Sabtu, 01 Februari 2020

Unik! Purworejo Punya Pasar di Tengah Sawah

Jika traveler pergi ke Purworejo jangan lupa mengunjungi destinasi wisata Pasar Inis. Apa sih keunikan pasar tradisional yang terhampar di tengah sawah ini?

Pasar Inis terletak di Desa Brondongrejo, Kecamatan Purwodadi. Meski berada di tengah pedesaan, namun detinasi wisata ini cukup gampang dicari. Jika sudah sampai di jalan Jogja KM 7, pengunjung tinggal masuk ke arah barat sekitar 3 km dan akan menemukan pasar tradisional di tengah hamparan sawah.

Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Inis, Ester Yuni Astuti (55) menuturkan kata Inis berasal dari Bahasa Jawa yang berarti sejuk, adem dan tertiup angin sepoi-sepoi. Karena letaknya yang berada di pedesaan dan dikelilingi persawahan serta pepohonan, maka pasar ini disebut Pasar Inis.

"Dinamakan Pasar Inis karena suasananya silir atau sejuk karena banyak pepohonan di sekitar tempat ini. Jadi adem," kata Ester ketika ditemui detikcom di lokasi, Minggu (21/4/2019) lalu.

Berbagai makanan tradisional pun dijajakan pedagang yang memakai kebaya lengkap dengan capingnya di dalam saung-saung yang berjajar rapi. Uniknya, setiap pengunjung yang datang harus menukar uang rupiah dengan dit pring atau uang dari bambu yang digunakan untuk transaksi di pasar yang hanya buka setiap hari Minggu pukul 05.00 hingga 11.00 WIB ini.

"Makanannya macem-macem, ada sego urap, sego telang, lupis, growol, jamu, wedang telang dan lain-lain pokoknya yang tidak ada di tempat lain. Sebelum masuk pasar pengunjung bisa menukar uang rupiah dengan dit pring untuk transaksi, pecahannya mulai dari Rp 2 ribu sampai Rp 20 ribu. Untuk Bulan Ramadan besok bukanya sore sampai berbuka," jelasnya.

Setelah membeli makanan, pengunjung bisa menikmatinya sambil duduk di deretan bangku bambu yang telah ditata rapi dalam Halte Inis. Selain berbagai makanan dan minuman tradisional, di pasar ini juga disediakan permainan tradisional seperti egrang, teklek panjang hingga arena mobil untuk anak-anak.

Sembari menikmati menu 'ndeso', pengunjung bisa menikmati pula sajian musik tradisonal angklung melung. Untuk memperingati Hari Kartini sekaligus merayakan ulang tahun Pasar Inis yang pertama, berbagai perlombaan pun digelar.

"Hari ini tambah meriah karena ada puncak peringatan hari ulang tahun Pasar Inis yang pertama, sebenarnya ulang tahunnya tanggal 8 April tapi sekaligus dibarengkan dengan Hari Kartini 21 April. Untuk itu diadakan juga lomba-lomba seperti fashion show, 3 on 3 rinjing sawah, estafet wedang telang tanpa Selang, melukis Inis, tangkap bebek di sawah, dan adi busono wong-wongan sawah," lanjutnya.

Tak hanya itu, bagi pengunjung yang ingin berfoto selfie, spot-spot unik serta taman bunga juga tersedia. Salah satu pengunjung, Titis Hestiningtyas (30) yang tak henti-hentinya memainkan kamera ponselnya untuk berfoto selfie di taman bunga.

Ia mengaku senang bisa menghabiskan waktu di pasar tersebut. Bahkan ia sudah lebih dari sekali mengunjungi tempat wisata tradisional ini.

"Bagus, nggak bosan. Makanannya juga enak, tadi beli pakai uang bambu. Suasananya enak sejuk, cocok kalau buat ngadem. Kalau bisa si taman bunganya diperluas lagi biar kalau pengunjungnya banyak tidak berjubel," ucap Titis.

Katedral Bersejarah di Jerman yang Dibangun Tahun 1668

Jerman jadi rumah bagi katedral-katedral kuno nan cantik. Salah satunya Katedral St Maximilian di Kota Dusseldorf yang dibangun pada tahun 1668. Wow!

