Jumat, 10 Juli 2020

Kisah Inspiratif Tukang Sampah yang Diterima di Harvard Law School

 Latar belakang dan situasi keluarga tidak membuat pria bernama Rehan Staton putus asa. Selagi bekerja sebagai pemungut sampah, Rehan berhasil masuk Universitas Harvard. Sesuai dengan cita-citanya, pria tersebut mengambil jurusan hukum dan akan mulai kuliah saat pergantian semester baru. Kisah Rehan pun menginspirasi banyak orang untuk tidak menyerah dengan keadaan.

Sejak kecil, Rehan mengaku sudah banyak menemui kesulitan. Terlebih sang ibu meninggalkan Rehan, ayah, dan saudaranya untuk kembali ke negara asal, Sri Lanka. Karena itu, ayahnya sempat kesulitan untuk mengurus dan membiayai keluarga. Walau masih kecil, pria 24 tahun itu pun mengetahui jika situasi sedang buruk karena mereka kesulitan dapat makanan dan listrik.

"Kami terus terpuruk. Ayahku pernah kehilangan pekerjaan dan harus bekerja di tiga tempat untuk bisa menafkahi kami. Saat itu aku jarang melihat ayahku dan sebagian besar masa kecil sangat kesepian," ujarnya kepada Boston Globe.

Meski keluarganya kesusahan, Rehan terbilang anak pintar di sekolah dan berbakat dalam olahraga. Sayangnya, pria asal Amerika Serikat itu tidak bisa langsung melanjutkan pendidikan tapi mendaftar sebagai pekerja kebersihan. Beruntung, ketika itu bos perusahaan yang mendengar cerita Rehan membawanya ke seorang dosen Bowie State University untuk bisa kuliah di sana.

Setelah sempat transfer ke University of Maryland, Rehan bercita-cita untuk mengambil jurusan hukum. Sayangnya ia menemukan hambatan lain. Ketika itu ayah Rehan mengalami stroke sehingga ia harus kembali menjadi tukang sampah selagi melanjutkan kuliah. Selagi bekerja selagi mengurus ayah, Rehan pun mencoba untuk mendaftar sejumlah universitas bergengsi dan memilih Harvard Law School dari beberapa kampus yang menerimanya.

"Ketika aku melihat kembali pengalaman-pengalamanku, aku pikir aku melakukan yang terbaik dari situasi terburuk. Setiap tragedi yang aku alami memaksaku keluar dari zona nyaman tapi aku beruntung bisa punya sistem yang mendukung untuk membantuku berkembang dalam kesulitan," ujarnya.

Meski sudah diterima di Harvard Law School, Rehan sebenarnya kekurangan uang untuk membayar biaya kuliah. Karenanya, sebuah penggalangan dana melalui GoFundMe dibuat untuk membantunya. Hingga kini, sudah terkumpul 63,586 (Rp 917 juta) dari para penyumbang.

"Adalah orang-orang yang ada di bawah hierarki yang benar-benar mengangkatku. Itu benar-benar membantuku untuk fokus. Jika ini hanya mengenai diriku sendiri dan berjuang untuk diriku sendiri, aku benar-benar sudah berhenti," kata Rehan.

Fans Kumpulkan Video yang Jadi Bukti Jimin AOA Pernah Bully Mina

Kasus bullying Kwon Mina mantan personel AOA yang dituding dilakukan Shin Jimin masih jadi perbincangan. Fans pun prihatin dengan kondisi Mina karena mengaku telah jadi korban selama 10 tahun. Karena masalah ini, Jimin pun meminta maaf dan mengundurkan diri dari AOA. Namun sejumlah fans masih mencari bukti bahwa hubungan kedua memang tidak baik ketika masih satu grup.
Para penggemar KPop menunjukkan dukungan pada Mina yang mengaku diperlakukan tidak baik oleh leader-nya ketika tergabung dalam AOA. Beberapa fans pun menemukan sejumlah video masa lalu yang dianggap menjadi bukti bullying Jimin AOA terhadap Mina AOA. Salah satunya adalah ketika Mina mengaku ingin keluar dari grup.

Video tersebut diambil ketika Jimin dan Mina masih tergabung dalam AOA. Saat membicarakan kesulitan mereka selama berkarier sebagai idol, Mina menangis selagi mencurahkan perasaannya. Di situasi yang menyedihkan itu, Jimin terlihat seperti tidak peduli.

