Senin, 06 Juli 2020

Wow! NASA Rilis Parfum Beraroma Luar Angkasa

Biasanya parfum memiliki aroma dari tumbuhan, buah, atau bahan lainnya yang bisa memberikan kesegaran bagi pemiliknya maupun orang di sekitarnya. Akan tetapi, NASA punya ide tak biasa, membawa parfum dengan aroma luar angkasa bisa dinikmati khalayak luas.
NASA merekrut seorang ahli kimia bernama Steve Pearce telah berhasil meracik sebuah parfum yang mana aromanya diklaim serupa dengan bebauan luar angkasa. Dan, parfum itu telah dikemas dengan merek Eau de Space.

Sebagaimana dikutip dari World of Buzz, Senin (6/7/2020) Pearce dalam menciptakan parfum aroma luar angkasa ini menggunakan pengetahuannya tentang bagaimana wewangian antariksa tersebut.

Pearce sendiri pernah bekerja di NASA pada 2008 silam. Pengalaman tersebut kemudian diaplikasikan Pearce dalam menciptakan parfum unik ini. Bagi kalian yang penasaran aroma luar angkasa itu seperti apa? baunya ini merupakan hasil campuran dari ozon, logam, steak goreng, raspberry, dan rum.

Sebelumnya, parfum luar angkasa ini memang dimanfaatkan di dalam pelatihan astronaut agar bisa merasakan langsung sensasi di ruang hampa. Kabar baiknya, Eau de Space direncanakan diproduksi massal.

Untuk merealisasikan pemasaran itu, parfum ini telah dikampanyekan di situs penggalangan dana secara online, yakni Kickstarter.

Bagi kalian yang berminat, harga parfum tersebut di kisaran USD 29 atau Rp 425 ribuan. Namun, bagi kalian yang ingin memilikinya, tampaknya harus lebih bersabar lagi, karena Eau de Space baru tersedia pada Oktober ini.

Bagaimana detikers, tertarik dengan parfum aroma luar angkasa ini?

Teori Konspirasi Paling Vokal di Internet Soal Akurasi PCR Test

 PCR Test atau kita kenal sebagai swab test adalah cara yang dianggap memberikan tingkat deteksi virus corona yang jauh lebih tinggi dibanding rapid test. Namun pandangan ini berbeda dengan Dr VA Shiva Ayyadurai, MIT. PhD, yang disebut netizen sebagai teori konspirasi.
Dr Shiva adalah seorang ilmuwan yang memegang empat gelar dari Massachusetts Institute of Technology (MIT). Ia menyatakan secara singkat bahwa PCR Test adalah hal yang tidak bisa dijadikan patokan untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2.

"Yang didapat dari PCR Test adalah mereka mengambil sampel dari dalam hidungmu dan sampel yang keluar berupa lendir dan sebagainya. Apa yang mereka cari jika ada virus corona akan terdapat rantai urutan RNA. Mereka mendapatkan yang mereka sebut 'primer'. Sesuatu yang mereka kira sama dengan COVID-19. Semacam mencocokkan pola. Kemudian mereka menemukan kecocokannya di sini, maka kamu dinyatakan positif," katanya dalam suatu perbincangan di YouTube.

Lantas ia membawa penemu PCR Test, Kary Mullis yang mana merupakan pemenang Nobel di bidang kimia bahwa Mullis sudah memperingatkan bahwa metode ini tidak untuk mendeteksi virus melainkan nucleic acid.

"PCR bukan bersifat kuantitatif melainkan kualitatif. Jadi, primer yang mereka cari bersifat probabilistik, tidak definitif. Jadi hanya karena hasil test-nya positif bukan berarti kamu terkena virus tersebut. Bukan berarti tidak ada virusnya, tapi ini disusupi kepentingan bagi Amerika dan seluruh dunia," tuduh Shiva.

Penjelasan Dr Shiva di menit ke 47:00

Dr Shiva memang dikenal vokal dalam membicarakan terkait virus corona atau COVID-19 di berbagai media bahkan media sosial miliknya. Sosoknya dikenal kontroversial dan kerap membahas teori konspirasi. Kritiknya soal akurasi PCR Test pun bagi sebagian kalangan dianggap sebagai konspiratif.

Lantas sebenarnya apa itu PCR Test? Mengapa keakuratannya menjadi hal yang cenderung dipertanyakan. Mari kita belajar lebih dalam soal metode ini.

PCR atau polymerase chain reaction atau RT-PCR (real time polymerase chain reaction) menggunakan sampel usapan lendir dari hidung atau tenggorokan. Lokasi ini dipilih karena menjadi tempat virus berreplikasi.

