Minggu, 03 Januari 2021

Meterai Rp 10.000 Dirilis Pekan Depan, yang Lama Masih Laku?

 Tarif bea meterai resmi naik mulai 1 Januari 2021 kemarin. Kini tarif bea meterai menjadi tunggal. Tarif bea meterai yang sebelumnya terdiri dari bea meterai Rp 3.000 dan Rp 6.000, nantinya hanya ada bea meterai Rp 10.000 saja. Sedangkan, bea meterai lama bakal dihapus.

Demikian yang dituang dalam Undang-Undang (UU) Nomor 10 Tahun 2020 tentang Bea Meterai yang merevisi UU Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai.


Pemerintah pun langsung bergegas memfinalisasi desain dan mencetak bea meterai Rp 10.000. Targetnya, pekan depan meterai baru tersebut siap diedarkan ke masyarakat.


"Kita memang sedang mendesain dan mencetak untuk yang Rp 10.000, mungkin dalam minggu depan kita bisa edarkan," ujar Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Humas Ditjen Pajak Hestu Yoga Saksama kepada detikcom, Sabtu (2/1/2021).


Meski begitu, meterai Rp 3.000 dan Rp 6.000 masih bisa digunakan sampai 31 Desember 2021.


"Di dalam UU No.10 itu diberikan masa transisi juga, jadi meterai yang Rp 3.000 dan Rp 6.000 itu masih bisa dipakai selama setahun ke depan," terangnya.


Namun, ada syarat yang melekat bila masih mau menggunakan kedua meterai tadi yakni nilainya minimal Rp 9.000. Setidaknya ada tiga cara agar kedua meterai lama bisa dipakai selama masa transisi ini.


Pertama, menempelkan berdampingan satu lembar meterai Rp 3.000 dan Rp 6.000 dalam satu dokumen yang memerlukan meterai.


Kedua, menempelkan berdampingan dua lembar meterai Rp 6.000 dalam satu dokumen yang memerlukan meterai.


Ketiga, menempelkan berdampingan tiga lembar meterai Rp 3.000 dalam satu dokumen yang memerlukan meterai.

https://nonton08.com/movies/gutterballs/


Menhub Tinjau Bandara Ngloram Jelang Operasi


Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melakukan kunjungan kerja ke Jawa Tengah untuk meninjau progres proyek pembangunan Bandara Ngloram di Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah yang ditargetkan akan beroperasi di tahun 2021.

"Bandara Ngloram kita harapkan dapat beroperasi pada tahun 2021 untuk melayani penerbangan regular dan penerbangan charter. Oleh karena itu saya sengaja hadir di sini untuk mengecek progres pembangunan yang telah dilakukan," jelas Menhub Budi Karya dihadapan wartawan, Minggu (03/01/2021).


Menhub mengatakan, dengan landas pacu atau runway yang telah dibangun sepanjang 1500 m saat ini, Bandara Ngloram sudah mampu didarati pesawat jenis ATR-72. Pada 30 Desember 2020 lalu, telah dilakukan proving flight oleh Pesawat NAM AIR ATR-72 untuk memastikan aspek keselamatan, dan pendaratan dapat dilakukan dengan selamat dan lancar.


"Bandara Ngloram akan menjadi bandara Spoke (pengumpan) yang direncanakan akan melayani penerbangan untuk tujuan Semarang, Balikpapan, Jakarta (halim), Malang, dan Banyuwangi," ungkap Budi Karya.


Dia mengapresiasi komitmen dan dukungan dari Pemerintah Daerah, baik Pemprov Jateng dan Pemkab Blora, untuk membaskan lahan seluas 3,2 hektar pada tahun 2019 dan akan membebaskan lahan seluas 3,6 hektar pada tahun 2021. Selain itu Menhub mengapresiasi Kemen PUPR yang mendukung pembangunan dan pengembangan akses jalan dari dan ke Bandara Ngloram.


Lebih lanjut, dia berpesan kepada jajaran Ditjen Perhubungan Udara agar dapat melaksanakan pembangunan dengan baik sesuai target waktu, dan memastikan seluruh aspek keselamatan, keamanan, dan pelayanan terpenuhi dengan baik, serta tetap memperhatikan protokol kesehatan.

https://nonton08.com/movies/hungry-hearts/

Sejarah Indomie yang Belakangan Jadi Alat Transaksi Seks di Ghana

 Indomie telah menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi masyarakat Indonesia. Sebab, mi instan ini menjadi salah satu produk pangan yang paling banyak dikonsumsi masyarakat di Tanah Air.

Tak hanya di Indonesia, Indomie telah menjadi produk penting di luar negeri. Di Ghana misalnya, baru-baru ini muncul berita Indomie menjadi alat transaksi seks. Hal itu menunjukkan, Indomie menjadi salah barang penting di negara tersebut.


