Kamis, 05 Maret 2020

Baju Adat '10 Bali Baru' Meriahkan Parade Australia

 Indonesia ikut dalam Australia Day Parade 2019 di Melbourne. Penampilan pakaian adat '10 Bali Baru' diiringi gamelan, membuat parade ini semakin meriah.

Dari rilis yang diterima detikTravel dari KJRI Melbourne, Minggu (27/1/2019) sebanyak 50 orang masyarakat Indonesia membawa tema 'Semarak 10 New Bali', dengan dengan beragam busana tradisional atau daerah Nusantara. Mereka ikut memeriahkan Australia Day Parade 2019 di Melbourne, Victoria pada Sabtu, 26 Januari 2019.

Di bawah cerahnya mentari Kota Melbourne, kontingen Indonesia secara khusus mengenakan busana tradisional dari Sumatera Utara (Danau Toba), Bangka Belitung (Tanjung Kelayang), Banten (Tanjung Lesung), DKI Jakarta (Kepulauan Seribu), Jawa Tengah (Borobudur), Jawa Timur (Gunung Bromo), Nusa Tenggara Barat (Mandalika), Nusa Tenggara Timur (Labuan Bajo), Sulawesi Selatan (Wakatobi), dan Maluku Utara (Pulau Morotai). Selain itu, gamelan beleganjur ikut mengiringi semaraknya kontingen Indonesia dalam parade di tengah kota Melbourne.

Kontingen Indonesia yang berada pada urutan ke-44 merupakan bagian dari sekitar 80 kelompok komunitas multikultur peserta Parade Australia Day 2019 yang tahun ini diikuti oleh lebih dari 1000 orang peserta parade. Dimulai dari depan Melbourne Town Hall, peserta parade berjalan sejauh kurang lebih 5 km dan berakhir di depan Shrine of Remembrance.

Sebelum Parade dimulai, dilakukan upacara penaikan bendera di depan Melbourne Town Hall yang dipimpin oleh Gubernur Victoria Linda Dessau. Hadir dalam kesempatan tersebut Walikota Melbourne Sally Capp dan pejabat penting Negara Bagian Victoria, pejabat Kota Melbourne dan anggota korps diplomatik dan konsuler, termasuk Konjen RI Melbourne.

Konjen RI Melbourne menyampaikan apresiasi dan kebanggaannya pada Komunitas Indonesia yang telah berpartisipasi dalam Parade Australia Day selama 14 tahun terakhir.

"Sebagai bangsa yang majemuk dan kaya dengan beragamnya suku dan budaya, partisipasi komunitas Indonesia tidak saja mempromosikan Indonesia di tengah masyarakat Australia, namun juga berkontribusi mewarnai multikulturalisme di Australia khususnya di Melbourne dan Victoria," kata Konjen RI, Ibu Spica A. Tutuhatunewa.

Penampilan komunitas Indonesia ini mendapat respons yang sangat meriah dari Gubernur Victoria, Walikota Melbourne, dan tamu VVIP yang hadir, dan masyarakat Australia yang menyaksikan parade ini di sepanjang jalan kota Melbourne. Selain Indonesia, Parade diikuti antara lain oleh komunitas India, China, Iran, Pramuka Australia, The Melbourne Costume Group (Cosplay), dan sebagainya.

Lucky Kalonta dan Ganda Marpaung adalah dua tokoh masyarakat yang bekerjasama dengan KJRI Melbourne mengkoordinasikan partisipasi masyarakat Indonesia dalam Parade tahun ini.

"Tahun 2019 ini kami fokus pada promosi busana daerah 10 New Bali sesuai program pariwisata Pemerintah, dan kami sangat mengapresiasi dukungan komunitas Indonesia Club Melbourne, Bonapasogit, Kawanua Melbourne, Maluku Basudara, Mahindra Bali dan Sanggar Sang Penari Indonesia. Semoga tahun-tahun yang akan datang, komunitas lainnya dapat berpartisipasi bersama mempromosikan Indonesia. Semoga tahun-tahun yang akan datang, komunitas lainnya dapat berpartisipasi bersama mempromosikan kekayaan seni dan budaya Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika", kata Prima Januar, Konsul Sosbud pada KJRI Melbourne.

Parade Australia Day 2019 adalah program tahunan kota Melbourne yang diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Nasional Australia yang jatuh pada tanggal 26 Januari. Partisipasi beragam komunitas dalam kegiatan ini sekaligus menunjukkan keberagaman etnik dan kultur masyarakat di Australia yang berasal dari berbagai belahan dunia.

Kehadiran dan keterlibatan masyarakat Indonesia di Australia dalam kegiatan seperti ini merupakan bagian dari penguatan people to people relations dan sangat bermanfaat bagi hubungan bilateral antar negara. KJRI Melbourne sangat mengapresiasi kontribusi dan peran aktif masyarakat Indonesia, dan akan terus membangun kemitraan dengan berbagai kelompok komunitas Indonesia dalam kegiatan serupa di Victoria di masa yang akan datang.

