Selasa, 16 Juni 2020

Ilmuwan China Sebut Virus Corona COVID-19 Bermutasi Jadi 2 Jenis

Temuan terbaru menyebut virus corona COVID-19 telah bermutasi menjadi dua jenis. Ada yang lebih ganas, tapi ada juga yang jadi lebih jinak.
Penelitian awal di Peking University menunjukkan 70 persen strain yang dianalisis adalah tipe yang lebih agresif. Sedangkan 30 persen lainnya berhubungan dengan tipe yang lebih jinak.

Tipe yang lebih agresif ditemukan lebih banyak pada fase awal wabah di Wuhan, China, tempat awal mula wabah virus corona COVID-19 bermula akhir tahun lalu. Namun tipe ini dilaporkan berkurang sejak Januari.

Para ilmuwan menyebut temuan ini mengindikasikan bahwa kemunculan variasi pada peningkatan kasus COVID-19 adalah karena mutasi dan seleksi alam, dibanding rekombinasi.

"Temuan ini sangat mendukung kebutuhan penelitian komprehensif lebih lanjut yang mengkombinasikan data genomik, epidemologis, dan bagan catatatn dari gejala klinis pasien dengan COVID-19," kata para ilmuwan, dikutip dari CNBC, Jumat (6/3/2020).

Diakui, penelitian ini masih sangat terbatas. Penelitian lanjutan dengan dataset yang lebih besar dibutuhkan untuk mendapat pemahaman lebih baik tentang evolusi dan epidemologi COVID-19.

Bukan Masker, Ini Barang yang Harusnya Distok di Rumah Saat Heboh Corona

 Penyebaran cepat virus corona Covid-19 telah memicu kekhawatiran di seluruh dunia. Banyak negara telah menutup akses keluar-masuk, maskapai global menangguhkan penerbangan dan pemerintah telah melarang pendatang yang dari negara endemik.
Kehebohan dan kekhawatiran akan penularan virus corona membuat masyarakat panik dan membeli masker untuk berjaga-jaga agar tidak tertular. Padahal memakai masker saat sedang sehat tidak terlalu berpengaruh, malahan disebut bisa bikin seseorang lebih rentan.

"Hal yang seharusnya tidak kamu lakukan adalah memakai masker dan sarung tangan," kata Timothy Brewer, seorang profesor epidemiologi di University of California Los Angeles.

Saat ini stok masker dikabarkan sedang menipis yang membuat masyarakat lebih khawatir. Padahal ada beberapa barang yang harus distok di rumah untuk cegah corona.

Meski WHO belum mengeluarkan status pandemi bagi virus corona, lebih baik untuk berjaga-jaga dengan mempersiapkan diri dan keluarga agar tetap aman di rumah. Departemen Keamanan Dalam Negeri AS menyatakan sebelum pandemi, persediaan air minum dan obat-obatan harus tersedia selama dua minggu.

"Sediakan obat tanpa resep termasuk penghilang rasa sakit, obat sakit perut, batuk, pilek, minuman elektrolit dan vitamin," demikian dikutip dari CNN.

Jika minum obat setiap hari, misalnya punya penyakit diabetes dan hipertensi, pastikan persediaannya cukup untuk beberapa minggu. Perlu juga untuk membeli obat demam seperti ibuprofen.

Secara umum untuk kesiapsiagaan darurat, tak hanya karena virus corona, rumah perlu dibekali dengan stok obat-obatan ringan. Jangan lupa juga untuk membeli antiseptik cairan pembersih rumah yang mengandung alkohol.

RI: Corona Tak Sangat Bahaya, Tingkat Kematian di Bawah MERS dan SARS

Pemerintah Indonesia mengimbau agar masyarakat tetap tenang menghadapi perkembangan situasi wabah virus Corona. Virus dari Wuhan itu tak lebih berbahaya dari MERS dan SARS yang pernah mewabah beberapa tahun silam.
"Penyakit ini bukan penyakit yang baru dalam tataran pemahaman kita, karena ini adalah penyakit influenza, hanya virus penyebabnya yang baru," kata juru bicara pemerintah soal penanganan virus corona, Achmad Yurianto, di COVID-19 Media Center, Gedung Bina Graha, Jalan Veteran III, Jakarta Pusat, Jumat (6/3/2020).

Yurianto mengatakan COVID-19 pada dasarnya masih satu keluarga dengan influenza. Menurutnya, masyarakat tak perlu menganggap COVID-19 sebagai sesuatu yang sangat berbahaya.

"Kemudian juga tidak terlalu penting kita anggap sebagai sesuatu yang sangat berbahaya," kata Yurianto.

COVID-19 juga masih satu keluarga dengan MERS dan SARS yang tingkat kematiannya lebih tinggi. Oleh sebab itu, maka tak perlu menganggap COVID-19 sebagai virus yang sangat berbahaya.

"Karena kalau dilihat dari angka kematiannya (COVID-19) masih di kisaran 2% sampai 3%, jika kita bandingkan dengan MERS, atau kita bandingkan dengan SARS yang jauh lebih tinggi (tingkat kematian orang yang terjangkit)," kata Yurianto.

