Rabu, 18 November 2020

Diklaim 92 Persen Efektif, Ini Fakta-fakta Vaksin Sputnik V

  Vaksin COVID-19 Sputnik V, Rusia diklaim 92 persen efektif. Kabar ini menyusul laporan klaim efektivitas vaksin sebelumnya pada vaksin Pfizer yang juga dikembangkan perusahaan bioteknologi asal Jerman BioNTech.

"Data awal vaksin Sputnik V COVID-19 Rusia menunjukkan bahwa itu 92 persen efektif," kata dana kekayaan kedaulatan negara itu, dikutip dari Independent.


Hasil sementara Sputnik V didasarkan pada data dari 16.000 peserta uji coba pertama, yang menerima suntikan vaksin Sputnik V sebanyak dua dosis. Vaksin Sputnik V sempat menjadi sorotan dunia karena menjadi salah satu yang lebih dulu menyetujui penggunaan vaksin tersebut meski belum selesai uji klinis.


Apa saja fakta-fakta terkait vaksin Sputnik V? Berikut rangkuman detikcom dari berbagai sumber.


1. Uji klinis berlangsung singkat

Uji klinis vaksin Sputnik V berlangsung singkat. Uji coba pada manusia tahap pertama dimulai 17 Juni lalu. Kala itu ada 76 sukarelawan dan sebagian besar di antaranya adalah militer.


Tak berlangsung lama, pada 3 Agustus media lokal Rusia melaporkan Institut Gamaleya yang mengembangkan vaksin Sputnik V ini telah menyelesaikan uji klinis tetapi tak disebutkan uji klinis tahap berapa yang selesai.

https://nonton08.com/movies/peak-the-rescuers/


Berdasarkan laporan ini, vaksin Sputnik V hanya memakan waktu 2 bulan untuk uji klinis dan persetujuan penggunaan vaksin tak melibatkan tahap uji klinis ketiga.


2. Putri Putin ikut menerima vaksin

Presiden Putin menyebut salah satu dari dua putrinya sudah menerima dua suntikan vaksin Sputnik V.


"Dia telah mengambil bagian dalam eksperimen tersebut," kata Putin, dikutip dari Time.


Menurut Putin, efek samping yang dialami Putrinya usai disuntik adalah suhu 38 derajat Celcius. Namun, keesokan harinya turun menjadi 37 derajat Celcius.


Usai suntik kedua kalinya, dia kembali mengalami sedikit peningkatan suhu, tapi kemudian semuanya berakhir normal. Disebutkan, salah satu putrinya menyatakan dirinya sehat dan memiliki jumlah antibodi yang tinggi.


Namun, Putin tidak merinci yang mana di antara kedua putrinya, Maria atau Katerina, yang menerima suntikan vaksin.


3. Vaksin Sputnik V tuai banyak kritik

Vaksin Rusia Sputnik V menuai banyak kritik baik dari para ahli maupun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hal ini berkaitan dengan uji klinis vaksin Sputnik V yang terbilang sangat singkat.


Muncul kekhawatiran terkait keamanan vaksin Sputnik V dari beberapa ahli kesehatan dunia.


"Vaksinasi massal dengan vaksin yang diuji secara tidak tepat tidak etis," sebut Francois Balloux, seorang ahli di Institut Genetika Universitas College London.


4. Proses pembuatan vaksin

Vaksin Rusia didasarkan pada DNA adenovirus jenis SARS-CoV-2. Vaksin ini menggunakan virus yang telah dilemahkan untuk mengirimkan sebagian kecil patogen dan menstimulasi respons imun.


Alexander Gintsburg, direktur Pusat Penelitian Nasional Gamaleya, menyatakan bahwa partikel virus Corona dalam vaksin tersebut tidak dapat membahayakan karena tidak dapat berkembang biak.


5. Diklaim efektivitas 92 persen

Rusia mengklaim vaksin Corona Sputnik V 92 persen efektif melindungi orang dari COVID-19. Klaim ini berdasarkan hasil uji coba sementara vaksin Sputnik V.


"Analisis dilakukan setelah 20 peserta mengembangkan virus korona baru dan memeriksa berapa banyak yang telah menerima vaksin versus plasebo," kata Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), yang telah mendukung pengembangan vaksin, mengatakan pada hari Rabu.

https://nonton08.com/movies/jackals/

Ilmuwan Ungkap Gen Misterius Tersembunyi pada Virus Corona

 Ilmuwan mengungkap gen misterius pada virus Corona COVID-19. Gen tersebut terlihat dalam kode genetik virus Corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit COVID-19. Gen ini ditemukan dalam bagian yang hampir tersembunyi dari genom virus.

Dikutip dari Live Science, gen yang baru diidentifikasi ini disebut ORF3d, contoh dari apa yang disebut gen 'tumpang tindih'. Bagaimana maksudnya?


