Selasa, 17 November 2020

Segini Harga Vaksin COVID-19 Buatan Luar Negeri, Mana yang Paling Murah?

  Saat pengembangan vaksin COVID-19 mendekati putaran terakhir dengan beberapa uji coba fase 3 yang sedang berlangsung, banyak yang bertanya-tanya berapa kira-kira kisaran harga vaksin yang akan dijual di pasaran?

Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi terkait harganya sebab vaksin masih dalam tahap penelitian. Namun beberapa sumber resmi sempat menyebut kisaran harga vaksin per dosis.


Dikutip dari berbagai sumber, berikut prediksi harga jual vaksin COVID-19:


Vaksin Johnson&Johnson: US$10 atau Rp 145.000 per dosis.

Vaksin Novavax: US$16 atau Rp 225.000 per dosis.

Vaksin Pfizer: US$19,50 atau sekitar Rp 275 ribu per dosis.

Vaksin Moderna: US$32 atau Rp 450.000 per dosis.

Vaksin University of Oxford/AstraZeneca: US$4 atau Rp 60 ribu per dosis.

Vaksin Sinovac: US$5-10 atau Rp72.500-Rp145.000 per dosis.

Wuhan Institute of Biological Product/Sinopharm: US$145 atau Rp 2,1 juta per dosis

Beijing Institute of Biological Product/Sinopharm: US$145 atau Rp 2,1 juta per dua dosis.

Untuk vaksin COVID-19 Sinovac yang saat ini tengah dilakukan uji klinis fase 3 di Bandung, PT Bio Farma beberapa kali menyinggung harga yang dibandrol untuk satu dosisnya adalah sekitar Rp 200 ribu. Dalam penyusunan harga vaksin COVID-19, pihak PT Bio Farma mengatakan ada beberapa elemen yang harus diperhitungkan selain harga bahan baku dan biaya impor.


Pemerintah Indonesia disebut mempertimbangkan pengadaan vaksin COVID-19 yang dikembangkan Pfizer yang diklaim 90 persen mampu cegah infeksi Corona.


"Indonesia tentunya dari berbagai vaksin itu dipertimbangkan, tapi kami belum memasukkan Pfizer sebagai salah satu (pada saat ini)," Menteri Koordintor Bidang Perekonomian Airlangga Hartato.

https://cinemamovie28.com/movies/voice-from-the-stone/


Kondisi Serius, Korsel Konfirmasi Wabah Flu Burung H5N8


 Saat ini seluruh dunia masih berjuang untuk mengakhiri pandemi virus Corona COVID-19. Hanya saja beberapa negara juga menghadapi wabah penyakit lainnya, seperti yang dialami oleh Korea Selatan.

Kementerian Pertanian Korea Selatan mengkonfirmasi adanya wabah flu burung yang disebabkan oleh virus H5N8 yang sangat patogen pada sampel burung liar. Kasus ini ditemukan di wilayah barat tengah Korsel.


Virus flu burung H5N8 ditemukan pada sampel yang diambil dari burung liar di Cheonan-si, Chungcheongnam-do, sekitar 84 km dari Seoul. Menteri Pertanian Korsel juga mengeluarkan peringatan flu burung yang sangat patogen atau sangat menular dan berpotensi menyebar dengan luas.


"Ini kondisi serius di mana polutan dapat berpindah dari wilayah yang bermigrasi ke peternakan unggas dalam berbagai rute", kata Menteri Pertanian Korsel Kim Hyeon-soo dalam pernyataannya dikutip dari Reuters.


Ia juga mendesak agar seluruh peternakan melakukan penerapan langkah karantina seperti menyemprotkan disinfektan ke pekarangan setiap hari.


Kasus wabah flu burung di Korsel bukan yang pertama terjadi selama masa pandemi COVID-19. Sebelumnya wabah flu burung juga terdeteksi di Belanda yang membuat otoritas kesehatan di sana mengeluarkan instruksi pemusnahan ayam.

https://cinemamovie28.com/movies/the-day-of-swapping/

Obsesi Ingin Kurus Berujung Fatal, Nyaris Tewas akibat 'Diabulimia'

 Bagi sebagian orang, diet bukanlah menjadi hal yang sangat mudah untuk dilakukan. Selain harus disiplin dan konsisten, seseorang juga perlu untuk mempertimbangkan kondisi kesehatan sebelum melakukan diet.

Salah satu kondisi yang perlu dipertimbangkan ketika diet adalah diabetes. Hal inilah yang dialami oleh wanita asal Inggris bernama Amber Dumbill.


Dikutip dari laman Daily Mail, Amber merupakan seorang penari balet yang memiliki kondisi dengan diabetes tipe 1. Hal ini menyebabkannya harus rajin melakukan suntik insulin.


Amber sendiri sebenarnya tidak benar-benar gemuk. Ukuran baju terbesarnya adalah size M selama bersekolah.


