Kamis, 05 November 2020

5 Fakta Demensia, 'Penyakit' yang Diidap Sean Connery Sebelum Meninggal

 Pemeran James Bond 007, Sean Connery, meninggal di usia 90 tahun. Istri keduanya, Micheline, mengungkap sang aktor mengidap demensia atau pikun.

Sean Connery meninggal dalam tidurnya ketika tengah berada di Bahama. Sebelumnya, tidak diketahui penyakit apa yang memicu kematian pria kelahiran Skotlandia tersebut.


Pada 2013, rumor memang menyebut Sean Connery mengidap Penyakit Alzheimer. Ini adalah salah satu penyebab pikun atau demensia yang paling umum ditemukan. Namun saat itu, rumor tersebut dibantah.


Demensia merupakan sekelompok gejala yang menyertai kerusakan fungsi otak, khususnya daya ingat. Anggapan bahwa pikun merupakan bagian normal dari penuaan adalah mitos, karena tidak semua orang mengalaminya.


Dirangkum dari berbagai sumber, berikut beberapa fakta demensia.


1. Bukan penyakit

Demensia itu sendiri bukanlah penyakit, melainkan sekelompok gejala yang mencakup berkurangnya fungsi mengingat dan kognitif. Ada banyak penyakit yang bisa memicu demensia, salah satunya Penyakit Alzheimer. Seperti halnya penyakit lain, Alzheimer bisa dicegah sebelum memburuk.


2. Tak cuma menyerang lansia

Penting untuk dicatat, demensia bukan bagian normal dari penuaan. Lansia memang paling banyak mengalaminya, tetapi bukan berarti generasi muda tidak bisa mengalaminya. Diperkirakan ada 200 ribu orang berusia di bawah 65 tahun yang mengidap Alzheimer.


3. Alzheimer adalah salah satu jenis demensia

Penyakit Alzheimer dan pikun kerap dianggap sama, padahal tidak demikian. Tidak semua pikun atau demensia disebabkan oleh Alzheimer, meskipun penyakit ini merupakan salah satu jenis pikun yang paling banyak ditemukan. Ada jenis demensia lain seperti Lewy Body Dementia (LBD) seperti diidap aktor Robin Williams.


4. Bisa dihambat

Tanda-tanda awal demensia memang sering terabaikan, padahal mengenalinya sejak awal akan sangat membantu mencegahnya agar tidak semakin memburuk. Perubahan perilaku, misalnya jadi cepat marah, sering nyasar saat berkendara, bisa dicurigai sebagai tanda awal demensia.


5. Gaya hidup berpengaruh

Penelitian menunjukkan, olahraga rutin serta diet seimbang, dan tidak merokok, bisa menurunkan risiko demensia. Olahraga bisa membantu pembentukan pembuluh darah baru yang akan meningkatkan aliran darah ke otak.

https://cinemamovie28.com/get-smart-2008/


Awas! Libur Panjang Berakhir, Satgas COVID-19 Waspadai Potensi Lonjakan Kasus


Juru Bicara Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan, libur panjang yang jatuh pada bulan Oktober sampai November 2020 lalu berpotensi menyebabkan kenaikan kasus positif virus Corona.

"Libur panjang pada 28 Oktober sampai 1 November 2020 ini berpotensi menyebabkan kenaikan kasus positif COVID-19. Tren kenaikan kasus pasca liburan panjang ini pernah terjadi sebelumnya," kata Prof Wiku dalam konferensi pers di YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (3/11/2020).


Tren kenaikan kasus positif COVID-19 sebelumnya pernah terjadi saat liburan panjang di bulan Mei dan Agustus. Tepatnya setelah libur panjang Idul Fitri dan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2020 ini.


Untuk mengantisipasi adanya lonjakan kasus lagi, pemerintah bagian pusat, daerah, hingga Satgas Penanganan COVID-19 berkoordinasi di sebelum dan pasca libur panjang. Bahkan Satgas COVID-19 juga menganjurkan masyarakat yang kembali dari libur panjang untuk melakukan testing COVID-19.


"Satgas mengingatkan kepada masyarakat yang sudah kembali dari perjalanan selama masa libur panjang untuk segera melakukan testing dalam rangka memastikan antisipasi bila terjadi atau tertular," jelasnya.


