Minggu, 12 April 2020

Kasus China Turun, Traveler Asing Malah Banyak yang Kena Corona

Kasus Corona yang ditularkan secara lokal jumlahnya telah menurun di China. Namun kasus justru bertambah akibat ditularkan orang asing yang masuk ke negara itu.
Kasus Corona di daratan China jumlahnya telah menurun secara umum per Minggu (15/3/2020). Namun di kota besar seperti Beijing dan Shanghai, kasus Corona terus bertambah karena infeksi dari traveler yang datang dari luar China.

Berdasarkan laporan dari Komisi Nasional Kesehatan pada Minggu, kasus Corona di daratan China bertambah menjadi 16 kasus. Dengan demikian hingga berita ini diturunkan, kasus Corona yang terkonfirmasi seluruhnya berjumlah 80.860.

Dilansir dari Channel News Asia, Senin (16/3/2020) berdasarkan hasil pemeriksaan, 12 dari 16 kasus itu merupakan infeksi impor yang jumlahnya melebihi temuan kasus yang ditularkan secara lokal selama tiga hari terakhir.

Kasus ini tersebar di Beijing (4 kasus), Guangdong (4 kasus), Shanghai (dua kasus), Provinsi Yunnan (1 kasus), Provinsi Gansu (1 kasus). Jika ditotal, jumlah kasus Corona impor ini telah berjumlah 123.

Guna meminimalisir penyebaran tersebut, China memperketat pengecekan traveler internasional, dimana setiap orang yang datang ke Beijing harus dikarantina di fasilitas kesehatan selama 14 hari.

Beijing juga telah mengalihkan semua penerbangan internasional yang dijadwalkan mendarat di Bandara Internasional Daxing di selatan ke Bandara Internasional Beijing di timur laut.

Sementara itu Shanghai juga telah menunjuk hotel-hotel yang berfungsi sebagai tempat karantina untuk wisatawan internasional meskipun hal ini belum diwajibkan bagi seluruh wisatawan.

Di sisi lain, kasus Corona akibat penularan lokal ditemukan di Wuhan yang menjadi pusat penyebaran Corona. Sebanyak 4 kasus baru ditemukan di ibu kota Hubei tersebut.

Sampai hari Minggu, di China tidak ditemukan kasus baru di luar Wuhan selama 11 hari terakhir. Jumlah korban meninggal akibat virus ini sendiri mencapai 3.213 orang.

Sekolah Sampai Wisata Seks di Belanda Tutup Guna Mencegah Corona

Penyebaran virus Corona yang makin meluas membuat Belanda akhirnya menutup sekolah, kafe, restoran, dan fasilitas olahraga mulai Minggu (15/3/2020).
Dilansir dari Channel News Asia, Senin (16/3/2020) berdasarkan laporan Institusi Nasional untuk Kesehatan Masyarakat sebanyak 1.135 orang telah terinfeksi Corona. Jumlahnya meningkat sebanyak 176 orang dan korban meninggal telah mencapai 20 orang. Untuk sekolah, penutupan akan berlangsung sampai 6 April.

"Sudah jelas tidak mungkin sekolah tetap dibuka karena banyak guru sudah sakit di rumah dan juga karena risiko keselamatan," kata Menteri Pendidikan Arie Slob dalam konferensi pers.

"Oleh sebab itu kami memutuskan untuk menutup seluruh sekolah dan pusat penitipan anak," tambahnya.

Sebelumnya, Perdana Menteri Mark Rutte menentang penutupan sekolah tetapi ia akhirnya setuju usai mendapat tekanan dari tenaga pendidik dan spesialis medis. Sebuah surat dikirimkan pada orang tua di Amsterdam yang mengatakan bahwa para tenaga medis profesional merekomendasikan sekolah-sekolah untuk ditutup.

Selain menutup sekolah, pemerintah juga telah meminta 17 juta penduduknya untuk tetap menjaga jarak bila mereka beraktivitas di luar rumah.

"Jangan melakukan penimbunan, itu tidak perlu, ada (stok) cukup di luar," ujar Slob.

Tak hanya sekolah, penutupan juga berlaku untuk seluruh sauna, klub seks, sekolah olahraga, dan kedai kopi ganja. Sebelumnya, tempat wisata seperti Museum Van Gogh juga ditutup sampai 31 Maret 2020 untuk meminimalisir penularan Corona.

Namun langkah Belanda untuk mengatasi Corona tak berhenti sampai di sini. Menteri Kesehatan Bruno Bruins mengatakan, langkah-langkah tambahan mungkin akan dilakukan.

