Selasa, 12 Mei 2020

Profesor Ini Yakin Virus Corona Bocor dari Lab Wuhan

 Kemungkinan bahwa virus Corona berasal dari laboratorium di Wuhan terus didengungkan, antara lain oleh pemerintah Amerika serikat. Seorang profesor di Australia pun mendukung teori tersebut.
Profesor Clive Hamilton yang terkenal di Negeri Kanguru itu adalah pakar China dan akademisi Australian National University serta Charles Sturt University. Ia menilai asal COVID-19 dari pasar Wuhan meragukan dan lebih cenderung dari laboratorium Wuhan.

Sebab, kasus terawal COVID-19 menurutnya menimpa orang yang sama sekali tidak berhubungan dengan pasar hewan Wuhan. "Hal ini ditunjukkan oleh studi kualitas tinggi. Jadi, gagasan bahwa virus ini berawal di Desember, akhir Desember, di pasar ini, tidak terukur," cetusnya.

"Satu-satunya penjelasan lain yang masuk akal adalah bahwa virus ini bocor dari Wuhan Institute of Virology," katanya, dikutip detikINET dari Daily Mail.

Ia menyebutkan hipotesis itu justru berawal dari ilmuwan China sendiri dan sempat beredar di internet sebelum mendadak lenyap. Kemudian netizen China sempat mencaritahu tentang seorang wanita yang diduga pasien pertama COVID-19 dan dia bekerja di laboratorium tersebut sebelum hilang.

Pasar Wuhan tersebut letaknya tidak jauh dari Wuhan Institute of Virology, di mana di sana ada riset coronavirus di kelelawar, termasuk kemungkinan dilakukan modifikasi. "Ada potensi virus ini lolos dengan suatu cara," begitu opininya.

Ia mengklaim dua ilmuwan China sempat menulis bahwa coronavirus berasal dari laboratorium tersebut. "Ada hipotesis sangat masuk akal bahwa seseorang terinfeksi di laboratorium, keluar dan mulai menularkan ke orang lain," katanya.

Teori tersebut ditulis pada 6 Februari oleh ilmuwan Botao Xiaoi dan Lei Xiao, keduanya dari Wuhan University dan diberi judul 'The possible origins of the 2019-nCoV coronavirus'. Mereka menyebut habitat kelelawar yang membawa virus itu letaknya 900 km dari pasar seafood, kelelawar itu tidak dimakan oleh warga Wuhan dan tidak ada yang diperjualbelikan di sana.

"Mereka menyimpulkan bahwa coronavirus kemungkinan berasal dari laboratorium di Wuhan. Artikel itu dengan cepat dihapus. Bitao Xiao kemudian berkata pada Wall Street Journal bahwa dia menarik artikel itu karena kurangnya bukti langsung," papar Hamilton.

Sebelumnya, presiden Amerika Serikat Donald Trump sampai Menteri Luar Negeri AS mengklaim punya bukti bahwa COVID-19 berasal dari laboratorium Wuhan. Adapun pihak China sudah berulangkali membantahnya.

Kepada Scientific American, Shi Zhengli selaku virologis dan Direktur Center for Emerging Infectious Disease di Wuhan Institute of Virology mengakui laboratoriumnya memang punya virus Corona. Saat wabah COVID-19 merebak, Shi dan tim ilmuwan memang lagi meneliti virus Corona.

"Saya sempat berpikir apakah ini dari laboratorium kami? Saya bertanya-tanya apa dinas kesehatan salah. Saya tidak pernah menyangka ini terjadi di Wuhan," ujar perempuan berusia 55 tahun ini.

Shi dan tim terlibat mencari sumber penularan dan berlomba dengan waktu karena korban jiwa terus bertambah. Tim ilmuwan memakai teknis reaksi berantai polymerase untuk mendeteksi virus dengan memperkuat material genetiknya.