Rabu, 04 Maret 2020

Cari Ketenangan? Kunjungilah Kerinci yang Penuh Destinasi Wisata

Bagi masyarakat yang tinggal di kota besar, waktu libur menjadi waktu istimewa yang sangat dinanti untuk sejenak menyepi dari bisingnya kesibukan dan rutinitas. Tidak bisa dipungkiri, rutinitas kerja yang normatif kerap kali membuat sebagian orang mengalami kelelahan, bosan, jenuh, serta stress.
Salah satu cara untuk merefres kembali pikiran yang datang dari seabreg tugas yang menumpuk tersebut adalah berlibur. Momen yang paling tepat untuk kita bisa merasakan liburan tersebut adalah libur akhir tahun. Mereka yang tinggal di pedesaan sangat menginginkan bisa berlibur di kota, sedangkan mereka yang hidup di kota-kota besar, sangat merindukan suasana pedesaan yang natural, sejuk, serta terdapat beraneka ragam destinasi wisata.

Salah satu destinasi yang harus kita sambangi adalah kaki Gunung Kerinci, daerah ini menjadi saksi bisu bagi kekayaan alam yang potensial untuk terus dikembangkan sebagai pilihan wisata di Pulau Sumatera. Sebutan bagi daerah ini dikenal dengan 'Sekepal tanah surga yang dicampakkan ke muka bumi'. Surga dalam kosakata kita sehari-hari kerap diidentikkan dengan tempat atau kondisi yang menggambarkan keindahan, kenikmatan, serta kebahagiaan.

Namanya juga surga, tidak ada manusia yang tidak ingin ke sana dan memperoleh kebahagiaan di dalamnya. Sejauh ini kita kerap kali beranggapan bahwa kebahagiaan hanya mungkin bisa diraih dengan faktor-faktor materi, uang yang banyak, makanan yang enak. Namun apakah benar-benar segampang itu? Dari data penelitian yang penulis lakukan pada anak muda, terutama mahasiswa se-Kota Jambi, bahwa kebahagiaan juga termanifestasi lewat sikap religius (19,84 %), pikiran positif (45,23%), bekumpul dengan orang lain (34,12), prioritas sosial (22, 22%), serta prioritas diri (45, 23%). Pada bagian prioritas diri, kategori paling besar adalah refreshing dan indikator paling banyak dijawab ketika menyebut kata refreshing adalah jalan-jalan alias liburan.

Musim liburan kali ini, penulis mengajak kita semua untuk menjejakkan kaki di ujung barat Provinsi Jambi, Kerinci. Akses untuk kita bisa sampai ke sana bisa melalui udara dan darat. Rute penerbangan ke sana setiap hari dengan tujuan Bandara Depati Parbo. Sedangkan akses darat telah tersedia berbagai armada travel eksekutif pariwisata, lengkap dengan full ac dan selimut, Anda akan merasa sangat nyaman. Dengan sekali memejamkan mata, Anda tahu-tahu sudah sampai di Gunung Kerinci. Ada dua rute travel yang tersedia untuk menuju Kerinci, yaitu dari Kota Jambi dan Kota Padang. Kita hanya akan dikenakan ongkos 160.000 rupiah.

Potensi Wisata Gunung Kerinci

Perbukitan yang terhampar, kesejukan dan aliran sungai serta danau yang menenangkan jiwa. Alam yang masih perawan tersebut menjadi sektor potensial yang terintegrasi dengan semangat warga untuk menghadirkan wisata yang profesional. Salah satunya dengan memanfaatkan BUMDes. Masyarakat desa di gunung Kerinci saat ini sedang berlomba-lomba untuk mengolah kekayaan tuhan dengan tangan-tangan artististik manusia.

Berbagai wisata baru pun muncul, seperti Taman Pertiwi, Taman Putri Tunggal, Pantai Pasir Panjang, Pantai Koto Petai, Rawa Bento, Danau Gunung Tujuh, Danau Kaco, Danau Lingkat, Taman Putri Ayu Maryam. Puluhan destinasi lainnya menawarkan wahana, kreasi, seni, pernak-pernik, spot foto, makanan, hingga adat dan kebudayaan.

Hari pertama menyambut pagi, penulis terlebih dahulu mengunjungi pemandian air hangat di Desa Sungai Medang, yang letaknya 3 km dari tempat penulis tinggal, Desa Koto Dian Rawang. Selain karena dinginnya suhu di Gunung Kerinci, juga karena rumah tempat penulis tinggal kehabisan air PDAM, Sehingga mandi di air hangat menjadi alternatif yang menyenangkan. Di sana banyak sekali warga yang antre, tersedia dua tempat untuk mandi, kolam air hangat dan kamar mandi pancuran. Mereka yang antri datang dari berbagai kalangan, mulai dari kakek-nenek hingga anak-anak.

Padek aso, keluar dari mulut warga yang selesai mandi, merupakan bahasa Kerinci yang artinya mandi di air hangat rasanya enak sekali. Mandi air hangat diyakini warga mempunyai banyak manfaat selain menyembuhkan berbagai penyakit kulit, asam urat, hingga sekedar menghangatkan badan karena telah lelah bekerja. Air hangat ini mengandung belerang yang datang dari kawah Gunung Kerinci, di lokasi yang sama terdapat tujuh tingkat air terjun. Banyak mitos yang beredar di tengah masyarakat, air hangat dan air terjun merupakan tempat pemandian tujuh putri dari khayangan.