Sabtu, 30 Mei 2020

Nol Kasus Kematian Sejak Wabah Corona Merebak, Ini 7 Strategi Vietnam

Pihak berwenang dengan ketat melacak kontak pasien virus Corona yang dikonfirmasi dan menempatkan mereka dalam karantina selama dua minggu, wajib.

"Kami memiliki sistem yang sangat kuat: 63 CDC provinsi (pusat-pusat pengendalian penyakit), lebih dari 700 CDC tingkat kabupaten, dan lebih dari 11.000 pusat kesehatan komune. Semuanya menghubungkan pelacakan kontak," kata dokter Pham dengan National Institute Kebersihan dan Epidemiologi.

Pengalaman menangani wabah SARS
Thwaites mengatakan pengalaman Vietnam yang kaya dalam menangani wabah penyakit menular, seperti epidemi SARS dari tahun 2002 hingga 2003 dan flu burung berikutnya, telah membantu pemerintah dan masyarakat untuk lebih siap dalam menghadapi pandemi COVID-19.

"Warga di Vietnam jauh lebih mewaspadai penyakit menular daripada banyak negara yang mungkin lebih makmur atau negara yang sebelumnya tidak berhadapan dengan banyak penyakit menular, Eropa, Inggris dan AS misalnya," katanya.

"Negara ini memahami bahwa hal-hal ini perlu ditanggapi dengan serius dan sesuai dengan pedoman dari pemerintah tentang bagaimana mencegah penyebaran infeksi," tutupnya.

Tindak cepat dan lebih awal
Vietnam mulai mempersiapkan langkah pencegahan wabah virus Corona berminggu-minggu sebelum kasus pertamanya terdeteksi. Kala itu, otoritas China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa tidak ada 'bukti pasti' untuk penularan dari manusia ke manusia. Tetapi Vietnam tidak mengambil risiko.

"Kami tidak hanya menunggu pedoman dari WHO. Kami menggunakan data yang kami kumpulkan dari luar dan dalam negara untuk memutuskan mengambil tindakan lebih awal," kata Pham Quang Thai, wakil kepala Departemen Pengendalian Infeksi di National Institute of Kebersihan dan Epidemiologi di Hanoi.

Awal Januari lalu semua orang yang datang dari Wuhan ke bandara internasional Hanoi diawasi dengan ketat, jika ada yang mengalami demam saat itu mereka langsung diisolasi. Pertengahan Januari, Wakil Perdana Menteri Vu Duc Dam memerintahkan lembaga-lembaga pemerintah untuk mengambil 'langkah drastis' mencegah virus Corona COVID-19 menyebar ke Vietnam dengan memberlakukan karantina di gerbang perbatasan, bandara, dan pelabuhan.

Langsung menutup akses penerbangan
Pada 23 Januari, Vietnam mengkonfirmasi dua kasus virus Corona pertama. Di mana seorang warga negara China yang tinggal di Vietnam dan ayahnya telah melakukan perjalanan dari Wuhan untuk mengunjungi putranya. Keesokan harinya otoritas penerbangan Vietnam membatalkan semua penerbangan ke dan dari Wuhan.

Membentuk tim penanganan wabah Corona
Ketika Vietnam itu merayakan liburan Tahun Baru Imlek, Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc menyatakan perang terhadap virus Corona. "Memerangi epidemi ini seperti memerangi musuh," katanya pada pertemuan Partai Komunis yang mendesak pada 27 Januari.

Tiga hari kemudian, ia membentuk komite pengarah nasional untuk mengendalikan wabah virus Corona COVID-19. Tepat di hari yang sama WHO akhirnya mengumumkan virus Corona sebagai darurat kesehatan internasional.

Umumkan epidemi nasional
Pada 1 Februari, Vietnam mengumumkan epidemi nasional dengan hanya enam kasus yang dikonfirmasi. Semua penerbangan antara Vietnam dan China dihentikan, diikuti dengan penangguhan visa kepada warga China pada hari berikutnya.

Pada Februari, pembatasan perjalanan, karantina kedatangan, dan penangguhan visa diperluas dalam cakupan ketika virus Corona menyebar ke luar China ke negara-negara seperti Korea Selatan, Iran, dan Italia. Vietnam akhirnya menghentikan sementara semua orang asing pada akhir Maret.

