Jumat, 03 Juli 2020

Kandidat Vaksin Corona Andalan WHO Tunda Uji Coba Tahap Akhir

Uji coba tahap akhir atau fase 3 kandidat vaksin Corona potensial produksi Moderna yang melibatkan 30 ribu partisipan diperkirakan akan dilakukan pada 9 Juli mendatang disebut ditunda pelaksanaanya.
Perusahaan farmasi asal Amerika Serikat ini membuat perubahan rencana uji coba yang disebut Protocol, sehingga memundurkan tahap uji klinis fase tiga. Seorang peneliti yang tidak ingin disebutkan namanya dan terlibat dalam pembuatan vaksin tersebut menekankan perubahan ini bersifat umum tapi masih tidak jelas kapan uji coba akan dilaksanakan.

"Pemahaman saya adalah bahwa mereka ingin uji coba vaksin pertama pada Juli dan mereka mengatakan masih berkomitmen untuk itu," kata peneliti tersebut dikutip dari STAT News.

Pihak Moderna hingga kini belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai penundaan uji coba tersebut. Masih tidak jelas apakah penundaan dilakukan karena berhubungan dengan alasan keselamatan.

Mengembangkan dan memproduksi vaksin dalam skala besar memang merupakan tantangan tersendiri dan selalu ada halangan yang tak terduga. Misalnya uji coba pada hewan tampak menjanjikan tapi tidak memberikan hasil yang baik pada manusia. Atau bisa saja ada masalah dalam produksi vaksin.

Sebelumya Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan ada dua kandidat terdepan vaksin COVID-19, salah satunya yang dikembangkan oleh Moderna.

"Kami juga tahu vaksin Moderna juga akan masuk ke uji klinis fase tiga, mungkin mulai pertengahan Juli, dan agar calon vaksin tidak jauh di belakang," kata Chief scientistWHO) Soumya Swaminathan, dikutip dari Reuters.

12 Negara yang Belum Laporkan Kasus Baru Virus Corona, Mana Saja?

Pada bulan Desember 2019, virus Corona mulai merebak di China. Kemudian beberapa minggu setelahnya, virus Corona COVID-19 menjadi pandemi global.
Virus yang menyebabkan penyakit pernapasan ini dapat ditularkan melalui droplet orang yang terinfeksi, dan setidaknya virus Corona telah menginfeksi 188 negara di seluruh dunia.

Para ilmuwan, pejabat kesehatan, dan pemerintah di seluruh dunia telah meminta masyarakat untuk selalu menerapkan jaga jarak fisik (physical distancing) dan tidak keluar rumah dahulu jika tidak ada keperluan yang mendesak.

Menurut data yang dihimpun oleh Universitas Johns Hopkins, setidaknya lebih dari 10 juta orang telah terinfeksi virus Corona, dan jumlah kematian global mencapai 520.000. Lebih dari 5 juta pasien telah pulih.

Meski saat ini seluruh dunia telah diselimuti rasa takut akan penyebaran virus Corona COVID-19, namun masih ada negara-negara yang dilaporkan belum terkena infeksi COVID-19.

Dikutip dari Al Jazeera Jumat (3/7/2020), berikut 12 negara yang belum laporkan kasus virus Corona, di antaranya:

1. Kiribati

2. Pulau Marshall

3. Mikronesia

4. Nauru

5. Korea Utara

6. Palau

7. Samoa

8. Pulau Solomon

9. Tonga

10. Turkmenistan

11. Tuvalu

12. Vanuatu

Saat ini, Amerika menempati posisi tertinggi di dunia dengan kasus positif virus Corona akumulatif sebanyak 2.735.554, dengan angka kematian 128.684 jiwa. Brasil menduduki posisi kedua dengan kasus positif Corona dengan 1.496.858 dan 61.884 meninggal dunia.
https://cinemamovie28.com/rough-sex-mature-wives-2/

Studi: Mutasi Corona 3-9 Kali Lebih Mudah Menular Tapi Tak Lebih Berbahaya

 Sebuah studi menemukan bahwa mutasi virus Corona kini lebih mudah menular. Namun para ahli meyakini tampaknya mutasi tersebut tidak membuat virus Corona lebih berbahaya dibanding sebelumnya.
"Kami tahu bahwa virus baru (virus Corona COVID-19) telah bermutasi. Sekilas tidak terlihat seperti lebih buruk," kata Erica Ollmann Saphire dari La Jolla Institute for Immunology dan Coronavirus Immunotherapy Consortium, yang bekerja pada penelitian ini, mengatakan kepada CNN.

