Senin, 04 Mei 2020

Korsel Mulai Longgarkan Jaga Jarak, Izinkan Warga Berkumpul

 Korea Selatan mulai melonggarkan serangkaian aturan pembatasan pergerakan setelah tren penularan kasus virus corona (Covid-19) menurun secara signifikan dalam beberapa hari terakhir.

Korea Selatan mulai mengizinkan warga berkumpul dan mengadakan sejumlah acara publik setelah menerapkan aturan menjaga jarak yang ketat sejak Maret lalu.

Meski begitu, Perdana Menteri Korea Selatan Chung Sye-kyun menuturkan pemerintah akan tetap menerapkan beberapa syarat agar masyarakat tetap menjaga jarak aman.

"Korea Selatan akan menerapkan skema hidup karantina setiap hari mulai Rabu pekan ini. Perkumpulan dan acara boleh dilangsungkan di bawah beberapa syarat dan kondisi jika warga mengikuti langkah-langkah pencegahan penularan," kata Chung di Seoul pada Senin (4/5).

Pemerintah juga berencana membuka kembali kegiatan sekolah sekitar pertengahan Mei menurut kantor berita Yonhap. Beberapa liga olah raga profesional seperti baseball dan sepakbola juga akan kembali memulai musim baru mulai pekan ini. Namun, beberapa pertandingan akan diadakan secara tertutup tanpa penonton.

Dilansir AFP, Korea Selatan menjadi salah satu negara yang sangat terdampak penyebaran wabah corona di masa awal penyebaran pandemi itu. Korea Selatan sempat menjadi negara dengan kasus corona tertinggi di luar China, tempat virus Covid-19 pertama kali terdeteksi dan menyebar.

Akibatnya, acara publik, olahraga, hingga konser-konser K-Pop terpaksa diundur bahkan dibatalkan. Operasional sekolah, perkantoran, tempat-tempat wisata, museum, galeri, hingga rumah ibadah juga ditangguhkan sementara waktu.

Namun, pemerintah Korea Selatan dianggap cukup cepat menanggulangi penyebaran virus dengan menerapkan pelacakan, pemeriksaan, dan perawatan massal.

Korea Selatan bahkan membuka sejumlah pos pemeriksaan Covid-19 secara drive through sehingga mempermudah warga untuk melakukan tes corona.

Kebijakan penanganan Korea Selatan pun banyak dipuji dan dicontoh negara lain.

Per hari ini, statistik John Hopkins University mencatat 10.801 kasus corona dengan 252 kematian terjadi di Korea Selatan. Negara tersebut memiliki angka kematian rendah virus corona. 

Spanyol Mulai Buka Kegiatan Bisnis Usai Lockdown Dilonggarkan

 Spanyol hari ini Senin (4/5) mulai membuka beberapa kegiatan bisnis setelah mereka melonggarkan lockdown akibat virus corona.

Spanyol memberlakukan lockdown pada 14 Maret setelah pemerintah menyatakan kondisi darurat corona.

Setelah delapan pekan lockdown ketat diterapkan, kini Spanyol memasuki fase transisi secara bertahap.

Pejabat pemerintahan mengatakan terdapat empat fase pelonggaran yang akan ditentukan oleh serangkaian indikator seperti sistem kesehatan.

Serangkaian indikator ini termasuk kemampuan untuk menguji dan mengidentifikasi sumber penularan, kemampuan untuk mengisolasi dan mengendalikan penyebaran Covid-19.

Kementerian Kesehatan Spanyol mengatakan kunci lainnya untuk membuka kembali perekonomian adalah memastikan tersedianya kamar di rumah sakit.

Kementerian menekankan untuk setiap 10.000 penduduk, rumah sakit harus dapat menambah sekitar 1,5 hingga dua tempat tidur unit perawatan intensif dan sekitar 37 hingga 40 tempat tidur untuk pasien yang sakit parah.

Dilansir dari CNN, masyarakat diwajibkan menggunakan masker saat berada di transportasi umum dan peraturan ini berlaku di seluruh Spanyol.

AS Tuding China Sengaja Tutupi Tingkat Keparahan Virus Corona

- Amerika Serikat menuding China sengaja menyembunyikan tingkat keparahan penyebaran virus corona (Covid-19) dari dunia internasional.

Laporan Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS (DHS) menuturkan China sengaja melakukan itu demi menimbun barang impor dan mengurangi ekspor bahan medis sebelum menjadi langka di pasaran karena wabah corona.

"China kemungkinan memotong ekspor pasokan medis sebelum menyampaikan notifikasi kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO) terkait Covid-19 sebagai penyakit menular pada Januari lalu," bunyi laporan tersebut.

Menurut sumber pemerintah AS, laporan itu menilai data ekspor dan impor China selama kuartal pertama 2020. Laporan itu telah diedarkan kepada pemerintah federal pada Jumat pekan lalu.

Dilansir CNN, kantor berita ABC pertama kali yang melaporkan keberadaan laporan tersebut.

"Dalam komunikasinya, China sengaja menyembunyikan aktivitas perdagangan dengan secara terbuka menyangkal pernah melakukan larangan ekspor masker dan pasokan medis lainnya," menurut sumber merujuk pada pemaparan DHS dalam laporan tersebut.

Sumber mengatakan temuan dalam laporan DHS ini mendapat penilaian dengan "kepercayaan sedang". Itu menunjukkan bahwa laporan tidak bisa menyimpulkan apakah tindakan pemerintah China jahat atau tidak.

Sebab, menurut sumber itu, hal yang masuk akal jika China melakukan serangkaian langkah utama dalam menentukan kebutuhan masyarakatnya sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi.

Sumber itu menyebutkan bahwa China memiliki akses ke beragam bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi barang-barang yang dibutuhkan dalam menghadapi pandemi corona.

"Mereka memiliki kemampuan manufaktur yang kuat dan tenaga kerja yang dapat dengan cepat meningkatkan produksi," ucap sumber tersebut.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengaku setuju dengan laporan DHS itu. Menurut dia, "tidak ada alasan untuk tidak mempercayai" laporan komunitas intelijen AS.

"Saya telah melihat analisis mereka. Saya telah melihat rangkuman laporan yang telah beredar secara publik. Saya tidak memiliki alasan untuk meragukannya karena itu akurat," kata Pompeo ketika ditanya apakah China benar dengan sengaja menyembunyikan keparahan virus corona kepada dunia dalam wawancara bersama ABC pada Minggu (3/5).

"China berperilaku seperti rezim otoriter, berusaha menyembunyikan, menutupi, membingungkan dan memanfaatkan WHO sebagai alat untuk melakukan hal yang sama," ujarnya menambahkan.

Pompeo bahkan menyebut China patut disalahkan atas virus corona yang telah menginfeksi lebih dari 3,6 juta orang di seluruh dunia ini. 

"Australia setuju dengan ini, orang-orang Eropa juga mulai menganggap hal serupa. Dan saya pikir seluruh dunia memiliki kesamaan pemahaman bahwa China yang membawa virus ini ke dunia," ujar Pompeo.

AS terus menuding China menyembunyikan fakta-fakta seputar awal mula penyebaran virus corona dari dunia internasional. Washington juga bersikukuh bahwa virus corona berasal dari sebuah laboratorium di Wuhan yang bocor, bukan pasar tradisional.

AS bahkan berkeras ingin mengirim tim penyelidik ke Wuhan untuk menginvestigasi hal tersebut. Namun, Gedung Putih menganggap Beijing tidak menunjukkan sikap kooperatif terhadap investigator internasional.