanan jumlah pengunjung ini dirasa sangat merugikan. Adanya peraturan dirasa ini akan berdampak baik langsung maupun tidak langsung ke usaha penginapan, agen perjalanan dan industri lainnya.

Pelaku insudtri wisata berharap pemerintah mencari cara lain untuk membangkitkan kesadaran pengunjung dalam mencintai alam. Bukan dengan melarang mereka berkunjung.

"Ini akan merusak kepentingan wisatawan Galicia dan kegiatan ekonomi pulau-pulau itu," ujar para pelaku industri wisata.

Ke Festival Teluk Tomini, Jangan Lupa Cicipi Kuliner Khas Sulteng

Beragam kegiatan tersaji dalam gelaran Festival Teluk Tomini (FTT) 2019 di Kecamatan Parigi, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah pada 19-23 April. Salah satu kegiatan yang menarik perhatian adalah festival kuliner aneka makanan khas Parigi dan Sulteng.

Seperti daerah-daerah lain di Indonesia, Sulawesi Tengah pun memiliki banyak kuliner khas baik makanan berat maupun makanan ringan, antara lain binte kaili, kapurung, dan lalampa toboli. Meski terbuat dari bahan dasar yang berbeda, namun kuliner-kuliner di daerah ini selalu memiliki kesamaan yaitu mengandung ikan laut.

Kadis Pariwisata Parigi Moutong Zulfinachri Achmad mengatakan, kuliner Parigi Moutong atau Sulteng memang tak bisa dipisahkan dari unsur ikan laut. Sebab, daerah ini merupakan penghasil ikan laut yang cukup tinggi.

Sebagian warga berprofesi sebagai nelayan sehingga komoditi laut tersebut bisa ditemui dimana saja. Bahkan, hampir semua rumah makan selalu menyediakan menu ikan laut.

"Bagi pecinta sea food, Parigi Moutong adalah surganya. Anda akan selalu menemukan box-box berisi ikan laut segar di depan rumah makan yang ada di daerah ini. Ikan-ikan itu biasanya dihidangkan dengan cara dibakar, digoreng, atau dibikin suap kuah kuning," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (23/4/2019).

Coba juga lalampa toboli yaitu makanan ringan berbahan dasar beras ketan yang dikemas dengan gulungan daun pisang, lalu diberi olahan ikan cakalang.

Rasa dan penampakannya mirip lemper yang biasa ditemui di masyarakat Jawa. Hanya saja, ukuran lalampa lebih panjang dan harus dipanggang di atas bara api hingga daun pembungkus berwarna kuning kecokelatan.

Lalampa toboli sangat populer di Parigi Moutong. Seorang produsen Lalampa mengaku bisa menghabiskan beras ketan rata-rata sebanyak 65 kg/ hari. Bahkan jika sedang ramai, misalnya saat ada event besar seperti festival, permintaan bisa meningkat hingga dapat menghabiskan beras ketan 100 kg atau 1 kwintal/ hari.

"Pada Festival Teluk Tomini 2018, lalampa taboli hadir sebagai sajian utama, dimana saat itu berhasil memecahkan rekor MURI. Kami bangga kuliner khas ini bisa dikenal masyarakat luas," ungkapnya.