Mutasi disebut mempengaruhi protein spike, struktur yang digunakan virus untuk masuk ke dalam sel yang terinfeksi. Para peneliti juga mempelajari apakah mutasi virus Corona ini dapat berpengaruh pada pengembangan vaksin Corona.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Cell, mengkonfirmasi bahwa mutasi virus Corona membuat Corona lebih cepat menyebar. Para peneliti menyebut mutasi baru G614 lebih menular daripada D614 yang ditemukan menyebar di Eropa dan AS.

"Data pelacakan global kami menunjukkan bahwa varian G614 telah menyebar lebih cepat daripada D614," kata ahli biologi teoritis Bette Korber dari Los Alamos National Laboratory dan rekannya dalam laporannya.

"Kami menafsirkan ini berarti bahwa virus itu kemungkinan lebih menular," tambah mereka.

"Menariknya, kami tidak menemukan bukti dampak G614 pada tingkat keparahan penyakit. Ini bisa menjadi kabar baik," kata Lawrence Young, seorang profesor onkologi medis di Universitas Warwick di Inggris.

Menurut para peneliti mutasi Corona G614 tiga hingga sembilan kali lebih menular dan berkembang biak lebih cepat di saluran pernapasan bagian atas hidung dan tenggorokan. Hal inilah yang kemudian menyimpulkan mengapa mutasi virus Corona lebih mudah menular.

David Montefiore dari Duke University dan rekannya juga menguji virus Corona di laboratorium. Mereka meneliti lebih jauh apakah jenis mutasi Corona berbentuk G memang lebih mudah menular daripada bentuk D.

"Kami dapat menguji apakah bentuk G dari virus lebih menular daripada bentuk D," kata Montefiore, direktur Laboratorium untuk Penelitian dan Pengembangan Vaksin AIDS, mengatakan kepada CNN.

"Semua hasil sepakat bahwa bentuk G tiga sampai sembilan kali lebih menular daripada bentuk D. Kami sekarang memiliki bukti yang mendukung terkait analisis tentang urutan jenis virus Corona di seluruh dunia - bentuk G memiliki keunggulan yaitu lebih mudah menular," lanjutnya.

Kandidat Vaksin Corona Andalan WHO Tunda Uji Coba Tahap Akhir

Uji coba tahap akhir atau fase 3 kandidat vaksin Corona potensial produksi Moderna yang melibatkan 30 ribu partisipan diperkirakan akan dilakukan pada 9 Juli mendatang disebut ditunda pelaksanaanya.
Perusahaan farmasi asal Amerika Serikat ini membuat perubahan rencana uji coba yang disebut Protocol, sehingga memundurkan tahap uji klinis fase tiga. Seorang peneliti yang tidak ingin disebutkan namanya dan terlibat dalam pembuatan vaksin tersebut menekankan perubahan ini bersifat umum tapi masih tidak jelas kapan uji coba akan dilaksanakan.

"Pemahaman saya adalah bahwa mereka ingin uji coba vaksin pertama pada Juli dan mereka mengatakan masih berkomitmen untuk itu," kata peneliti tersebut dikutip dari STAT News.

Pihak Moderna hingga kini belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai penundaan uji coba tersebut. Masih tidak jelas apakah penundaan dilakukan karena berhubungan dengan alasan keselamatan.

Mengembangkan dan memproduksi vaksin dalam skala besar memang merupakan tantangan tersendiri dan selalu ada halangan yang tak terduga. Misalnya uji coba pada hewan tampak menjanjikan tapi tidak memberikan hasil yang baik pada manusia. Atau bisa saja ada masalah dalam produksi vaksin.

Sebelumya Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan ada dua kandidat terdepan vaksin COVID-19, salah satunya yang dikembangkan oleh Moderna.

"Kami juga tahu vaksin Moderna juga akan masuk ke uji klinis fase tiga, mungkin mulai pertengahan Juli, dan agar calon vaksin tidak jauh di belakang," kata Chief scientistWHO) Soumya Swaminathan, dikutip dari Reuters.
https://cinemamovie28.com/search-out/