Lockdown
Vietnam juga cepat mengambil tindakan lockdown. Pada tanggal 12 Februari, Vietnam melockdown seluruh pedesaan yang terdiri dari 10.000 orang di Hanoi selama 20 hari karena adanya tujuh kasus virus Corona. Sekolah dan universitas, yang telah dijadwalkan untuk dibuka kembali pada bulan Februari setelah liburan Tahun Baru Imlek, diperintahkan untuk tetap ditutup, dan hanya dibuka kembali pada bulan Mei.

Thwaites, pakar penyakit menular di Kota Ho Chi Minh, mengatakan kecepatan respons Vietnam adalah alasan utama di balik keberhasilannya.
"Tindakan mereka pada akhir Januari dan awal Februari jauh di depan banyak negara lain. Dan itu sangat membantu bagi mereka untuk dapat mempertahankan kontrol," katanya.

Contact tracing
Tindakan awal yang menentukan secara efektif membatasi penularan masyarakat dan menjaga agar kasus-kasus yang dikonfirmasi Vietnam sebanyak 16 kasus pada 13 Februari. Selama tiga minggu, tidak kasus Corona baru hingga akhirnya Vietnam harus menghadapi gelombang kedua yang melanda pada Maret, dibawa oleh orang-orang Vietnam yang kembali dari luar negeri.
http://cinemamovie28.com/dont-forget-me/

Jumat, 29 Mei 2020

Pengalaman 'Tes Corona' di RSPI Sulianti Saroso, Prosedur dan Biayanya

Setelah pemerintah mengumumkan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, sebagai kasus 76 positif virus corona COVID-19, sontak banyak jurnalis menjadi khawatir terutama yang pernah kontak langsung dalam kurun waktu 14 hari terakhir.
Bagaimana tidak, setelah status Menhub sebagai pasien positif diumumkan pada Sabtu (14/3/2020), semua orang yang pernah berinteraksi langsung, seketika menjadi ODP atau Orang dalam Pemantauan. Termasuk saya yang baru-baru ini mewawancarai Menhub Budi Karya.

Apakah semua ODP wajib melakukan pemeriksaan ke rumah sakit?

Sebenarnya tidak, namun karena saya dalam kurun waktu seminggu terakhir sempat batuk pilek ditambah demam juga ada riwayat kontak dengan pasien positif pada 2 Maret lalu, maka pada Senin (16/3/2020) pukul 09.00 WIB, saya berinisiatif untuk mengunjungi salah satu rumah sakit rujukan virus corona COVID-19 di bilangan Jakarta Utara, RS Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso.

Setibanya di sana, ada beberapa alur yang harus dilalui oleh ODP yang memeriksakan diri.

Tahap Awal
Setibanya di RSPI Sulianti Saroso, saya diarahkan menuju POS PEMANTAUAN 24 JAM yang berada di dekat pintu masuk. Setibanya di sana, sudah ada sekitar 20 orang mengantre untuk diperiksa.

"Jangan batuk pilek langsung cek corona. Ini kan pada sehat, nggak usah cek. Kita nggak cek kalau memang masih sehat. Kalau nggak ada kontak dengan siapa-siapa tidak ada yang perlu dipantau," ujar salah satu tenaga medis di pos pemantauan kepada beberapa orang, mengingat saat itu makin banyak yang datang berbondong-bondong dan meminta 'tes corona'.

Di pos pemantauan, orang yang datang akan diberi penanganan sesuai kondisinya. Sebelumnya mereka diberi formulir yang berisi identitas, status kesehatan (misalnya ada gejala), dan apakah memiliki riwayat kontak dengan pasien positif. Ada beberapa kriteria skrining awal di RSPI Suliati Saroso.

Jika tidak pernah kontak dengan pasien positif dan dinyatakan sehat, maka akan disarankan untuk pulang ke rumah.
Jika tidak pernah kontak namun mengalami gejala seperti batuk pilek yang tak membaik, maka petugas kesehatan menyarankan untuk mengunjungi dokter umum terlebih dahulu.
Jika pernah kontak dan tidak bergejala tapi masih ingin periksa, maka diarahkan menuju poli MCU (Medical Check Up).
Jika pernah kontak dan bergejala sedang, seperti batuk dan pilek, ada yang diarahkan ke spesialis paru ada juga yang ke poli MCU.
Setelah menunggu kira-kira 45 menit, tiba giliran saya untuk skrining awal. Setelah mengisi formulir, saya ditanyai ulang soal kondisi kesehatan dan kapan terakhir kali kontak dengan pasien positif. Di pos pemantauan, semua orang yang datang akan diperiksa suhunya. Saat diperiksa, suhu badan saya lumayan tinggi, 37,9 derajat celcius dan memiliki riwayat sesak.