Ahmad Rusdan Handoyo Utomo PhD, Principal Investigator, Stem-cell and Cancer Research Institute, menjelaskan bahwa rapid test bisa memberikan hasil 'false negative' yakni tampak negatif meski sebenarnya positif. Ini terjadi bila tes dilakukan pada fase yang tidak tepat.
https://nonton08.com/black-clover-episode-53-subtitle-indonesia/

Korea Selatan Andalkan Cermin AR untuk Jualan Makeup

Cermin dengan teknologi Augmented Reality (AR) jadi andalan baru di Seoul, Korea Selatan di mana memudahkan toko kecantikan menjual produknya.
Mengingat saat ini pandemi COVID-19 sehingga hal-hal yang berhubungan dengan sentuhan tubuh manusia sangat dihindari termasuk seperti mencoba-coba alat kosmetik seperti lipstik, maskara dan lainnya.

Tentunya dengan teknologi AR ini akan memudahkan bagi konsumen sebelum membeli untuk melihat cocok tidaknya warna lipstik yang akan dibeli ataupun panjangnya bulu mata. Bahkan bisa dicoba walaupun menggunakan masker.

Dilansir detiKINET dari Reuters, cara kerja cermin ini akan mengambil foto wajah konsumen dan kemudian menganalisanya, setelah itu akan direkomendasikan produk kecantikan berdasarkan tekstur kulit bahkan untuk mengatasi keluhan seperti cacat, keriput ataupun lingkaran hitam di bawah mata.

Konsumen kemudian dapat melihat gambar yang dihasilkan komputer dengan menampilkan dari apa yang mereka akan terlihat seperti memakai berbagai macam foundation, blush on hingga lipstik.

"Karena virus Corona rasanya tidak nyaman untuk mencoba kosmetik setelah seseorang menggunakannya," ujar salah satu konsumen saat itu mencoba cermin tersebut dengan tulisan 'Find Your Makeup Look'.

"Ini sangat nyaman karena aku bisa melihat warna aktual di wajahku tanpa menyentuh wajahku." sambungnya.

Selain adanya aturan jarak sosial, pemerintahan Korea Selatan juga meminta warganya yang akan membeli kosmetik untuk diujikan pada tangan saja tidak di bagian wajah.

"Itu membuat saya frustasi karena tidak bisa mencoba kosmetik di wajah saja, tapi menjadi menyenangkan untuk menemukan produk yang paling cocok melalui perangkat AR ini," ujar konsumen lainnya.

Seperti diketahui Korea Selatan dipuji setelah kemampuannya dalam menangani COVID-19, meski perekonomian yang terbesar keempat di Asia telah mengalami dampaknya yang sebagian besar terjadi di ibukota Seoul.

Wow! NASA Rilis Parfum Beraroma Luar Angkasa

Biasanya parfum memiliki aroma dari tumbuhan, buah, atau bahan lainnya yang bisa memberikan kesegaran bagi pemiliknya maupun orang di sekitarnya. Akan tetapi, NASA punya ide tak biasa, membawa parfum dengan aroma luar angkasa bisa dinikmati khalayak luas.
NASA merekrut seorang ahli kimia bernama Steve Pearce telah berhasil meracik sebuah parfum yang mana aromanya diklaim serupa dengan bebauan luar angkasa. Dan, parfum itu telah dikemas dengan merek Eau de Space.

Sebagaimana dikutip dari World of Buzz, Senin (6/7/2020) Pearce dalam menciptakan parfum aroma luar angkasa ini menggunakan pengetahuannya tentang bagaimana wewangian antariksa tersebut.

Pearce sendiri pernah bekerja di NASA pada 2008 silam. Pengalaman tersebut kemudian diaplikasikan Pearce dalam menciptakan parfum unik ini. Bagi kalian yang penasaran aroma luar angkasa itu seperti apa? baunya ini merupakan hasil campuran dari ozon, logam, steak goreng, raspberry, dan rum.

Sebelumnya, parfum luar angkasa ini memang dimanfaatkan di dalam pelatihan astronaut agar bisa merasakan langsung sensasi di ruang hampa. Kabar baiknya, Eau de Space direncanakan diproduksi massal.

Untuk merealisasikan pemasaran itu, parfum ini telah dikampanyekan di situs penggalangan dana secara online, yakni Kickstarter.

Bagi kalian yang berminat, harga parfum tersebut di kisaran USD 29 atau Rp 425 ribuan. Namun, bagi kalian yang ingin memilikinya, tampaknya harus lebih bersabar lagi, karena Eau de Space baru tersedia pada Oktober ini.

Bagaimana detikers, tertarik dengan parfum aroma luar angkasa ini?
https://nonton08.com/black-clover-episode-52-subtitle-indonesia/