"Sejenis 'gen di dalam gen' yang secara efektif tersembunyi dalam untaian nukleotida, karena caranya tumpang tindih dengan urutan kode dari gen lain," jelas para peneliti.


"Dalam hal ukuran genom, SARS-CoV-2 dan kerabatnya termasuk di antara virus RNA terpanjang yang ada. Dengan demikian mereka (COVID-19) mungkin lebih rentan terhadap 'tipu muslihat genom' daripada virus RNA lainnya," kata ahli bioinformatika Chase Nelson.


Jadi penemuan penting upaya menghentikan COVID-19

Para ilmuwan telah berlomba untuk memahami sebanyak mungkin tentang COVID-19 yang mewabah sejak akhir tahun lalu. Sementara itu, beberapa aspek dari susunan genetiknya telah menjelaskan bukti kuat bahwa virus itu tidak 'dibuat di laboratorium'.


"Gen tumpang tindih yang hilang menempatkan kita dalam risiko mengabaikan aspek penting biologi virus," kata Nelson.


"Gen yang tumpang tindih mungkin menjadi salah satu dari banyak cara di mana virus Corona telah berevolusi untuk mereplikasi secara efisien, menggagalkan kekebalan tubuh, atau menularkan diri," jelas para peneliti.


Sebelumnya ditemukan hanya dalam satu varian

Para peneliti menemukan gen tersebut telah diidentifikasi sebelumnya, tetapi hanya dalam satu varian virus Corona di trenggiling. Ditemukan di Guangxi, China.


Memiliki respons antibodi yang kuat

Satu hal yang para peneliti ketahui tentang gen misterius, berdasarkan penelitian sebelumnya dengan pasien COVID-19, gen ORF3d memang memperoleh respons antibodi yang kuat. Selebihnya, mereka belum mengetahui pasti dampak lebih jauh dari gen ini.


"Mengenai apakah sel-T juga akan dipicu atau tujuan virus lain apa yang mungkin dimiliki ORF3d yang tumpang tindih, kita masih belum mengetahui. Ini mungkin relatif jinak. Mungkin tidak," jelas peneliti.


"Kami belum mengetahui fungsinya atau apakah ada signifikansi klinis," kata Nelson.

https://nonton08.com/movies/war-for-the-planet-of-the-apes/


Diklaim 92 Persen Efektif, Ini Fakta-fakta Vaksin Sputnik V


 Vaksin COVID-19 Sputnik V, Rusia diklaim 92 persen efektif. Kabar ini menyusul laporan klaim efektivitas vaksin sebelumnya pada vaksin Pfizer yang juga dikembangkan perusahaan bioteknologi asal Jerman BioNTech.

"Data awal vaksin Sputnik V COVID-19 Rusia menunjukkan bahwa itu 92 persen efektif," kata dana kekayaan kedaulatan negara itu, dikutip dari Independent.


Hasil sementara Sputnik V didasarkan pada data dari 16.000 peserta uji coba pertama, yang menerima suntikan vaksin Sputnik V sebanyak dua dosis. Vaksin Sputnik V sempat menjadi sorotan dunia karena menjadi salah satu yang lebih dulu menyetujui penggunaan vaksin tersebut meski belum selesai uji klinis.


Apa saja fakta-fakta terkait vaksin Sputnik V? Berikut rangkuman detikcom dari berbagai sumber.


1. Uji klinis berlangsung singkat

Uji klinis vaksin Sputnik V berlangsung singkat. Uji coba pada manusia tahap pertama dimulai 17 Juni lalu. Kala itu ada 76 sukarelawan dan sebagian besar di antaranya adalah militer.


Tak berlangsung lama, pada 3 Agustus media lokal Rusia melaporkan Institut Gamaleya yang mengembangkan vaksin Sputnik V ini telah menyelesaikan uji klinis tetapi tak disebutkan uji klinis tahap berapa yang selesai.


Berdasarkan laporan ini, vaksin Sputnik V hanya memakan waktu 2 bulan untuk uji klinis dan persetujuan penggunaan vaksin tak melibatkan tahap uji klinis ketiga.


2. Putri Putin ikut menerima vaksin

Presiden Putin menyebut salah satu dari dua putrinya sudah menerima dua suntikan vaksin Sputnik V.


"Dia telah mengambil bagian dalam eksperimen tersebut," kata Putin, dikutip dari Time.


Menurut Putin, efek samping yang dialami Putrinya usai disuntik adalah suhu 38 derajat Celcius. Namun, keesokan harinya turun menjadi 37 derajat Celcius.


Usai suntik kedua kalinya, dia kembali mengalami sedikit peningkatan suhu, tapi kemudian semuanya berakhir normal. Disebutkan, salah satu putrinya menyatakan dirinya sehat dan memiliki jumlah antibodi yang tinggi.


Namun, Putin tidak merinci yang mana di antara kedua putrinya, Maria atau Katerina, yang menerima suntikan vaksin.

https://nonton08.com/movies/ghost-note/