Berbeda dengan beberapa ODP lainnya, saya tidak ke poli MCU namun diarahkan untuk pemeriksaan langsung di Poli UGD.

Formulir skrining 'virus corona' COVID-19 yang akan menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya.Formulir skrining 'virus corona' COVID-19 yang akan menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya. 

Tahap Kedua: Pemeriksaan
Sebelum masuk ke UGD, saya diberi tahu bahwa saat ini yang berada di ruangan tersebut telah resmi dinyatakan PDP atau Pasien dalam Pengawasan. Karena itu, saya dibekali masker sebelum masuk ke ruang UGD.

"Tinggal di mana? Serumah berapa orang?" tanya salah satu petugas medis di ruang UGD. Di ruangan tersebut memang ada beberapa orang yang juga tengah menunggu giliran pemeriksaan.

Seluruh nakes (tenaga kesehatan) di ruang UGD mengenakan APD (Alat Pelindung Diri) lengkap untuk mengurangi paparan virus. Saya ditensi dan diperiksa oleh salah satu dokter jaga UGD. Agak menunggu lama sebelum diputuskan harus tes swab atau tidak oleh dokter.

Meski demam dan sedikit sesak, dokter memutuskan agar saya dicek darah dan rontgen saja. Dia menjelaskan bahwa tes darah dan rontgen pun sebenarnya cukup untuk pemeriksaan kesehatan tahap awal bagi ODP jika belum menunjukkan gejala berat.

Di UGD, setelah darah diambil, saya diarahkan menuju Ruang Radiologi untuk rontgen. Berbekal kertas berwarna hijau dengan keterangan ODP, saya pun ke Ruang Radiologi dan menunggu bersama beberapa orang yang juga menjalani pemeriksaan yang sama.

Tahap Ketiga: Menunggu Hasil
Setelah rontgen, saya kembali ke UGD untuk menanyakan hasil pemeriksaan darah. Mereka mengatakan butuh waktu sekitar 2-3 jam untuk melihat hasil laboratorium. Setelah itu saya kembali ke Ruang Radiologi untuk mengambil hasil rontgen paru yang diminta UGD.

Berbeda dari ODP lainnya, hasil rontgen paru dan darah saya langsung keluar sore itu juga. Memang butuh beberapa kali mondar-mandir karena arahan dari petugas kesehatan tidak terlalu jelas.

Beberapa orang mengaku mereka harus menunggu hasil MCU di antaranya rontgen dan pemeriksaan darah keesokan harinya.
https://kamumovie28.com/one-piece-episode-877-subtitle-indonesia/

"Alhamdulillah hasil tes lab darah dan rontgen baik. Tapi karena bergejala, ada beberapa obat yang harus diminum ya," ujar dokter jaga UGD.

Sebelum pulang, dokter mewajibkan untuk mengisolasi diri selama 14 hari. Jika dalam 14 hari ke depan timbul gejala berat atau kondisi yang saat ini tengah saya alami memburuk, maka diminta ke rumah sakit.

Kenapa tidak di-swab?
Beberapa pertimbangannya mungkin gejala yang saya alami cenderung lebih ringan dari PDP. Mereka yang ditetapkan sebagai PDP di RSPI Sulianti Saroso memang sudah berat dan kebanyakan memakai alat bantu pernapasan. Pun demikian, dokter meyakinkan bahwa pemeriksaan awal dengan rontgen dan cek darah juga sudah bisa dilakukan sebagai skrining awal.

Jika hasil laboratorium dan rontgen menunjukkan adanya infeksi, maka saya kemungkinan akan di-swab.

Berapa Biayanya?
Rontgen paru Rp 144 ribu
Lab patologi klinik (pemeriksaan darah) Rp 53 ribu
Biaya pemeriksaan IGD Rp 138 ribu
Obat-obatan Rp 147 ribu.
Catatan redaksi: Ada banyak sekali informasi yang simpang siur seputar tes corona, mulai dari prosedur hingga tempat pelayanan. Jika punya pertanyaan seputar layanan tes tersebut, silakan tinggalkan komentar.