Minggu, 21 Juni 2020

Dahlan Iskan Bicara Taktik Pertamina Danai Proyek Ratusan Triliun

Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan kembali berbicara tentang PT Pertamina (Persero). Dia mengutarakannya melalui web pribadinya disway.id.
Seperti dikutip detikcom, Minggu (21/6/2020), Dahlan memberi judul tulisannya itu 'Ledakan Momentum'. Fokus tulisannya mengenai cara Pertamina menggarap 3 proyek kilang besar yang membutuhkan dana jumbo.

"Saya salut. Proyek kilang besar Pertamina ternyata tidak dihentikan. Khususnya yang di Balikpapan dan Cilacap. Dan juga Tuban. Hanya yang Bontang saya belum tahu. Dari mana dananya? Bukankah tiga proyek raksasa itu perlu --total-- sekitar Rp 450 triliun?" tulis Dahlan.

Menurutnya, terkait dana untuk kebutuhan proyek kilang tersebut kini penyelesaiannya bukan hanya masalah teknis tapi adalah taktik. Dalam taktik ini dibutuhkan ilmu entrepreneurship bukan lagi kemampuan manajerial.

"Ups... Bukan ilmu entrepreneurship, tapi kemampuan entrepreneurship. Ada perbedaan antara ilmu, skill, dan kemampuan. Dari tiga level itu entrepreneurship adalah kasta tertingginya. Jadi, dari mana pendanaannya? Bukankah kilang Balikpapan saja perlu USD 6,9 miliar? Cilacap USD 8,5 miliar? Dan Tuban USD 15,7 miliar? Ini sudah menyangkut bukan dari mana dananya. Tapi bagaimana taktik pendanaannya," tambahnya.

Dia menduga Pertamina menggunakan ilmu seperti yang digunakan pengusaha real estate. Ketika ada pembangunan perusahaan senilai Rp 100 triliun, saat memulai proyek pengusaha tersebut pasti hanya memegang usang secuil dari nilai proyek tersebut.

"Paling ia baru punya izin lokasi. Ditambah uang untuk membebaskan secuil tanah. Yakni tanah yang di posisi-posisi kunci saja. Sekaligus untuk mengunci tanah di belakangnya. Untuk membebaskan tanah selebihnya? Untuk membuat infrastruktur? Untuk membangun rumah atau apartemennya? Ia belum punya uang! Kok sudah dimulai? Sudah pula dijajakan kepada konsumen? Itulah kasta entrepreneur," terangnya.

Cara itu diyakininya juga diterapkan Pertamina. Proyek di tiga kilang itu tetap dijalankan meskipun dana internal tidak ada.

Meski tidak punya uang sebanyak itu, tapi Pertamina memiliki nama yang besar. Dengan modal itu tentu para kontraktor hingga pemasok rela antre demi mendapatkan proyek dari Pertamina.

"Lewat nama besar Pertamina itu, kontraktor, dan pemasok masih percaya. Tagihan pasti akan dibayar. Meski kadang harus kapan-kapan. Kontraktor dan pemasok masih akan rebutan. Inilah nafas proyek Pertamina yang sesungguhnya," tuturnya.

Dengan adanya kontraktor dan pemasok maka proyek kilang itu masih bisa jalan. Terutama bagi kontraktor dan pemasok yang rela dibayar kapan-kapan.

Itu baru sebagian dari sumber modal Pertamina untuk membangun 3 kilang tersebut. Sisanya, Dahlan yakin diambil dari keuntungan penjualan harian BBM yang dinilai harganya tidak wajar.

"Sebagian lagi kan dari Anda. Lewat pembelian BBM yang harganya lebih mahal dari seharusnya itu. Pertamina punya dana internal. Yang sebagian adalah pendapat harian jualan BBM itu," terangnya.

Dahlan mengaku mendukung taktik pendanaan seperti itu. Agar proyek tetap jalan Pertamina sedang menjalankan kemampuan entrepreneurial-nya.

Pertamina diuntungkan dengan jaminan produknya pasti terjual habis dengan cepat. Itu artinya Pertamina bisa menjaminkan punya pendapatan pasti.

Di titik itu Pertamina sudah berbeda dengan perusahaan properti yang tadi dijelaskan. Menurut Dahlan di titik itu Pertamina kalah kelas dengan perusahaan properti yang menjual rumah mengikuti harga pasar.

"Yang saya dukung adalah taktik entrepreneurship-nya di tiga proyek itu. Bukan soal harga jual yang dibuat kemahalan itu," ucapnya.
https://nonton08.com/cast/alan-oppenheimer/

Sebelum Cari Kerja di Era New Normal, Perhatikan Ini Dulu

Pandemi COVID-19 membuat banyak orang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). ÈB;_Angkanya bahkan sudah menembus jutaan. Tentu saja pada akhirnya mereka harus kembali berjuang untuk mendapatkan pekerjaan di era normal baru (new normal).
Namun sebelum bersiap mencari pekerjaan, menurut CEO dan Co-Founder TopKarir, Bayu Janitra Wirjoatmodjo mereka harus memerhatikan beberapa hal. Pertama memahami adanya peralihan dari pekerjaan yang bersifat konvensional atau offline menjadi online.

