Senin, 11 Mei 2020

Jepang Pertimbangkan Cabut Darurat Nasional Pekan Ini

- Pemerintah Jepang mempertimbangkan mencabut keadaan darurat nasional virus corona di beberapa prefektur yang tidak terkena imbas dalam jumlah besar.

Menteri Ekonomi Yasutoshi Nishimura merencanakan mengakhiri kondisi darurat di 34 prefektur, sebelum batas waktu 31 Mei.

"Untuk 34 prefektur [...] jika kami dapat mengonfirmasi kasus infeksi baru tetap stabil, kami bisa saja menyudahi [keadaan darurat nasional] di prefektur-prefektur tersebut," kata Nishimura di parlemen, Senin (11/5), dikutip dari Channel News Asia.


Nishimura menambakan kondisi darurat nasional bisa kembali diterapkan jika ada tanda-tanda memburuk setelah pencabutan berlaku.

Dari 34 prefektur tersebut, Tokyo dan Osaka serta 11 prefektur lain kemungkinan tidak akan diberlakukan pencabutan kondisi darurat nasional.

Jepang pekan lalu memperpanjang keadaan darurat nasional hingga akhir Mei dengan mengatakan akan melihat kembali situasi pada 14 Mei dan bisa saja mencabut kondisi darurat di beberapa perfektur.

Situasi darurat nasional di Jepang sudah berlakuk sejak 7 April 2020 di Tokyo dan enam wilayah lain. Kemunculan kasus-kasus baru lantas membuat pemerintah memperluas darurat nasional ke seluruh negeri.

Beragam aturan yang diterapkan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus corona tidak diindahkan seluruh masyarakat Jepang. Banyak yang masih memilih bepergian dan beraktivitas di tengah aturan darurat nasional.

Warga Jepang pun menentang aturan baru tentang perilaku masyarakat, seperti kewajiban mengenakan masker, menjaga jarak, dan kerja jarak jauh, karena dianggap menggurui.

Terdapat 15.777 kasus virus corona di negara Asia Timur tersebut. Menurut data Johns Hopkins University tercatat 624 orang meninggal. Sementara dari data Worldometers diketahui 8.127 orang sembuh. 

Trump Disebut Frustrasi Usai Staf Gedung Putih Positif Corona

Presiden Donald Trump disebut merasa frustrasi lantaran cukup banyak staf Gedung Putih yang terinfeksi virus corona (Covid-19).

Trump merasa khawatir setelah muncul berita bahwa sejumlah staf Gedung Putih yang terinfeksi virus corona disebut bisa merusak rencananya membuka kembali perekonomian di AS. Disamping itu, kabar tersebut memudarkan pesannya yang selama ini mengatakan bahwa penularan Covid-19 telah menurun di Negeri Paman Sam.

Menurut sumber yang berbicara dengan Trump pada akhir pekan kemarin, Trump heran mengapa tidak ada orang yang meminta para staf Gedung Putih yang positif corona, termasuk ajudan pribadinya, menggunakan masker sepekan sebelum didiagnosa terinfeksi Covid-19.


Trump dikabarkan memberi tahu orang-orang di sekelilingnya bahwa ia tidak ingin berada di dekat siapa pun yang belum melakukan pemeriksaan corona. 

Sumber itu menuturkan presiden berusia 73 tahun itu juga disebut merasa tidak nyaman menjalin kontak dengan beberapa orang di Gedung Putih.

Dilansir CNN, Trump percaya pemulihan ekonomi AS bisa dilakukan hanya ketika para gubernur negara bagian memutuskan mencabut pembatasan pergerakan. 

Sementara itu, Presiden AS ke-45 itu disebut cemas jika tanda-tanda penularan virus corona muncul kembali di AS yang sampai saat ini masih menemukan peningkatan kasus baru dan angka kematian akibat Covid-19.

Setelah ajudan pribadi Trump terinfeksi virus corona, seorang staf urusan media Wakil Presiden Mike Pence juga dikabarkan positif Covid-19. Namun, Pence tidak berencana mengisolasi diri meski salah satu stafnya itu telah terinfeksi corona.

Selain itu, seorang asisten putri Trump, Ivanka Trump, juga dinyatakan positif corona. Laporan itu muncul setelah sang asisten tidak terlihat bekerja selama beberapa pekan.

Wapres AS Tak Akan Isolasi Mandiri usai Staf Positif Corona

Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence tidak berencana melakukan karantina mandiri kendati salah seorang stafnya dinyatakan positif terinfeksi virus corona.