"Beberapa waktu lalu aku ingin aku ingin keluar semuanya tapi saat itu member-member mengontakku," kata Mina sambil menangis selagi Jimin hanya memperhatikan jari-jari tangannya.
https://indomovie28.net/director/nick-simon/

Viral Curhat Mahasiswa Soal Dosen Tak Mau Kasih Nilai A karena Kuliah Online

Di tengah pandemi Corona, berbagai kampus di Indonesia menerapkan sistem perkuliahan berbasis daring, kuliah online atau disebut juga e-Learning. Namun kuliah online ini dirasa mahasiswa banyak kendalanya. Salah satunya mengenai penilaian.

Belum lama ini seorang mahasiswa curhat mengenai sistem penilaian yang dibuat dosen. Gara-gara kuliah online, dosennya enggan memberikan nilai A pada para mahasiswa.

Mahasiswa yang geram ini pun mengungkapkan di Twitter perkataan sang dosen yang tidak mau memberikan nilai A tersebut. Sang dosen mengatakan tidak memberikan nilai A karena merasa proses belajar selama kuliah online tidak maksimal.

"Assalamualaikum, nilai sudah saya input tadi malam, dan saya informasikan tidak ada yang mendapatkan nilai A. Kenapa? karena proses belajar mengajar kita yang tidak maksimal Di masa COVID-19 ini. Bisa saja saya memberikan nilai A untuk semuanya, tapi untuk apa nilai A, kalau saya sendiri menyadari materi yang disampaikan tidak maksimal. Untuk nilai yang kalian peroleh itu sudah Fix dan tidak dapat diubah lagi. Harap tetap menjaga sopan santun. Tidak ada gunanya kalian punya IPK 4 kalau softskill tidak dijaga. Terimakasih," tulis akun Twitter @collegemenfess, Senin (6/7/2020).

Collegemenfess merupakan akun Twitter yang kerap mengunggah ulang curhat para mahasiswa. Pada akun Twitter ini, sederet curhatan para mahasiswa mengenai kuliah online terpampang.

Ketika dikonfirmasi Wolipop, Tia dari akun Twitter @collegemenfess mengatakan cuitan mengenai dosen yang tak mau memberikan nilai A itu dikirimkan salah seorang followers mereka dengan nama akun @bubbleteacha. Pemilik akun Twitter @bubbleteacha pun menjelaskan bahwa dosen yang tak mau memberikan nilai A selama kuliah online berlangsung itu menurutnya juga tidak maksimal dalam mengajar. Sang dosen nyaris tidak pernah hadir saat kuliah online berlangsung.

"Bikin GC (group chat) juga udah mau dekat UAS. Aku juga tersinggung di bagian kata terakhirnya. Aku nanya ke beliau apa aja kesalahanku di PC (private chate) dan beliau balas di GC (group chat)," tulis akun @bubbleteacha, Senin (6/7/2020).

Postingan itu pun hingga Rabu siang sudah mendapatkan lebih dari 2,5 ribu Likes, 342 Retweets dan 198 komentar. Warganet menanggapi beragam sistem penilaian yang dibuat dosen tersebut, ada yang pro dan kontra.

"Gini loh maksud dosennya. Kenapa gak maksimal? Iya karena cuma natap layar sama tugas tertulis.. Yang seharusnya ada praktikum dan lain-lain (ini yang mendukung nilai A tersebut). Gue setuju sih sama dosennya, Karena kalau cuma duduk dengerin dosen terus tugas doang mah ga bakal memperdalam ilmunya.." kata akun @changbinniewife.

"Gua tau disisi lain sebagai mahasiswa kita sudah berusaha keras dengan keadaan begini, tp gua liat sisi dari dosen nya bagus. Kenapa bagus? Karena nilai A itu nilai yg berat buat dosen kasih ke mahasiswa apa lagi kondisi kaya gini, ini soal tanggung jawab ketika kita dapet nilai A bisa gak pertanggung jawabin untuk matkul berikutnya yang saling berhubungan, karena ini soal ilmu ketika kalian terapin entah untuk kerja, magang ataupun kerja praktek," saut akun Twitter @icemilkthaitea.

"Dalam kondisi begini kalo jawaban sudah baik/benar dan tepat kenapa tidak kasih A? Kan sudah berusaha juga untuk belajar secara maksimal di kondisi begini ????? Proses belajar tidak maksimal juga bukan kemauan mahasiswa..... Terus kok jadi nilai mahasiswa yang dibatasin?" tanya akun @suxeyy.

Bagaimana kalau menurut kamu? Apakah setuju dengan sistem penilaian dosen tersebut?
https://indomovie28.net/cast/maizura/