Senin, 09 Maret 2020

Tren Turis Indonesia Pada Wisata Naik Kapal Pesiar

Setiap tahunnya jumlah traveler Indonesia yang liburan menggunakan kapal pesiar atau cruise meningkat. Seperti apa ya tren turis Indonesia saat belayar?

Wisata dengan cruise tidaklah hal asing bagi traveler Indonesia. Bahkan sejak tahun 2016 jumlah traveler Indonesia yang menaiki cruise terus meningkat. Karena itu Indonesia menjadi salah satu target pemasaran Princes Cruise.

"Jumlah orang Indonesia berlayar pada tahun 2017 adalah 46.700 wisatawan, meningkat 40,2% dari 33.200 di tahun 2016. Wisatawan dari Indonesia hanya 1,2% dibandingkan 4 juta wisatawan Asia yang berlayar di tahun 2017, oleh karena itu potensi pasar Indonesia masih sangatlah besar," ungkap Farriek Tawfik, Direktur Asia Tenggara, Princess Cruises kepada wartawan, Sabtu (19/1/2019) di Singapura.

Selain minat turis Indonesia yang tinggi, faktor lain yang menyebabkan Indonesia penting bagi Princes Cruise adalah faktor ekonomi. Berdasarkan data dari Euromonitor Internasional, Indonesia memiliki kelas menengah keempat terbesar di dunia dengan 19,6 juta rumah tangga pada tahun 2016. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 23,9 juta pada tahun 2030.

Dan juga permintaan traveler untuk liburan mewah dengan cruise tidak hanya dari traveler golongan atas saja. Namun tren liburan mewah juga menjalar di kelas menengah. Salah satunya permintaan untuk liburan mewah di luar negeri.

"Permintaan dari Indonesia terus meningkat. Salah satu cara kami menyesiasatinya adalah mengadakan kerjasama dengan travel agent. Juga menawarkan beragam promo cruise," ujar Farriek.

Farriek juga mengungkapkan tren turis Indonesia pada tahun 2017 , yang cendrung memilih cruise yaitu traveler usia rata-rata 42 tahun. Sedangkan yang milineal baru 28 persen dari wisatawan pesiar Indonesia.

"Di tahun 2017 cendrung yang menggunakan cruise dari Indonesia, rata-rata usia 42 tahun. Dan hampir semuanya memilih berlayar selama 4 hari," tambahnya.

Dan untuk pilihan rute, traveler Indonesia cendrung memilih rute Asia. Namun untuk rute panjang, dari Indonesia peminatnya juga semakin meningkat.

"Hampir 70 persen turis Indonesia memilih rute dalam kawasan Asia. Sedangkan yang rute panjang, Alaska atau Amerika menjadi favoritnya wisatawan Indonesia. Setelah itu baru Eropa dan Miditerania," ungkap Farriek. 

Traveling ke Tempat Ini Bisa Dapat Rp 1,4 Juta, Mau?

 Biasanya jalan-jalan ke luar negeri harus menabung terlebih dahulu. Kalau ke kota ini, kamu malah dibayar. Kok begitu?

Inilah San Luis Obispo, sebuah kota di bagian negara California, Amerika Serikat. Dilansir detikTravel dari berbagai sumber, Sabtu (19/1/2019) San Luis Obispo berada di tengah-tengah wilayah Los Angeles dan San Fransisco.

Ada penawaran menarik yang diberikan oleh San Luis Obispo. Untuk 500 turis pertama yang datang pada musim dingin, akan mendapatkan kompensasi sebesar USD 100 atau setara dengan Rp 1,4 juta.

Namun, karena hanya dilakukan pada musim dingin, hanya berlaku dalam waktu singkat. Dimulai pada tanggal 1 Januari hingga 31 Maret mendatang.

Lalu, bagaimana caranya?

Pengunjung harus memesan kamar selama dua malam di hotel yang berada di area San Luis Obispo melalui website resmi mereka. Setelah itu, mengirimkan email ke pihak San Luis Obispo dan mendapatkan nomor konfirmasi.

Namun, jika email tidak dibalas, artinya kuota sudah penuh. Serta kompensasi juga tidak bisa didapatkan.

Meskipun begitu, San Luis Obispo memiliki berbagai atraksi wisata menarik. Misalnya, road trip dengan pemandangan perbukitan yang indah. Beberapa cagar alam juga jadi daya tarik utamanya.

Selain itu, ada juga Bubblegum Alley. Sebuah gang dengan dekorasi permen karet bekas yang ditempel sepanjang tembok. Jijik, tapi warna-warni..

Kalau traveler mau coba ke sini, bisa naik pesawat menuju San Fransisco. Kemudian bisa melanjutkan perjalanan darat dari bandara San Fransisco selama 3 jam waktu tempuh.

Sabtu, 07 Maret 2020

Mengintip Pembuatan Perhiasan Cantik di Thailand

Jalan-jalan ke Thailand, jangan lupa mampir ke Gems Gallery Phuket. Inilah tempat pembuatan perhiasan yang bikin kamu tergoda!

detikTravel berkesempatan berkunjung ke Phuket, Thailand bersama Princes Cruise dari tanggal 19-23 Januari. Kami pun berlayar dengan rute Singapura-Penang-Phuket dan balik lagi ke Singapura.

