Ada beragam strategi menurunkan berat badan, mulai dari olahraga teratur hingga menyeimbangkan pola makan. Berbagai strategi itu bisa berdampak pada perubahan rutinitas buang air besar (BAB).
Turunnya berat badan tentu saja terjadi tidak semata-mata karena lebih sering BAB. Beberapa orang justru mengalami sembelit atau susah BAB ketika tubuhnya semakin singset.
Tidak secara langsung berhubungan, tetapi berat badan yang turun bisa saja disertai berbagai perubahan BAB sebagai berikut.
1. Lebih sering BAB
Salah satu strategi menurunkan berat badan adalah dengan menerapkan pola makan yang sehat, yakni lebih banyak sayur dan buah-buahan. Keduanya adalah sumber serat utama yang membuat BAB jadi lebih lancar. Meningkatkan frekuensi BAB karena pola makan yang sehat tentu adalah hal yang baik.
2. Susah BAB
Sebaliknya, turunnya berat badan bisa juga disertai dengan konstipasi atau susah BAB. Biasanya dialami ketika diet yang diterapkan tidak seimbang, yakni memangkas terlalu banyak karbohidrat dan terlalu banyak mengonsumsi protein. Kurangnya asupan serat membuat BAB jadi tidak lancar.
3. Diare
Seseorang yang menurunkan berat badan dengan diet keto misalnya, cenderung menggantikan gula dengan pemanis buatan. Pengaruhnya pada sistem pencernaan seringkali memicu diare karena beberapa bahan aditif punya efek pencahar atau laksatif.
4. Warna feses berubah
Variasi menu makan berpengaruh pada warna feses saat BAB, karena pigmen atau zat warna yang dibawa oleh sayur dan buah akan dikeluarkan bersama feses. Perubahan warna feses perlu diwaspadai jika terjadi karena bercampur bercak darah, karena itu menandakan ada masalah dengan sistem pencernaan.
https://cinemamovie28.com/the-village-of-no-return-2017/
COVID-19 RI Turun Tajam di Akhir Pekan, Gara-gara Libur Panjang?
Selama libur panjang - cuti bersama akhir pekan ini, penambahan kasus baru virus Corona COVID-19 mengalami penurunan tajam. Bahkan mencatatkan angka terendah sejak bulan Agustus.
Pada Minggu (1/11/2020), tercatat 'hanya' ada 2.696 kasus baru sehingga total kasus terkonfirmasi menjadi 412.784 kasus. Sebelumnya, pada Jumat (30/10/2020), jumlah kasus harian juga berada di bawah level 3 ribu kasus perhari, tepatnya 2.897 kasus.
Jumlah pemeriksaan yang juga menurun, menurut dr Masdalina Pane dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) menyebabkan temuan kasus jadi lebih rendah. Karenanya, tidak serta merta bisa dikatakan COVID-19 di Indonesia sudah terkendali.
"Lihat testingnya, kalau testingnya turun, kasusnya turun," katanya saat dihubungi detikcom, Jumat (30/10/2020).
Libur panjang akibat cuti bersama di akhir pekan ini dikhawatirkan menjadi penyebab rendahnya pemeriksaan. Apabila terjadi penumpukan spesimen karena ada laboratorium yang libur, maka sangat mungkin terjadi lonjakan ketika libur berakhir.
"Lihat grafik WHO, kalau weekend mesti kan pada turun terus naik lagi di Selasa," kata dr Pane.
Perkembangan jumlah kasus baru COVID-19 dalam sepekan, dibandingkan dengan jumlah spesimen yang diperiksa, adalah sebagai berikut:
Minggu (1/11/2020): 2.696 kasus baru dari 23.208 spesimen yang diperiksa
Sabtu (31/10/2020): 3.143 kasus baru dari 29.001 spesimen yang diperiksa
Jumat (30/10/2020): 2.897 kasus baru dari 24.854 spesimen yang diperiksa
Kamis (29/10/2020): 3.565 kasus baru dari 34.317 spesimen yang diperiksa
Rabu (28/10/2020): 4.029 kasus baru dari 40.572 spesimen yang diperiksa
Selasa (27/10/2020): 3.520 kasus baru dari 37.438 spesimen yang diperiksa
Senin (26/10/2020): 3.222 kasus baru dari 24.413 spesimen yang diperiksa.