Liburan ke Eropa, traveler bisa melihat aneka katedral-katedral cantik. Selain Italia dan Spanyol, Jerman juga punya deretan katedral menawan yang bisa dilihat traveler. Salah satunya adalah Katedral St Maximilian di Kota Dusseldorf.

detikcom bersama rombongan Fam Trip Singapore Airlines berkunjung ke katedral ini pada akhir Maret lalu. Katedral ini memang jadi salah satu daya tarik kawasan Altstadt (Kota Tua) Dusseldorf.

Saat rombongan detikcom berkunjung, suasana katedral tampak sepi. Hanya ada beberapa orang saja yang terlihat tengah beribadah. Suasana sunyi saat itu semakin menambah khidmat orang beribadah di dalam gereja.

Penampakan interior gereja yang bergaya baroque ini sungguh indah. Ornamen penghias seperti patung-patung malaikat dan santo di setiap sudut semakin menambah keindahan gereja.

Langit-langit gereja yang tinggi dan berbentuk melengkung jadi ciri khas gereja bergaya baroque. Langit-langit gereja juga tak sepi dari ornamen penghias, sehingga makin menambah keindahan yang ada.

Ternyata, Katedral St Maximilian yang selesai dibangun pada tahun 1668 ini pernah tenggelam ke dalam tanah. Katedral akhirnya dibangun ulang pada tahun 1735 dengan gaya baroque yang khas.

Jika dihitung-hitung berarti usia katedral ini sudah mencapai 284 tahun. Sungguh luar biasa bagaimana bangunan katedral ini bisa bertahan sampai sekarang. Traveler yang liburan ke Kota Duseldorf, Jerman bisa mampir dan menikmati keindahan katedral ini. 

Unik! Purworejo Punya Pasar di Tengah Sawah

Jika traveler pergi ke Purworejo jangan lupa mengunjungi destinasi wisata Pasar Inis. Apa sih keunikan pasar tradisional yang terhampar di tengah sawah ini?

Pasar Inis terletak di Desa Brondongrejo, Kecamatan Purwodadi. Meski berada di tengah pedesaan, namun detinasi wisata ini cukup gampang dicari. Jika sudah sampai di jalan Jogja KM 7, pengunjung tinggal masuk ke arah barat sekitar 3 km dan akan menemukan pasar tradisional di tengah hamparan sawah.

Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Inis, Ester Yuni Astuti (55) menuturkan kata Inis berasal dari Bahasa Jawa yang berarti sejuk, adem dan tertiup angin sepoi-sepoi. Karena letaknya yang berada di pedesaan dan dikelilingi persawahan serta pepohonan, maka pasar ini disebut Pasar Inis.

"Dinamakan Pasar Inis karena suasananya silir atau sejuk karena banyak pepohonan di sekitar tempat ini. Jadi adem," kata Ester ketika ditemui detikcom di lokasi, Minggu (21/4/2019) lalu.

Berbagai makanan tradisional pun dijajakan pedagang yang memakai kebaya lengkap dengan capingnya di dalam saung-saung yang berjajar rapi. Uniknya, setiap pengunjung yang datang harus menukar uang rupiah dengan dit pring atau uang dari bambu yang digunakan untuk transaksi di pasar yang hanya buka setiap hari Minggu pukul 05.00 hingga 11.00 WIB ini.

"Makanannya macem-macem, ada sego urap, sego telang, lupis, growol, jamu, wedang telang dan lain-lain pokoknya yang tidak ada di tempat lain. Sebelum masuk pasar pengunjung bisa menukar uang rupiah dengan dit pring untuk transaksi, pecahannya mulai dari Rp 2 ribu sampai Rp 20 ribu. Untuk Bulan Ramadan besok bukanya sore sampai berbuka," jelasnya.

Setelah membeli makanan, pengunjung bisa menikmatinya sambil duduk di deretan bangku bambu yang telah ditata rapi dalam Halte Inis. Selain berbagai makanan dan minuman tradisional, di pasar ini juga disediakan permainan tradisional seperti egrang, teklek panjang hingga arena mobil untuk anak-anak.

Sembari menikmati menu 'ndeso', pengunjung bisa menikmati pula sajian musik tradisonal angklung melung. Untuk memperingati Hari Kartini sekaligus merayakan ulang tahun Pasar Inis yang pertama, berbagai perlombaan pun digelar.