Seorang pemuda dari Desa Sikapak Timur, Kecamatan Pariaman Timur, Kota Pariaman, Sumatera Barat, Olia Efendi (21) membuat alat musik tiup Minangkabau. Berukir tabuik, alat itu yang dipasarkan melalui internet ke sejumlah daerah di Indonesia.
"Rata-rata pemesannya sih dari luar Sumbar," kata dia di Pariaman seperti dilansir Antara, Senin (28/1/2019).
Ia mengatakan ada lima jenis alat musik tiup Minangkabau yang dibuat dan dipasarkan oleh pemuda yang baru menyelesaikan studinya di salah satu perguruan tinggi di Kota Pariaman itu. Alat musik tiup tersebut yaitu saluang, sampelong, pupuik lambok, bansi, dan sarunai yang bahannya sama-sama dari bambu.
Alat musik tiup tersebut dijual mulai dari harga Rp 100 ribu hingga Rp 120 ribu per unit. Rata-rata penjualannya melalui internet di setiap bulan baru sekitar 10 unit saja.
Penjualan tersebut akan meningkat pada waktu tertentu yang mana pembelinya mahasiswa Institut Seni Indonesia Padang Panjang. "Kalau mereka pesannya langsung banyak," ujarnya.
Ia mengatakan ciri khas alat musik tiup buatannya yaitu berukir gambar tabuik dan rangkiang pada rumah gadang Minangkabau. Ukiran tersebut tidak saja untuk ciri khas namun untuk memperkenalkan tabuik karena merupakan salah satu tradisi budaya dan menjadi even pariwisata di Kota Pariaman.
Untuk mengikir bambu tersebut, Fendi menggunakan charger telepon genggam yang dimodifikasi sehingga menghasilkan panas. "Panas tersebutlah yang akan membakar bagian luar bambu pada alat musik tiup ini," katanya.
Ia menyampaikan kemampuannya dalam membuat alat musik tiup Minangkabau tersebut didapatkan secara otodidak ketika aktif pada salah satu sanggar seni di Pariaman. Keinginannya untuk membuat alat musik tiup tersebut berawal dari mulai punahnya perhatian generasi muda dalam melestarikan kebudayaan Minangkabau.
Selain sibuk membuat alat musik tiup, dia juga memiliki kesibukan mengajarkan pelajar di desa tersebut menggunakan tambua tasa.
Lagi Banyak Sampah di Pantai, Pemprov Bali: Jangan Khawatir
Baru-baru ini kiriman sampah menyerbu pesisir Pantai Kuta hingga Petitenget di Bali. Pemprov Bali meminta wisatawan jangan khawatir.
Bahkan, beberapa pantai sampai harus ditutup untuk kegiatan berenang maupun surfing. Tapi, Pemerintah Provinsi Bali memastikan sampah itu tertangani.
"Terkait sampah itu kitalah yang menangani. Adanya satu mindset pola pikir, bukan Bali saja. Dalam kaitan seperti ini sampah itu jadi isu, bukan Bali saja, tapi keseluruhan kita pemerintah ini mengatasi sudah seperti bagaimana pun timbulan sampah plastik mengelola sampah dalam sisi semuanya, itu sudah dilakukan," kata Kabiro Humas Setda Provinsi Bali I Dewa Gede Mahendra Putra di Denpasar, Bali, Senin (28/1/2019).
Dewa mengajak seluruh masyarakat dan wisatawan untuk menjaga kebersihan Bali. Dia pun mempersilakan para wisatawan tetap datang ke Pulau Dewata.
"Jadi jangan khawatir ke Bali. Memang berbicara sampah bukan konteks pemerintah saja ini juga memerlukan perhatian masyarakat sendiri, sosialisasi jelas, apa yang kami lakukan. Akan tetapi paling pokok bagaimana kita mengatur itu di rumah tangga masing-masing, pemerintah ketegasan sudah pasti, melalui perda/pergub/maupun perbup," urainya.
"Sampah ini yang memerangi kita sendiri, masyarakat maupun pihak lain swasta. Kita tidak menginginkan rumah kita kotor. Mari kita bersama-sama mengurangi sampah ini, kekhawatiran ini. Sampah saya kira tidak menjadi satu hal yang gawat, atau dikhawatirkan," ucap Dewa.