Kafe di Prancis Tak Takut Perang, tapi Keok oleh Corona

 Cafe de Flore dan Brasserie Lipp, kafe dan restoran legendaris, tetap melayani pelanggan saat Perang Dunia II. Tapi, cafe dan resto itu tutup saat virus Corona melanda. Prancis juga tengah melawan virus Corona saat ini. Sebanyak 91 orang dari 4.500 penduduk yang terinfeksi di negara itu meninggal dunia setelah terinfeksi coronavirus.
Makanya, pemerintah penutup tempat-tempat berkumpulnya masyarakat. Termasuk, cafe, restoran, bioskop, dan sebagian besar pasar.

Cafe de Flore, Cafe yang ada di Boulevard Saint-Germain dan dibangun di pada 1880 dan menjadi tempat kongkow sastrawan sohor di Paris, termasuk Simone de Beauvoir and Jean-Paul Sartre, dan Brasserie Lipp, yang juga ada di Boulevard saint-Germain juga tutup. Pengelola menyebut menghadapi virus Corona lebih rumit.

"Setidaknya, selama Perang Dunia II kami tahu apa yang kami hadapi. Sekarang, kami kami tak tahu siapa lawan kami," ujar salah satu pegawai di restoran khas Prancis Brasserie Lipp, Sophie Chardonnet, yang sudah mendengarkan kisah-kisah dari mulut ke mulut yang sudah berusia 140 tahun, seperti dikutip Reuters, Senin (16/3/2020)

Di seberang Boulevard Saint-Germain yang dipenuhi deretan butik, seorang karyawan di Cafe de Flore memarkir sepeda motor dan tak lama keluar kemudian meninggalkan cafe itu. Dia seolah hanya mengambil barang seperlunya untuk menjalani libur selama dua minggu.

Pemandangan serupa tampak pada kafe-kafe di area itu. Jalanan sepi dan toko-toko di Paris itu kosong setelah Perdana Menteri Edouard Philippe mengumumkan pembatasan terhadap aktivitas publik di Prancis.

"Sedih sih melihat cafe ini tutup, ayo kita berharap agar ini tak berlangsung lama. Saya nggak akan mengeluh, apapun, ini buat kebaikan kita," kata Chardonnet.

Di pusat kota Paris, kawasan Marais, kawasan Yahudi, dan produsen brand asal Amerika Serikat (AS), Michael Kors, hingga Sessun Prancis juga tutup. Mereka memasang pengumuman agar pelanggan berbelanja online.

Catherine Perochon, pemilik restoran Timur Tengah Chez Marianne yang biasanya mampu menyajikan 1.000 hidangan pada hari Minggu, berencana menutup restoran itu selama satu bulan. Saat ini, restoran itu sedang bersih-bersih dan menyingkirkan bahan yang mudah rusak serta mematikan gas.

Kasus China Turun, Traveler Asing Malah Banyak yang Kena Corona

Kasus Corona yang ditularkan secara lokal jumlahnya telah menurun di China. Namun kasus justru bertambah akibat ditularkan orang asing yang masuk ke negara itu.
Kasus Corona di daratan China jumlahnya telah menurun secara umum per Minggu (15/3/2020). Namun di kota besar seperti Beijing dan Shanghai, kasus Corona terus bertambah karena infeksi dari traveler yang datang dari luar China.

Berdasarkan laporan dari Komisi Nasional Kesehatan pada Minggu, kasus Corona di daratan China bertambah menjadi 16 kasus. Dengan demikian hingga berita ini diturunkan, kasus Corona yang terkonfirmasi seluruhnya berjumlah 80.860.

Dilansir dari Channel News Asia, Senin (16/3/2020) berdasarkan hasil pemeriksaan, 12 dari 16 kasus itu merupakan infeksi impor yang jumlahnya melebihi temuan kasus yang ditularkan secara lokal selama tiga hari terakhir.

Kasus ini tersebar di Beijing (4 kasus), Guangdong (4 kasus), Shanghai (dua kasus), Provinsi Yunnan (1 kasus), Provinsi Gansu (1 kasus). Jika ditotal, jumlah kasus Corona impor ini telah berjumlah 123.

Guna meminimalisir penyebaran tersebut, China memperketat pengecekan traveler internasional, dimana setiap orang yang datang ke Beijing harus dikarantina di fasilitas kesehatan selama 14 hari.

Beijing juga telah mengalihkan semua penerbangan internasional yang dijadwalkan mendarat di Bandara Internasional Daxing di selatan ke Bandara Internasional Beijing di timur laut.

Sementara itu Shanghai juga telah menunjuk hotel-hotel yang berfungsi sebagai tempat karantina untuk wisatawan internasional meskipun hal ini belum diwajibkan bagi seluruh wisatawan.

Di sisi lain, kasus Corona akibat penularan lokal ditemukan di Wuhan yang menjadi pusat penyebaran Corona. Sebanyak 4 kasus baru ditemukan di ibu kota Hubei tersebut.

Sampai hari Minggu, di China tidak ditemukan kasus baru di luar Wuhan selama 11 hari terakhir. Jumlah korban meninggal akibat virus ini sendiri mencapai 3.213 orang.