Menurut hasil penelitian salah satu pakar gender dan ketenagakerjaan, Bashiratu Kamal yang publikasikan dalam sebuah dialog nasional yang diadakan STAR Ghana Foundation, Indomie bahkan disebut menjadi salah satu penyebab tingginya angka kehamilan di Ghana.


Sebagai produk, Indomie memiliki umur yang cukup panjang. Sebagaimana dikutip dari situs Indomie dijelaskan, mi instan sendiri pertama kali dikenalkan dan dipasarkan di Jepang pada tahun 1958. Mi ini cepat diterima oleh masyarakat Jepang karena praktis dan rasanya yang enak.


Tak lama kemudian, popularitas menyebar ke seluruh dunia termasuk di Indonesia.


Sementara, mi instan merek Indomie sendiri diluncurkan pada tahun 1971. Kala itu hanya tersedia rasa kaldu ayam. Pada tahun 1982, Indofood meluncurkan rasa mi goreng yakni varian kering pertama yang dikonsumsi tanpa kuah.


Produk ini terinspirasi dari sajian mi goreng tradisional Indonesia. Produk ini dengan cepat populer dan menembus pasar mi instan Indonesia.


Indomie terus berkembang dan semakin variatif rasanya. Saat ini, puluhan rasa Indomie mudah ditemui di minimarket-minimarket di Indonesia. Sebut saja Indomie mi goreng, hot & spicy, barbeque chicken, satay, rendang, iga penyet, cabe ijo, goreng soto, ayam, ayam spesial, kari, dan lain sebagainya.


Namun, Indomie bukanlah produk mi instan pertama di Indonesia. Seperti dikutip CNBC Indonesia, sejarah mi instan di Indonesia dimulai pada 1968 yakni ketika produsen mi instan Supermi, PT Lima Satu Sankyu (kemudian berganti nama menjadi PT Lima Satu Sankyu Indonesia dan PT Supermi Indonesia) didirikan.


Perusahaan ini didirikan Sjarif Adil Sagala dan Eka Widjaya Moeis dengan bantuan Sankyu Shokushin Kabushiki Kaisha asal Jepang yang lebih dulu sukses sebagai negara produsen mi instan. Setelah diproduksi, Supermi resmi menjadi mi instan pertama di Indonesia dengan pemanfaatannya yang sangat luas saat itu dan tidak berbumbu.

https://nonton08.com/movies/the-ballad-of-narayama/


Pada tahun yang sama, PT Sanmaru Foods Manufacturing Co Ltd didirikan. Sanmaru yang dimiliki Djajadi Djaja Chow Ming Hua, Wahyu Tjuandi, Ulong Senjaya, dan Pandi Kusuma inilah yang memproduksi Indomie. Kelompok usaha asal Medan (Sumut) tersebut bernama Jangkar Jati Group.


Pada 1970-an, pemerintah Orde Baru menginginkan ada diversifikasi makanan pokok ketika harga beras mahal saat itu. Sehingga, masyarakat diarahkan untuk mengonsumsi makanan lain selain nasi seperti nasi dan mi.


Kebijakan ini menguntungkan Sudono Salim atau Liem Sioe Liong (Om Liem) yang nantinya mendirikan Grup Salim, Indofood. Ia yang terkenal sebagai pengusaha gandum mendirikan pabrik penggilingan gandum Bogasari di Tanjung Priok pada 29 Novembr 1971. Bisnis inilah yang membesarkan Grup Salim nantinya.


Pada 1976, Supermi mulai mengekor Indomie dan bertransformasi menjadi mi instan berbumbu. Barulah pada 1977, Om Liem mendirikan PT Sarimi Asli Jaya dan mulai memproduksi Sarimi pada 1982.

Namun, ketika harga beras mulai stabil karena pengembangan pestisida dan pupuk, Om Liem yang membeli mesin pabrik dalam jumlah besar menilai harus menggandeng pihak lain agar mesinnya tidak karatan.


Maka itu, Om Liem berusaha menggandeng Sanmaru dan Indomie untuk memanfaatkan fasilitas pabriknya. Akhinya pada 1984, Sanmaru dan Sarimi Asli berhasil bergabung dengan cara membentuk perusahaan patungan bernama PT Indofood Interna Corporation.


Lalu pada 1986, giliran Supermi Indonesia yang diakuisisi Indofood Interna melalui anak usahanya yang bernama PT Lambang Insan Makmur.


Om Liem kemudian mendirikan perusahaan baru bernama PT Panganjaya Intikusuma pada tahun 1990. Perusahaan ini merupakan cikal bakal PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) pada 1994 yang menaungi produk-produk tersebut.

https://nonton08.com/movies/heavy/