Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) telah dirasakan manfaatnya oleh banyak orang. Salah satunya Rasilah (52) yang berjuang mengobati penyakit kelenjar tiroid sejak akhir tahun 2017.
Gangguan pada kelenjar tiroid umumnya disebabkan adanya perubahan bentuk kelenjar atau ketidakseimbangan hormon tiroid dalam tubuh. Kondisi ketidakseimbangan hormon tiroid bisa terjadi dalam dua bentuk, terlalu sedikit (hipotiroid) atau berlebih (hipertiroidisme). Untuk perubahan bentuk kelenjar, dapat disebabkan oleh penyakit gondok, nodul tiroid, dan kanker tiroid.
"Awal gejala yang saya rasakan, leher saya terasa bengkak. Rasanya sangat tidak nyaman bila sedang menelan makanan dan terkadang sulit untuk bernafas. Lalu saya periksakan ke dokter, kata dokter saya perlu dirujuk ke rumah sakit. Saat itu saya berobat dengan biaya sendiri, karena belum punya Kartu JKN-KIS," kata Rasilah dalam keterangan tertulis, Kamis (31/12/2020).
Perempuan yang berprofesi sebagai Ibu rumah tangga ini merupakan peserta JKN-KIS segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) kelas tiga. Selama pengobatan tiroid, Ia harus mengakses pelayanan kesehatan di rumah sakit rujukan hingga kontrol satu bulan sekali.
Program JKN-KIS dirasa membantu Rasilah mendampinginya menjalani pengobatan. Rasilah memiliki JKN-KIS di tahun ketiganya melawan penyakit berkat saran dari tenaga medis di rumah sakit untuk mendaftar menjadi peserta JKN-KIS. Sebab, pengobatan penyakit kelenjar tiroid berkelanjutan dalam jangka panjang dan membutuhkan biaya tidak sedikit.
"Alhamdulillah, setelah mendapat perawatan dan rutin kontrol kondisinya sudah semakin membaik. Apalagi ada JKN-KIS yang membiayai pengobatan saya. Saya sangat menyesal, seharusnya dari awal sebelum sakit saya sudah mendaftar peserta JKN-KIS untuk melindungi kesehatan saya dan keluarga. Jika waktu itu saya tidak disarankan perawat untuk menjadi peserta JKN-KIS, saya tidak tahu berapa biaya yang habis untuk pengobatan kelenjar tiroid saya," ujarnya.
Dokter yang merawat Rasilah menyampaikan, tiroid dapat dialami siapa saja namun umumnya dialami oleh wanita, berusia lanjut, dan memiliki keluarga dengan riwayat penyakit yang sama maupun faktor lainnya. Keluhan tidak nyaman di area leher penderita dapat diatasi dengan penegakan diagnosis yang tepat. Penting bagi penderita gangguan kelenjar tiroid melakukan kontrol rutin untuk memantau perkembangan penyakit dan evaluasi pengobatan.
Rasilah berharap, JKN-KIS dapat terus ada membantu pejuang tiroid lain seperti dirinya. Ia juga menyampaikan pesan semangat bagi pasien peserta JKN-KIS lain dalam menjalani pengobatan demi kesembuhan dan kesehatan.
https://tendabiru21.net/movies/pusher-ii-with-blood-on-my-hands/
DKI Tembus 2 Ribu Lagi! Ini Sebaran 8.074 Kasus Baru COVID-19 RI 31 Desember
Pemerintah melaporkan penambahan kasus baru COVID-19 yang terkonfirmasi pada hari Kamis (31/12/2020). Ada penambahan 8.074 kasus, sehingga total pasien terkonfirmasi saat ini sudah mencapai 743.198 kasus semenjak virus Corona mewabah di Indonesia.
DKI Jakarta menjadi provinsi dengan penambahan kasus paling tinggi sebanyak 2.053 kasus, disusul Jawa Barat sebanyak 1.024 kasus dan Jawa Tengah sebanyak 939 kasus baru per 31 Desember.
Detail perkembangan virus Corona Kamis (31/12/2020), adalah sebagai berikut:
Kasus positif bertambah 8.074 menjadi 743.198
Pasien sembuh bertambah 7.356 menjadi 611.097
Pasien meninggal bertambah 194 menjadi 22.138
Tercatat sebanyak 57.800 spesimen diperiksa hari ini di seluruh Indonesia, sedangkan jumlah suspek sebanyak 68.316.
Sebaran 8.074 kasus baru Corona di Indonesia pada Kamis (31/12/2020).
Aceh: 4 kasus
Sumatera Utara: 83 kasus
Sumatera Barat: 117 kasus
Riau: 110 kasus
Jambi: 35 kasus
Sumatera Selatan: 92 kasus
Bengkulu: 72 kasus
Lampung: 85 kasus
Bangka Belitung: 55 kasus
Kepulauan Riau: 27 kasus
DKI Jakarta: 2.022 kasus
Jawa Barat: 1.024 kasus
Jawa Tengah: 939 kasus
DI Yogyakarta: 257 kasus
Jawa Timur: 935 kasus
Banten: 269 kasus
Bali: 179 kasus
NTB: 65 kasus
NTT: 26 kasus
Kalimantan Barat: 25 kasus
Kalimantan Tengah: 68 kasus
Kalimantan Selatan: 66 kasus
Kalimantan Timur: 364 kasus
Kalimantan Utara: 54 kasus
Sulawesi Utara: 88 kasus
Sulawesi Tengah: 195 kasus
Sulawesi Selatan: 479 kasus
Sulawesi Tenggara: 38 kasus
Gorontalo: 146 kasus
Sulawesi Barat: 27 kasus
Maluku: 29 kasus
Maluku Utara: 11 kasus
Papua: 55 kasus
Papua Barat: 33 kasus