Pada saat ke Phuket, kami pun berkunjung ke pusat perhiasan terbesar di Phuket yang bernama Gems Gallery Phuket. Di sini kamu bisa melihat proses pembuatan perhiasan dan juga membeli perhiasan.

Saat di ruangan pembuatan perhiasan, traveler bisa melihat bagaimana proses pembuatan cincin, dipoles mengkilap, pembuatan kalung dan pemasangan batu permata.

Memasuki pintu galeri, traveler akan disambut oleh tulisan World Biggest Jewelry Store. Di bawahnya pun terdapat beberapa kerang mempercantik tulisannya.

Tak jauh dari pintu masuk traveler akan masuk ke sebuah ruangan yang cukup luas. Di sinilah para pekerja membuat dan merangkai perhiasan. Dan di satu sisi dinding terpajang beragam batu mulia berukuran besar dan berwarna-warni.

Di dalam ruangan ini ada kamu bisa melihat pekerja yang membuat kalung, meleburkan logam, memoles cincin dan merangkainya menjadi perhiasan cantik. Hebatnya, mereka tidak terganggu dan masih fokus bekerja walau ramai dikunjungi oleh turis. Kamu juga boleh mengambil foto.

Setelah puas melihat proses pembuatan, traveler bisa juga melihat ribuan koleksi perhiasan yang berada di ruangan koleksi. Di sinilah surga beragam perhiasan cantik, mulai cincin, kalung, anting, liontin, gelang, mutiara dipajang dan disusun di estalase kaca.

Di ruangan ini tidak diperbolehkan mengambil gambar dan video. Dan traveler yang ingin berbelanja perhiasan bisa memilih di ribuan koleksi ini. Harganya dimulai dari 1 jutaan.

Selain perhiasan, di sini juga dijual beragam produk dari kulit buaya. Seperti tas, dompet, dan ikat pinggang. Harganya pun dimulai dari 1,2 jutaan.

Traveler yang ingin membawa pulang oleh-oleh cantik juga bisa. Di sini terdapat beragam sovenir seperti miniatur gajar yang terbuat dari kristal dan logam. Juga ada beragam pin cantik, sabun mandi, dan produk kosmetik Thailand yang bisa traveler bawa pulang.

Gara-gara Perburuan Rusa, Haruskah TN Komodo Sampai Ditutup?

Salah satu alasan penutupan Taman Nasional (TN) Komodo adalah populasi rusa sebagai makanan komodo menurun. Ini tanggapan dari peneliti komodo.

Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat rencananya akan menutup Taman Nasional Komodo selama 1 tahun. Didasari oleh kondisi habitat komodo di Kabupaten Manggarai Barat, ujung barat Pulau Flores itu sudah semakin berkurang serta kondisi tubuh komodo yang kecil sebagai dampak dari berkurangnya rusa yang menjadi makanan utama komodo. Soal berkurangnya rusa, salah satu sebabnya karena perburuan ilegal.

detikTravel mewawancarai Deni Purwandana, Koordinator Yayasan Komodo Survival Program yang menjadi mitra dari Balai TN Komodo tentang penelitian populasi dan habitat Si Naga Purba tersebut. Menurutnya, populasi rusa yang jadi salah satu makanan komodo tidak menurun.

"Kami tidak melihat penurunan populasi rusa di Pulau Komodo. Untuk di Pulau Rinca, ada sedikit kecenderungan penurunan populasi rusa, tapi makanan komodo juga tidak hanya bergantung pada rusa. Ada kerbau dan babi hutan," katanya kepada detikTravel, Rabu (23/1/2019).

Deni juga menyinggung soal perburuan rusa. Menurutnya, soal keamanan harus lebih dijaga dari para pemburu ilegal. Terutama, di wilayah-wilayah yang aksesnya sulit dijangkau.

"Soal perburuan rusa itu harus diperhatikan lebih intensif, karena mungkin saja perburuan terjadi di daerah yang sulit dijangkau seperti di bagian barat Pulau Komodo," terang Deni.

Aparat mengecek lokasi pemburuan rusa di Pulau KomodoAparat mengecek lokasi pemburuan rusa di Pulau Komodo (dok. istimewa)


Selain itu, ada banyak faktor yang membuat populasi rusa menurun. Bisa saja area padang rumput yang jadi habitat rusa menurun dan lain sebagainya.

"Kita harus butuh lebih banyak data untuk meneliti populasi rusa, melalui pendekatan multi disiplin. Seperti memakai citra satelit dari tahun ke tahun untuk melihat padang rumput yang jadi area makannya rusa dan lain-lain. Benar-benar harus dikaji lebih dalam," ungkap Deni.

Hingga kini, wacana penutupan TN Komodo masih sebatas wacana. Belum ada keputusan dan pemberitahuan resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).