Namun sayangnya Amber sering kehilangan rasa percaya diri karena harus memakai baju ketat ketika menari balet. Amber pun juga kerap membandingkan tubuhnya dengan penari lain yang memiliki tubuh yang langsing.


Hal ini pun mendorong Amber untuk berbuat nekat. Demi mengurangi berat badan di tubuhnya, Amber dengan sengaja mengurangi dosis insulin bahkan hingga berhenti.


Hasilnya, Amber memang berhasil turun ke ukuran S. Tanpa suntuk insulin, tubuh penderita diabetes tipe 1 memang akan membakar lemak lebih cepat.


Di sisi lain, hal ini juga berdampak buruk bagi dirinya. Suatu pagi, Amber tidak bisa bangun dari tempat tidur dan muntah darah. Ketika ia dicek, gula darahnya sudah naik dengan pesat. Bibirnya pun juga membiru dan paramedis mengatakan bahwa gadis tersebut terancam kehilangan nyawa.


Meski begitu, Amber ternyata tidak merasa menyesal. Pasalnya, ia memang sudah sering memanipulasi hasil tes gula darah miliknya.


Ia dinyatakan mengidap diabetes saat umur 9 tahun. Sejak kecil, jenis makanan yang boleh dikonsumsinya sudah dibatasi. Menginjak usia remaja, Amber pun sering diam-diam memakan coklat. Dia bahkan pernah makan hingga 20 cokelat dalam satu hari, yang menyebabkan berat badannya naik.


Meski hampir kehilangan nyawa karena kondisi diabetes dan gangguan makan diabulimia, Amber sempat mengurangi dosis insulinnya lagi. Hal ini dilakukan karena Amber karena takut gemuk.


Untunglah, wanita 24 tahun ini akhirnya berhenti untuk diet setelah mendiskusikan pernikahan dengan pacarnya. Selain menikah, ia ingin punya anak. Namun, diabetes dapat menyebabkan komplikasi kehamilan jika tidak diatasi dengan benar.


"Aku senang karena aku bisa memperbaiki hidupku sebelum terlambat, tapi jika ceritaku ini bisa menghentikan penderita diabetes tipe 1 mengulangi kesalahanku, itu akan berharga," jelasnya.


Diabulimia adalah gangguan yang dapat terjadi pada penderita diabetes. Diabulimia bisa menyebabkan seseorang takut bertambah gemuk, sehingga berani berhenti suntik insulin meski dapat berakhir fatal.

https://cinemamovie28.com/movies/swung/


Segini Harga Vaksin COVID-19 Buatan Luar Negeri, Mana yang Paling Murah?


 Saat pengembangan vaksin COVID-19 mendekati putaran terakhir dengan beberapa uji coba fase 3 yang sedang berlangsung, banyak yang bertanya-tanya berapa kira-kira kisaran harga vaksin yang akan dijual di pasaran?

Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi terkait harganya sebab vaksin masih dalam tahap penelitian. Namun beberapa sumber resmi sempat menyebut kisaran harga vaksin per dosis.


Dikutip dari berbagai sumber, berikut prediksi harga jual vaksin COVID-19:


Vaksin Johnson&Johnson: US$10 atau Rp 145.000 per dosis.

Vaksin Novavax: US$16 atau Rp 225.000 per dosis.

Vaksin Pfizer: US$19,50 atau sekitar Rp 275 ribu per dosis.

Vaksin Moderna: US$32 atau Rp 450.000 per dosis.

Vaksin University of Oxford/AstraZeneca: US$4 atau Rp 60 ribu per dosis.

Vaksin Sinovac: US$5-10 atau Rp72.500-Rp145.000 per dosis.

Wuhan Institute of Biological Product/Sinopharm: US$145 atau Rp 2,1 juta per dosis

Beijing Institute of Biological Product/Sinopharm: US$145 atau Rp 2,1 juta per dua dosis.

Untuk vaksin COVID-19 Sinovac yang saat ini tengah dilakukan uji klinis fase 3 di Bandung, PT Bio Farma beberapa kali menyinggung harga yang dibandrol untuk satu dosisnya adalah sekitar Rp 200 ribu. Dalam penyusunan harga vaksin COVID-19, pihak PT Bio Farma mengatakan ada beberapa elemen yang harus diperhitungkan selain harga bahan baku dan biaya impor.


Pemerintah Indonesia disebut mempertimbangkan pengadaan vaksin COVID-19 yang dikembangkan Pfizer yang diklaim 90 persen mampu cegah infeksi Corona.


"Indonesia tentunya dari berbagai vaksin itu dipertimbangkan, tapi kami belum memasukkan Pfizer sebagai salah satu (pada saat ini)," Menteri Koordintor Bidang Perekonomian Airlangga Hartato.

https://cinemamovie28.com/movies/the-white-storm-2-drug-lords/