Juru bicara Devin O'Malley mengatakan Pence rencananya akan berada di Gedung Putih pada Senin (11/5). O'Malley mengatakan Pence secara sukarela akan menjaga jarak dari orang lain sesuai dengan arahan dari Unit Medis Gedung Putih.

"Wakil Presiden Pence akan terus mengikuti saran dari Unit Medis Gedung Putih dan tidak dalam karantina. Selain itu, ia juga telah dites negatif setiap hari dan berencana untuk berada di Gedung Putih besok," ujar O'Malley dalam sebuah pernyataan seperti mengutip Associated Press.

Pernyataan O'Malley ini sekaligus menepis kabar bahwa Pence akan melakukan karantina mandiri dan melanjutkan kerja dari rumah.

Namun Pence diketahui absen dalam pertemuan dengan Trump pada Sabtu (9/5) lalu setelah kembali ke Washington pada Jumat (8/5).

Secara terpisah, seorang pejabat kepada CNN mengatakan jika jadwal Pence kemungkinan akan lebih ringan dalam beberapa hari ke depan. Pejabat tersebut juga mengatakan saat ini ada sensitivitas ekstrim di dalam Gedung Putih terkait pandemi virus corona.

Dua orang sumber CNN yang tak disebutkan identitasnya mengatakan seseorang yang sehari-hari bekerja sebagai staf Pence dinyatakan positif terinfeksi virus corona pada Jumat (8/5).

Staf yang positif Covid-19 itu tidak ikut serta dalam kunjungan Pence ke Des Moines, Iowa. Namun muncul kekhawatiran apabila sejumlah staf lain sempat melakukan kontak langsung dengannya.

Kasus Covid-19 menjadi kabar buruk yang terjadi di lingkungan Gedung Putih. Sebelumya, seorang pengawal pribadi Presiden Donald Trump juga dinyatakan positif terinfeksi virus corona.

Mengetahui kabar tersebut, Trump mengaku merasa sangat kecewa dan kemudian kembali menjalani tes virus corona oleh dokter Gedung Putih.

"Kami baru-baru ini diberitahu Unit Medis Gedung Putih bahwa seorang anggota Militer Amerika Serikat yang bekerja di Gedung Putih positif terinfeksi virus corona," kata Wakil Sekretaris Gedung Putih, Hogan Gidley mengutip CNN, Kamis (7/5).

Data statistik Worldometers mencatat saat ini AS memiliki 1.366.760 kasus positif virus corona. Sekitar 80.757 orang meninggal dan 255.654 pasien sembuh.

Jepang Pertimbangkan Cabut Darurat Nasional Pekan Ini

- Pemerintah Jepang mempertimbangkan mencabut keadaan darurat nasional virus corona di beberapa prefektur yang tidak terkena imbas dalam jumlah besar.

Menteri Ekonomi Yasutoshi Nishimura merencanakan mengakhiri kondisi darurat di 34 prefektur, sebelum batas waktu 31 Mei.

"Untuk 34 prefektur [...] jika kami dapat mengonfirmasi kasus infeksi baru tetap stabil, kami bisa saja menyudahi [keadaan darurat nasional] di prefektur-prefektur tersebut," kata Nishimura di parlemen, Senin (11/5), dikutip dari Channel News Asia.


Nishimura menambakan kondisi darurat nasional bisa kembali diterapkan jika ada tanda-tanda memburuk setelah pencabutan berlaku.

Dari 34 prefektur tersebut, Tokyo dan Osaka serta 11 prefektur lain kemungkinan tidak akan diberlakukan pencabutan kondisi darurat nasional.

Jepang pekan lalu memperpanjang keadaan darurat nasional hingga akhir Mei dengan mengatakan akan melihat kembali situasi pada 14 Mei dan bisa saja mencabut kondisi darurat di beberapa perfektur.

Situasi darurat nasional di Jepang sudah berlakuk sejak 7 April 2020 di Tokyo dan enam wilayah lain. Kemunculan kasus-kasus baru lantas membuat pemerintah memperluas darurat nasional ke seluruh negeri.

Beragam aturan yang diterapkan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus corona tidak diindahkan seluruh masyarakat Jepang. Banyak yang masih memilih bepergian dan beraktivitas di tengah aturan darurat nasional.

Warga Jepang pun menentang aturan baru tentang perilaku masyarakat, seperti kewajiban mengenakan masker, menjaga jarak, dan kerja jarak jauh, karena dianggap menggurui.

Terdapat 15.777 kasus virus corona di negara Asia Timur tersebut. Menurut data Johns Hopkins University tercatat 624 orang meninggal. Sementara dari data Worldometers diketahui 8.127 orang sembuh.