Senin, 15 Juni 2020

Apakah Vaksin Satu-satunya Cara untuk Akhiri Pandemi Corona?

Dunia kini tengah berjuang melawan pandemi Corona. Para ilmuwan dan peneliti mencoba cara terbaik untuk mengembangkan vaksin yang efektif dengan beberapa tahap uji coba.

Namun yang masih menjadi pertanyaan hingga kini adalah apakah vaksin menjadi satu-satunya solusi untuk mengakhiri pandemi Corona? Apakah jika vaksin sudah tersedia, dapat dengan cepat mengatasi pandemi Corona?

Mengutip Medical Daily, saat ini 159 kandidat vaksin Corona tengah melakukan uji coba. Tren menunjukkan vaksin dilihat sebagai salah satu cara terbaik untuk mengatasi virus Corona.

Tentu saja, vaksinasi adalah cara yang hemat biaya untuk mencegah penyakit menular. Namun, dibutuhkan sekitar 5 hingga 10 tahun untuk dapat melewati berbagai tahap pengembangan klinis sampai akhirnya disetujui dan digunakan.

"Kita perlu menyadari bahwa pada saat vaksin tersedia, mungkin beban pandemi akan berkurang dan sebagian besar populasi akan mengembangkan kekebalan kawanan melalui infeksi subklinis atau klinis," kata ilmuwan India dari Rumah Sakit Appolo, menulis dalam sebuah artikel untuk The Quint.

Dirawat 2 Bulan karena Corona, Total Perawatan Pria Ini Capai Rp 14 M

 Usai dirawat intensif selama 2 bulan karena virus Corona COVID-19, ternyata total biaya perawatan pria 70 tahun ini mencapai 14,1 miliar rupiah. Pria bernama Michael Flor dari Amerika Serikat (AS) ini kondisinya sempat memburuk bahkan kritis.

Dikutip dari AFP, ia pertama kali masuk rumah sakit pada 4 Maret lalu. Usai dirawat 62 hari, Flor bisa bertahan dan sembuh dari virus Corona COVID-19.

Namun pada 5 Mei, ia terkejut mendapati tagihan biaya rumah sakit dengan total 14,1 miliar rupiah. Tagihan ini termasuk Rp 137,5 juta per hari untuk ruang perawatan intensif, Rp1,1 miliar untuk penggunaan ventilator selama 29 hari, dan nyaris Rp 1,4 miliar selama dua hari ketika prognosisnya memburuk, dan lain-lain.

Beruntungnya, biaya tersebut ditanggung oleh program asuransi pemerintah untuk lanjut usia, Medicare. Flor dikatakan tidak perlu mengeluarkan biaya sepeser pun untuk tagihan dengan total Rp 14,1 miliar.

"Itu adalah satu juta dolar untuk menyelamatkan saya, dan tentu saja saya akan bilang uang itu dihabiskan dengan berguna. Tetapi saya juga tahu saya mungkin hanya satu-satunya yang mengatakan itu," kata Flor.

Sama-sama Dansa, Ini Bedanya Dance Sport Vs Social Dance

Empat kasus positif virus corona COVID-19 di Indonesia saling terhubung dalam sebuah acara dansa di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Tidak banyak yang tahu, sebenarnya dansa juga termasuk olahraga lho!
Ada berbagai jenis dansa yang dikenal, ada yang kompetitif dan ada yang nonkompetitif. Dansa yang kompetitif biasa disebut 'dance sport' dan dinaungi oleh Ikatan Olahraga Dansa Indonesia (IODI). Sedangkan dansa yang nonkompetitif biasa disebut social dance dan sering dilakukan di pesta-pesta.

Titanno Bayuseto Dahono, seorang atlet dansa yang tergabung dalam IODI, menjelaskan bahwa olahraga dansa tak ubahnya seperti olahraga beladiri, misalnya wushu dan karate, yang memadukan olahraga dan seni. Klub dansa saat ini sudah cukup banyak, bahkan ada di kampus-kampus.

"Olahraga dansa bahkan di salah satu kampus sudah jadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Rencananya sih kami inginnya nanti bisa masuk ke sekolah-sekolah juga. Supaya lebih banyak lagi atlet muda olahraga dansa," kata Titan, ditemui detikcom di Jalan Gedung Raya Hijau, Jakarta Selatan, Sabtu (7/3/2020).

Sebagai cabang olahraga, dansa juga dikompetisikan hingga level internasional.Sebagai cabang olahraga, dansa juga dikompetisikan hingga level internasional. Foto: Ari Saputra/detikHealth
Salah satu jenis dansa yang kompetitif adalah Cha Cha Cha yang juga termasuk kategori Latin Dance. Ciri khasnya adalah gerakan yang energetik dan cepat, dan dibawakan oleh dua orang secara berpasangan.