Dia menjelaskan salah satu hal yang berubah dari adanya pandemi COVID-19 bisa dilihat dari pekerjaan sebagai sales. Jika biasanya mereka menawarkan produk secara offline alias langsung, kini mereka beralih ke media online.

"Ini kan beberapa bulan ini banyak sekali perusahaan-perusahaan yang memang kehilangan tim salesnya karena terkait sama COVID. Nah mereka coba mengalihkan atau mengalihdayakan fungsi tersebut ke program reseller dan dropshipper. Jadi kemampuan digital itu satu," kata dia saat dihubungi detikcom, Minggu (21/6/2020).

Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah masalah finansial. Walaupun kelihatannya tak berkaitan langsung dengan pekerjaan, menurutnya hal tersebut kerap diabaikan.

Padahal kemampuan tersebut amat penting dimiliki. Dia melihat fenomena di media sosial misalnya, banyak masyarakat yang belum sadar pentingnya kemampuan mengatur keuangan.

"Yang kedua adalah kemampuan untuk mengatur keuangan. Kalau diperhatikan di linimasa, di sosial media, di Twitter banyak sekali bahasan-bahasan yang terkait dengan finansial karena banyaknya masyarakat Indonesia belum aware tentang persiapan dana darurat, perlindungan asuransi. Nah ini yang saya lihat perlu ada inklusivitas dalam pengelolaan finansial," jelasnya.

Selanjutnya, hal ketiga yang perlu diperhatikan adalah menyiapkan diri terhadap pekerjaan yang kemungkinan akan dibutuhkan di era new normal. Menurutnya pencari kerja perlu memiliki lebih dari 1 keterampilan.

"Karena kita belum tahu nih kesempatannya akan condong ke arah mana, apakah lapangan pekerjaan akan langsung terbuka lebar seperti sediakala sebelum terjadinya COVID atau bagaimana," tambahnya.

Dahlan Iskan Bicara Taktik Pertamina Danai Proyek Ratusan Triliun

Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan kembali berbicara tentang PT Pertamina (Persero). Dia mengutarakannya melalui web pribadinya disway.id.
Seperti dikutip detikcom, Minggu (21/6/2020), Dahlan memberi judul tulisannya itu 'Ledakan Momentum'. Fokus tulisannya mengenai cara Pertamina menggarap 3 proyek kilang besar yang membutuhkan dana jumbo.

"Saya salut. Proyek kilang besar Pertamina ternyata tidak dihentikan. Khususnya yang di Balikpapan dan Cilacap. Dan juga Tuban. Hanya yang Bontang saya belum tahu. Dari mana dananya? Bukankah tiga proyek raksasa itu perlu --total-- sekitar Rp 450 triliun?" tulis Dahlan.

Menurutnya, terkait dana untuk kebutuhan proyek kilang tersebut kini penyelesaiannya bukan hanya masalah teknis tapi adalah taktik. Dalam taktik ini dibutuhkan ilmu entrepreneurship bukan lagi kemampuan manajerial.

"Ups... Bukan ilmu entrepreneurship, tapi kemampuan entrepreneurship. Ada perbedaan antara ilmu, skill, dan kemampuan. Dari tiga level itu entrepreneurship adalah kasta tertingginya. Jadi, dari mana pendanaannya? Bukankah kilang Balikpapan saja perlu USD 6,9 miliar? Cilacap USD 8,5 miliar? Dan Tuban USD 15,7 miliar? Ini sudah menyangkut bukan dari mana dananya. Tapi bagaimana taktik pendanaannya," tambahnya.

Dia menduga Pertamina menggunakan ilmu seperti yang digunakan pengusaha real estate. Ketika ada pembangunan perusahaan senilai Rp 100 triliun, saat memulai proyek pengusaha tersebut pasti hanya memegang usang secuil dari nilai proyek tersebut.

"Paling ia baru punya izin lokasi. Ditambah uang untuk membebaskan secuil tanah. Yakni tanah yang di posisi-posisi kunci saja. Sekaligus untuk mengunci tanah di belakangnya. Untuk membebaskan tanah selebihnya? Untuk membuat infrastruktur? Untuk membangun rumah atau apartemennya? Ia belum punya uang! Kok sudah dimulai? Sudah pula dijajakan kepada konsumen? Itulah kasta entrepreneur," terangnya.

Cara itu diyakininya juga diterapkan Pertamina. Proyek di tiga kilang itu tetap dijalankan meskipun dana internal tidak ada.
https://nonton08.com/cast/liza-fagin/