Kemenkes: 4 Orang 'Kelompok Dansa' Diduga Kuat Suspect Positif Corona

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan ada empat orang yang diduga kuat suspect positif virus Corona Covid-19. Keempat orang tersebut diduga mempunyai kontak dekat dengan kasus 1.
"Namun yang betul- betul kontak dekat sudah kami lakukan pemeriksaan dan saat ini sedang kita observasi di RS. Untuk empat orang yang kita duga kuat ini suspect positif," kata Sekretaris di Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes yang juga juru bicara pemerintah dalam penanganan virus Corona, Achmad Yurianto, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (6/3/2020).

Yurianto mengatakan hasil pemeriksaan laboratorium akan keluar sore nanti. Hasil laboratorium juga keluar bersamaan di hari kelima pemeriksaan kasus 1 dan kasus 2.

"Untuk hasil lab, nanti sore juga sudah datang. Karena sudah kita ambil spesimennya, bersamaan dengan pemeriksaan hasil lab di hari kelima untuk kasus satu dan kasus dua. Yang diharapkan sore ini juga selesai sehingga ada pertemuan kita sore nanti mudah mudahan data sudah kita dapatkan semuanya," ujar dia.

Menurut Achmad, keempat orang itu diduga suspect kuat lantaran melakukan kontak dekat dengan pasien positif Corona. Itu diketahui setelah tim Kemenkes melakukan pelacakan terhadap orang-orang yang berada di perkumpulan dansa.

"Karena kita yakini kontak dekat, diyakini kontak dekat maka kita masukkan di dalam suspect apalagi dari 4 orang ini ada tanda-tanda influenza sedang dan kemudian kita tracing influenza-nya itu setelah dengan kasus 1 dan kasus 2," ujar dia.

Ilmuwan China Sebut Virus Corona COVID-19 Bermutasi Jadi 2 Jenis

Temuan terbaru menyebut virus corona COVID-19 telah bermutasi menjadi dua jenis. Ada yang lebih ganas, tapi ada juga yang jadi lebih jinak.
Penelitian awal di Peking University menunjukkan 70 persen strain yang dianalisis adalah tipe yang lebih agresif. Sedangkan 30 persen lainnya berhubungan dengan tipe yang lebih jinak.

Tipe yang lebih agresif ditemukan lebih banyak pada fase awal wabah di Wuhan, China, tempat awal mula wabah virus corona COVID-19 bermula akhir tahun lalu. Namun tipe ini dilaporkan berkurang sejak Januari.

Para ilmuwan menyebut temuan ini mengindikasikan bahwa kemunculan variasi pada peningkatan kasus COVID-19 adalah karena mutasi dan seleksi alam, dibanding rekombinasi.

"Temuan ini sangat mendukung kebutuhan penelitian komprehensif lebih lanjut yang mengkombinasikan data genomik, epidemologis, dan bagan catatatn dari gejala klinis pasien dengan COVID-19," kata para ilmuwan, dikutip dari CNBC, Jumat (6/3/2020).

Diakui, penelitian ini masih sangat terbatas. Penelitian lanjutan dengan dataset yang lebih besar dibutuhkan untuk mendapat pemahaman lebih baik tentang evolusi dan epidemologi COVID-19.

Bukan Masker, Ini Barang yang Harusnya Distok di Rumah Saat Heboh Corona

 Penyebaran cepat virus corona Covid-19 telah memicu kekhawatiran di seluruh dunia. Banyak negara telah menutup akses keluar-masuk, maskapai global menangguhkan penerbangan dan pemerintah telah melarang pendatang yang dari negara endemik.
Kehebohan dan kekhawatiran akan penularan virus corona membuat masyarakat panik dan membeli masker untuk berjaga-jaga agar tidak tertular. Padahal memakai masker saat sedang sehat tidak terlalu berpengaruh, malahan disebut bisa bikin seseorang lebih rentan.

"Hal yang seharusnya tidak kamu lakukan adalah memakai masker dan sarung tangan," kata Timothy Brewer, seorang profesor epidemiologi di University of California Los Angeles.

Saat ini stok masker dikabarkan sedang menipis yang membuat masyarakat lebih khawatir. Padahal ada beberapa barang yang harus distok di rumah untuk cegah corona.

Meski WHO belum mengeluarkan status pandemi bagi virus corona, lebih baik untuk berjaga-jaga dengan mempersiapkan diri dan keluarga agar tetap aman di rumah. Departemen Keamanan Dalam Negeri AS menyatakan sebelum pandemi, persediaan air minum dan obat-obatan harus tersedia selama dua minggu.

"Sediakan obat tanpa resep termasuk penghilang rasa sakit, obat sakit perut, batuk, pilek, minuman elektrolit dan vitamin," demikian dikutip dari CNN.

Jika minum obat setiap hari, misalnya punya penyakit diabetes dan hipertensi, pastikan persediaannya cukup untuk beberapa minggu. Perlu juga untuk membeli obat demam seperti ibuprofen.

Secara umum untuk kesiapsiagaan darurat, tak hanya karena virus corona, rumah perlu dibekali dengan stok obat-obatan ringan. Jangan lupa juga untuk membeli antiseptik cairan pembersih rumah yang mengandung alkohol.
https://kamumovie28.com/cast/benjamin-rogers/