Jika hasil tes positif, warga tersebut diharuskan melakukan karantina di fasilitas yang telah disediakan pemerintah. Hal ini dilakukan agar treatment atau perawatan yang diberikan bisa berjalan efektif.


"Ikuti anjuran dari tenaga kesehatan sehingga treatment yang dilakukan dapat berjalan secara efektif dan mempercepat kesembuhan sehingga angka kematian juga dapat ditekan," ujar Prof Wiku.

https://cinemamovie28.com/guni-guni-2012/

Hasil Sementara Pilpres AS: Biden 264 Electoral Votes, Trump 214

  Selisih perolehan electoral votes antara Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dengan rivalnya, Joe Biden, capres dari Partai Demokrat terus berubah. Penghitungan sementara hasil Pilpres AS, Joe Biden masih mengungguli Trump.

Seperti dilansir Fox News, Kamis (5/11/2020), data proyeksi penghitungan terbaru dari Fox News, salah satu media terkemuka AS, menunjukkan Biden unggul dengan 264 electoral votes dan Trump meraup 214 electoral votes sejauh ini.


Hasil pilpres di sejumlah negara bagian, di antaranya Nevada, Georgia, Pennsylvania dan North Carolina, belum masuk dalam penghitungan sejauh ini.


Secara keseluruhan, menurut data Fox News, Biden mengungguli Trump dalam perolehan popular votes sejauh ini. Biden mendapatkan lebih dari 71 juta suara (50,3 persen), sedangkan Trump mendapatkan lebih dari 68 juta suara (48,1 persen).


Namun dengan Pilpres AS menganut sistem electoral college atau sistem keterwakilan, maka perolehan electoral votes menjadi penentu kemenangan seorang capres. Dibutuhkan setidaknya 270 electoral votes -- dari total 538 electoral votes yang ada -- untuk memenangkan pilpres AS.


Sementara itu, data penghitungan sementara New York Times (NYT) menunjukkan Joe Biden unggul 253 electoral votes dan Trump 214 electoral votes sejauh ini. Biden mendapatkan lebih dari 70 juta suara (50,3 persen), sedangkan Trump mendapatkan lebih dari 67 juta suara (48,0 persen).

https://cinemamovie28.com/the-last-scout-2017/


5 Fakta Demensia, 'Penyakit' yang Diidap Sean Connery Sebelum Meninggal


Pemeran James Bond 007, Sean Connery, meninggal di usia 90 tahun. Istri keduanya, Micheline, mengungkap sang aktor mengidap demensia atau pikun.

Sean Connery meninggal dalam tidurnya ketika tengah berada di Bahama. Sebelumnya, tidak diketahui penyakit apa yang memicu kematian pria kelahiran Skotlandia tersebut.


Pada 2013, rumor memang menyebut Sean Connery mengidap Penyakit Alzheimer. Ini adalah salah satu penyebab pikun atau demensia yang paling umum ditemukan. Namun saat itu, rumor tersebut dibantah.


Demensia merupakan sekelompok gejala yang menyertai kerusakan fungsi otak, khususnya daya ingat. Anggapan bahwa pikun merupakan bagian normal dari penuaan adalah mitos, karena tidak semua orang mengalaminya.


Dirangkum dari berbagai sumber, berikut beberapa fakta demensia.


1. Bukan penyakit

Demensia itu sendiri bukanlah penyakit, melainkan sekelompok gejala yang mencakup berkurangnya fungsi mengingat dan kognitif. Ada banyak penyakit yang bisa memicu demensia, salah satunya Penyakit Alzheimer. Seperti halnya penyakit lain, Alzheimer bisa dicegah sebelum memburuk.


2. Tak cuma menyerang lansia

Penting untuk dicatat, demensia bukan bagian normal dari penuaan. Lansia memang paling banyak mengalaminya, tetapi bukan berarti generasi muda tidak bisa mengalaminya. Diperkirakan ada 200 ribu orang berusia di bawah 65 tahun yang mengidap Alzheimer.


3. Alzheimer adalah salah satu jenis demensia

Penyakit Alzheimer dan pikun kerap dianggap sama, padahal tidak demikian. Tidak semua pikun atau demensia disebabkan oleh Alzheimer, meskipun penyakit ini merupakan salah satu jenis pikun yang paling banyak ditemukan. Ada jenis demensia lain seperti Lewy Body Dementia (LBD) seperti diidap aktor Robin Williams.

https://cinemamovie28.com/the-grudge-2-2006/