"Walaupun ada banyak jenis variasi lagu, namun hitungan cha-cha-cha selalu sama yaitu 'two, three, four, and one' atau 'two, three, Cha-cha-cha!'. Itu kenapa disebut cha-cha-cha," jelas Titan yang turut memperkuat kontingen Timnas Dancesport Indonesia di Sea Games 2019.

Ingin mengenal lebih dalam olahraga dansa? Ikuti terus ulasannya di detikHealth.
https://indomovie28.net/zero-days/

Mutasi Baru Virus Corona, Menular 10 Kali Lebih Cepat dari COVID-19

Sebuah strain atau varian virus Corona yang bermutasi saat ini diketahui sedang mewabah di Amerika Serikat, Inggris dan Italia. Mutasi baru virus Corona ini hampir 10 kali lebih menular dibandingkan virus yang muncul dari China.
Strain D614G, demikian para peneliti menamainya, sejauh ini disebut sebagai versi kuat dari SARS-CoV-2. Dilihat dari bentuknya, D614G punya jumlah mahkota menonjol empat hingga lima kali lebih dibandingkan COVID-19.

Seperti dikutip dari Daily Mail, para peneliti berpendapat bahwa jumlah tonjolan mahkota yang lebih banyak ini yang membuat virus lebih cepat menginfeksi sel manusia. Sifat ini tak hanya membuatnya menjadi lebih menular, tetapi juga membuat virus lebih stabil dan tangguh.

Saat ini para ilmuwan sedang meneliti mengapa virus Corona lebih parah menyerang sejumlah wilayah atau negara dibandingkan yang lain. Strain D614G, hanya mewabah di New York, Italia, dan Inggris, sementara di negara lain belum teridentifikasi.

Sebagian ilmuwan berpendapat, D614G hanya menjangkiti wilayah-wilayah dengan angka kematian COVID-19 terbanyak di dunia. Dalam hal ini, New York, Italia, dan Inggris masuk dalam kategori tersebut.

Pada studi yang lain, riset yang dilakukan para ilmuwan dari Scripps Research mengonfirmasi bahwa virus Corona yang bermutasi seperti D614G lebih mudah menempel pada reseptor.

Meski penelitian ini hanya melihat D614G di laboratorium yang dikontrol ketat, para ahli mengatakan bahwa sangat masuk akal struktur strain ini membuatnya lebih menular pada manusia.

"Ya, ini masuk akal. Penelitian ini berkualitas, dan itu artinya virus dapat berhasil menginfeksi pada dosis yang lebih rendah dan menyebar dengan lebih luas," kata Professor Ian Jones, ahli virus dari University of Reading, Inggris.

Dalam penelitiannya, para ilmuwan mengisolasi berbagai jenis virus Corona yang telah diidentifikasi oleh tanda genetik mereka di seluruh dunia.

Mereka kemudian menempatkan masing-masing ke dalam semacam 'kandang' mikroskopis, menguji seberapa agresif masing-masing strain menyerang sel manusia dalam cawan petri.

D614G menjadi strain yang paling menonjol sebagai virus dengan gen yang bermutasi sehingga memberinya lebih banyak protein. Dampaknya, virus bisa lebih cepat menempel pada sel manusia.

"Virus yang sudah bermutasi ini jauh lebih menular daripada virus yang tidak bermutasi dalam sistem kultur sel yang kami gunakan," kata ahli virus, Dr Hyeryun Choe, PhD, peneliti senior dalam studi ini.

"Data kami sangat jelas, virus menjadi lebih stabil dengan bermutasi," tutupnya.

Apakah Vaksin Satu-satunya Cara untuk Akhiri Pandemi Corona?

Dunia kini tengah berjuang melawan pandemi Corona. Para ilmuwan dan peneliti mencoba cara terbaik untuk mengembangkan vaksin yang efektif dengan beberapa tahap uji coba.

Namun yang masih menjadi pertanyaan hingga kini adalah apakah vaksin menjadi satu-satunya solusi untuk mengakhiri pandemi Corona? Apakah jika vaksin sudah tersedia, dapat dengan cepat mengatasi pandemi Corona?

Mengutip Medical Daily, saat ini 159 kandidat vaksin Corona tengah melakukan uji coba. Tren menunjukkan vaksin dilihat sebagai salah satu cara terbaik untuk mengatasi virus Corona.

Tentu saja, vaksinasi adalah cara yang hemat biaya untuk mencegah penyakit menular. Namun, dibutuhkan sekitar 5 hingga 10 tahun untuk dapat melewati berbagai tahap pengembangan klinis sampai akhirnya disetujui dan digunakan.

"Kita perlu menyadari bahwa pada saat vaksin tersedia, mungkin beban pandemi akan berkurang dan sebagian besar populasi akan mengembangkan kekebalan kawanan melalui infeksi subklinis atau klinis," kata ilmuwan India dari Rumah Sakit Appolo, menulis dalam sebuah artikel untuk The Quint.
https://indomovie28.net/how-to-make-ladies-feel-lonely-2/