Minggu, 29 Maret 2020

Sebelum Ada Corona, Wisata Korea Selatan Baik-baik Saja

Sebelum merebaknya virus Corona, pariwisata di Korea Selatan baik-baik saja. Simak pengalaman kami menjelajahi kawasan Insadong di Kota Seoul berikut ini.

Insadong adalah salah satu distrik di Kota Seoul, Korea Selatan yang terkenal dengan barang-barang kerajinan tradisionalnya. Ada beberapa cara untuk menuju Insadong, namun yang paling mudah dengan menggunakan kereta bawah tanah yakni Seoul Subway.

Pertama adalah dengan menggunakan Line Nomor 1 dan berhenti di Jonggak Station kemudian keluar ke pintu 3 atau menggunakan Line Nomor 3 dan berhenti di Anguk Station lalu keluar ke pintu 6.

Pada saat memasuki area Insadong, saya dan istri menyempatkan diri untuk mencicipi snack khas korea yakni Topoyaki. Saat udara dingin menerpa di musim gugur adalah saat yang tepat untuk mencicipi topoyaki.

Topoyaki terbuat dari tepung dengan tekstur kenyal dicampur dengah kuah saos yang panas. Dengan 4.000 won atau sekitar Rp 40.000 kami berdua menikmati satu porsi topoyaki yang cukup banyak.

Setelah menikmati topoyaki, kami singgah di toko emperan yang menjual tas di depan area Insadong. Tas-tas wanita buatan korea di toko ini dibandrol dengan harga 5.000 won atau Rp 50.000, padahal di Indonesia tas ini dijual dengan harga Rp 100.000-an.

Setelah belanja tas, kami disambut dengan Korea Tourism Organization (KTO) Office di depan pintu masuk Insadong. Korea Selatan sadar betul akan pentingnya pusat informasi di tempat-tempat wisatanya.

Petugas informasi di kantor KTO sangat ramah dan berusaha menjawab pertanyaan kami meskipun Bahasa Inggrisnya masih terbata-bata. Kami meminta Peta Insadong dan stempel logo Insadong di paspor. Saya dan istri memang suka berburu dan mengoleksi stempel tempat-tempat wisata di luar negeri.

Berbekal map Insadong, saya dan istri mulai mengelilingi jalanan di Insadong atau di Korea disebut Insadong-Gil. Hampir seluruh toko di sana didominasi oleh toko kerajinan tangan para penduduk lokal.

Mulai dari guci, souvenir, ukiran, kaligrafi korea dan sebagainya dijajakan dengan rapi dan menarik. Harga barang kerajinan relatif lebih mahal mengingat Insadong merupakan tujuan wisata budaya. Di tengah gempuran modernitas di Korea, kebudayaan dan kerajinan masih memiliki tempat di Korea.

Setelah mengelilingi Insadong kamipun bergegas kembali ke hotel karena Insadong tidak menyediakan musholla dan restoran makanan halal. Hal yang saya dapat dari kunjungan kali ini adalah Insadong adalah bukti kebudayaan tradisional Korea dimana 'Bila kau tidak dapat memilikinya maka cukup kau menikmatinya saja'

Sabar Dulu Ya, Nanti Kita Berwisata ke Kota Praha

Kota Praha di Republik Ceko menawarkan banyak pemandangan menarik untuk dilihat traveler. Tapi sabar dulu ya, nanti setelah Corona reda kita wisata ke Praha.

Terbayang dalam benak saya mengenai negara Czech (Ceko) yang dulunya merupakan gabungan Cekoslovakia, yang akhirnya berpisah menjadi Ceko dan Slovakia, merupakan negara yang bekas perang dan tidak terlalu menarik.

Namun hal itu berubah saat kita tiba di sana, kita masuk melalui jalan darat dari Polandia (kota Warsaw) dengan menggunakan bus dengan perjalanan kurang lebih 4 jam, disuguhi dengan pemandangan ladang Canola sepanjang perjalanan yang kuning yang indah.

Ada beberapa hal menarik dari kota - kota di Eropa yang saya pelajari setelah beberapa tempat yang kami kunjungi adalah tiap tempat pasti punya namanya Old Town (yaitu pusat kota jaman dulu yang merupakan pusat pemerintahan atau pusat kota).

Kenapa menarik? karena di sini lah semua arsitektur jaman dulu dengan Kastil, gereja, tempat bangunan bangunan klasik berada dan merupakan pusat tujuan wisata pastinya. Sementara di luar old town biasanya sudah merupakan gedung gedung modern yang kontras sekali dengan old townnya.

Danau Semayang yang Baru & Menawan di Kalimantan

Ada destinasi wisata baru di Kutai Kartanegara, yaitu Danau Semayang. Di danau ini kita bisa melihat pesut Mahakam yang langka.

Untuk bertualang ke danau Semayang, kita bisa mulai dari Kota Samarinda. Ada jalur darat dengan kendaraan dan jalur sungai dengan kapal.