"Hasilnya tidak ada sekuens yang cocok dengan virus yang tim kami ambil dari kelelawar gua. Pikiran saya lega sekali, saya tidak tidur berhari-hari," kata Shi menegaskan tidak ada kebocoran dari laboratoriumnya.

Sudah Terapkan Jaga Jarak, Kenapa Masih Bisa Terinfeksi Corona?

 Saat ini di Indonesia masih terus menjalankan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sebagai salah satu cara untuk mencegah penyebaran virus Corona COVID-19 semakin meluas.
Tetapi, meski sudah dijalankan masih saja ditemukan banyak kasus positif. Kenapa bisa terjadi?

Para ahli dari empat fasilitas di media San Diego mengatakan ada beberapa alasan kenapa kasus baru masih muncul, meski sudah menjalankan pembatasan. Satu alasan yang paling menonjol adalah orang-orang tidak mematuhi aturan yang ada.

Christian Ramers dari Pusat Kesehatan Keluarga San Diego mengatakan, kasus baru mungkin bisa terjadi di antara individu yang tinggal atau berada dekat dengan orang lain. Selain itu para pekerja yang bisa saja terinfeksi saat bekerja.

"Banyak orang yang tidak sepenuhnya melakukan isolasi diri, terutama mereka yang tinggal di lingkungan yang ramai atau mereka yang masih harus bekerja. Itu mungkin menjadi alasan masih ada yang bisa terinfeksi," kata Ramers yang dikutip dari KPBS News.

Menurutnya, virus itu bisa menyebar ke orang lain dalam rumah tangga. Terutama pada orang-orang yang tidak menunjukkan gejala atau asimptomatik.

Mark Sawyer profesor pediatri klinis UC San Diego juga menunjukkan adanya faktor lain, meskipun sudah melakukan pembatasan dan menggunakan masker. Bisa karena kondisi tubuh yang lemah atau alasan lainnya.

"Ada juga orang yang mungkin sudah mengikuti aturan jaga jarak, tetapi kurang menerapkan aturan mencuci tangan dan menghindari menyentuh permukaan. Kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka," katanya.

Profesor Ini Yakin Virus Corona Bocor dari Lab Wuhan

 Kemungkinan bahwa virus Corona berasal dari laboratorium di Wuhan terus didengungkan, antara lain oleh pemerintah Amerika serikat. Seorang profesor di Australia pun mendukung teori tersebut.
Profesor Clive Hamilton yang terkenal di Negeri Kanguru itu adalah pakar China dan akademisi Australian National University serta Charles Sturt University. Ia menilai asal COVID-19 dari pasar Wuhan meragukan dan lebih cenderung dari laboratorium Wuhan.

Sebab, kasus terawal COVID-19 menurutnya menimpa orang yang sama sekali tidak berhubungan dengan pasar hewan Wuhan. "Hal ini ditunjukkan oleh studi kualitas tinggi. Jadi, gagasan bahwa virus ini berawal di Desember, akhir Desember, di pasar ini, tidak terukur," cetusnya.

"Satu-satunya penjelasan lain yang masuk akal adalah bahwa virus ini bocor dari Wuhan Institute of Virology," katanya, dikutip detikINET dari Daily Mail.

Ia menyebutkan hipotesis itu justru berawal dari ilmuwan China sendiri dan sempat beredar di internet sebelum mendadak lenyap. Kemudian netizen China sempat mencaritahu tentang seorang wanita yang diduga pasien pertama COVID-19 dan dia bekerja di laboratorium tersebut sebelum hilang.

Pasar Wuhan tersebut letaknya tidak jauh dari Wuhan Institute of Virology, di mana di sana ada riset coronavirus di kelelawar, termasuk kemungkinan dilakukan modifikasi. "Ada potensi virus ini lolos dengan suatu cara," begitu opininya.

Ia mengklaim dua ilmuwan China sempat menulis bahwa coronavirus berasal dari laboratorium tersebut. "Ada hipotesis sangat masuk akal bahwa seseorang terinfeksi di laboratorium, keluar dan mulai menularkan ke orang lain," katanya.