Cara paling mudah adalah menggunakan kendaraan roda dua atau empat dari Samarinda yang memerlukan waktu 3-4 jam perjalanan menuju Kota Bangun. Sekarang sudah dilengkapi dengan papan plang penunjuk arah untuk memudahkan wisatawan yang ingin berkunjung ke Desa wisata Pela.

Setelah sampai di Kota Bangun, ikuti papan penunjuk arah menuju desa Liang tempat ferry penyeberangan enuju desa Sangkuliman dan Desa Pela. Jika ingin membawa kendaraan roda 2, maka harus menyeberang dengan kapal kelotok ke Desa Sangkuliman terlebih dahulu baru ke Desa Pela. Biaya penyeberangan Kendaraan roda 2 dengan kapal hanya Rp 5.000, untuk penumpang gratis naik kapal.

Jika tidak ingin membawa kendaraan roda 2, bisa menyewa langsung kapal dari Pokdarwis Desa Pela untuk menjemput di Desa Liang dengan Biaya Rp 150.000 dengan kapal yang berkapasitas 10 penumpang. Kendaraan roda 2 akan dititipkan di rumah warga Desa Liang.

Setelah sampai di desa wisata Pela yang menjadi pintu masuk ke danau Semayang, maka wisatawan bisa melihat pesut Mahakam hilir mudik di jam-jam tertentu pagi dan sore. Cukup duduk di deretan rumah apung atau keramba ikan milik warga desa Pela, kita bisa melihat rombongan kecil pesut Mahakam yang keluar masuk antara danau Semayang dan sungai Mahakam.

Jika ingin melihat lebih dekat dan mengabadikan foto pesut Mahakam yang langka dan berstatus terancam punah bisa menyewa kapal pokdarwis desa Pela. Motoris memiliki pengetahuan lokasi dan waktu kemunculan pesut Mahakam.

Motoris juga mengikuti aturan untuk melihat pesut dari jarak yang aman. Jadi siapkan kamera dengan lensa tele, karena pesut Mahakam adalah hewan yang agak susah untuk di foto.

Pesut Mahakam tidak seperti lumba-lumba laut yang bisa melompat keluar dari air. Pesut Mahakam hanya muncul untuk bernafas yang dapat dilihat dengan kemunculan sirip punggung, kepala dan ekornya.

Desa wisata Pela tidak hanya wisata tentang menikmati pesut Mahakam saja. Desa pela memiliki jalanan kayu yang panjang dan berpemandangan indah. Ada sentra pembuatan ikan asin. Ada jembatan warna warni. Ada museum nelayan Pela.

Pada musim tertentu, kita bisa mengikuti kegiatan memancing tradisional menggunakan tangan kosong bersama warga desa pela. Ada spot tanjung tamannoh yang menjadi lokasi perkemahan bagi wisatawan dan tempat terbaik untuk menikmati momen matahari tenggelam di cakrawala danau Semayang yang luas seperti laut air tawar. Mari berkunjung ke danau Semayang.

Sebelum Ada Corona, Wisata Korea Selatan Baik-baik Saja

Sebelum merebaknya virus Corona, pariwisata di Korea Selatan baik-baik saja. Simak pengalaman kami menjelajahi kawasan Insadong di Kota Seoul berikut ini.

Insadong adalah salah satu distrik di Kota Seoul, Korea Selatan yang terkenal dengan barang-barang kerajinan tradisionalnya. Ada beberapa cara untuk menuju Insadong, namun yang paling mudah dengan menggunakan kereta bawah tanah yakni Seoul Subway.

Pertama adalah dengan menggunakan Line Nomor 1 dan berhenti di Jonggak Station kemudian keluar ke pintu 3 atau menggunakan Line Nomor 3 dan berhenti di Anguk Station lalu keluar ke pintu 6.

Pada saat memasuki area Insadong, saya dan istri menyempatkan diri untuk mencicipi snack khas korea yakni Topoyaki. Saat udara dingin menerpa di musim gugur adalah saat yang tepat untuk mencicipi topoyaki.

Topoyaki terbuat dari tepung dengan tekstur kenyal dicampur dengah kuah saos yang panas. Dengan 4.000 won atau sekitar Rp 40.000 kami berdua menikmati satu porsi topoyaki yang cukup banyak.

Setelah menikmati topoyaki, kami singgah di toko emperan yang menjual tas di depan area Insadong. Tas-tas wanita buatan korea di toko ini dibandrol dengan harga 5.000 won atau Rp 50.000, padahal di Indonesia tas ini dijual dengan harga Rp 100.000-an.

Setelah belanja tas, kami disambut dengan Korea Tourism Organization (KTO) Office di depan pintu masuk Insadong. Korea Selatan sadar betul akan pentingnya pusat informasi di tempat-tempat wisatanya.