Senin, 04 Januari 2021

Ultah ke-12, Bitcoin Cetak Rekor Harga Rp 471 Juta

 Bitcoin pertama ditambang pada 3 Januari 2009. Kini 12 tahun berselang, cryptocurrency atau mata uang digital ini semakin banyak peminatnya, bahkan menembus rekor harga tertinggi.

Pada tahun 2020, nilai bitcoin sudah meningkat pesat. Terbaru, harganya sudah tembus USD 30 ribu atau Rp 416 juta untuk pertama kalinya, kurang dari 3 minggu setelah diperdagangkan di angka USD 20 ribu.


Bahkan dikutip detikINET dari BBC, Senin (4/1/2021) nilai tertinggi sudah dicetak pada angka USD 34 ribu atau di kisaran Rp 471 juta. Selain Bitcoin, cryptocurrency lain juga turut mengalami kenaikan.


Ethereum, mata uang digital nomor dua setelah Bitcoin, naik 465% di 2020. Kemudian terbaru ada aset kripto Dogecoin yang meningkat drastis dalam kurun waktu setahun terakhir. Apabila dihitung selama 3 hari terakhir saja, kenaikan harganya mencapai 150%.


Kenaikan Bitcoin secara drastis pernah terjadi di 2017 sampai lebih dari USD 19 ribu. Tapi kali ini kondisinya berbeda karena beberapa institusi finansial turut tertarik menjadikan Bitcoin sebagai aset, bahkan suporternya menilai bisa jadi alternatif emas.


Kenaikan Bitcoin diprediksi belum akan berhenti. "Kami melihat ada masa depan sangat cemerlang bagi semua pemegang Bitcoin," kata Paolo Ardoino, CTO Bitfinex


Dengan mata uang dolar AS menurun cukup tajam, mungkin makin banyak yang berpaling ke Bitcoin. Namun demikian, tetap ada kekhawatiran nilai Bitcoin tetap tidak stabil seperti di masa silam meski makin banyak pendukungnya.


"Harga Bitcoin benar-benar dimanipulasi oleh beberapa orang, beberapa sosok besar. Ia tak punya valuasi fundamental. Kita sudah dekat pada titik di mana bubble ini akan meledak," kata profesor ekonomi Nouriel Roubini.


Saat ini, ada sekitar 18 juta Bitcoin eksis. Penciptanya adalah sosok misterius bernama Satoshi Nakamoto yang sampai saat ini belum diketahui identitas aslinya.

https://movieon28.com/movies/erotic-day-dream/


Samsung Galaxy S21 Dipastikan Meluncur 14 Januari 2021


Samsung dipastikan bakal merilis smartphone flagship terbaru pada 14 Januari mendatang. Ponsel yang ditunggu-tunggu itu adalah Galaxy S21 Series.

Perusahaan teknologi asal Korea Selatan itu kemungkinan besar merilis tiga varian smartphone sekaligus, yakni Samsung Galaxy S21, S21 Plus, dan S21 Ultra. Ketiganya merupakan penerus dari seri Galaxy S20 yang meluncur tahun lalu.


Informasi peluncuran smartphone terbaru tersebut terlihat di video berjudul 'Samsung Galaxy Unpacked 2021: Welcome to the Everyday Epic', di kanal YouTube Samsung Newsroom, seperti dilihat Senin (4/1/2021). Video berdurasi 12 detik itu memuat tanggal dan waktu peluncuran, beserta gambar yang diperkirakan sebagai modul kamera Galaxy S21 Series.


Dilansir dari The Verge, berdasarkan bocoran spesifikasi yang beredar, Samsung Galaxy S21 dan S21 Plus ditenagai Snapdragon 888 (pasar AS dan China) dan Exynos 2100 (global). Keduanya sama-sama dibekali RAM 8GB dengan pilihan memori internal 128 GB dan 256 GB tanpa opsi penyimpanan tambahan dengan microSD.


Galaxy S21 disematkan layar Dynamic AMOLED Infinity O berukuran 6,2 inci, sedangkan Galaxy S21 Plus punya layar lebih lapang dengan bentang 6,7 inci. Keduanya dilindungi dengan Gorilla Glass Victus dan punya refresh rate 120 Hz. Tiga kamera akan tersemat di bagian belakang.


Sementara itu, Samsung Galaxy S21 Ultra punya spesifikasi yang lebih gahar. Chipset Snapdragon 888 (untuk pasar AS dan China) dan Exynos 2100 (pasar global) disandingkan dengan RAM 12 GB dengan tiga opsi memori internal, yakni 128 GB, 256 GB, dan 512 GB. Varian tertinggi dari jajaran. Galaxy S21 Series ini memiliki lima unit kamera di punggungnya.

https://movieon28.com/movies/wet-dream-2/

Mengenal Teknologi Seaglider yang Ditemukan di Selayar

 TNI Angkatan Laut (TNI AL) menyebutkan, benda yang ditemukan dan dilaporkan oleh nelayan di perairan Selayar adalah Seaglider atau drone di air. Apa itu Seaglider dan untuk apa fungsinya?

Dihimpun detikINET dari berbagai sumber, Senin (4/1/2021) Seaglider adalah deep-diving Autonomous Underwater Vehicle (AUV) yang dirancang untuk misi yang berlangsung berbulan-bulan dan mencakup jarak ribuan kilometer. Dalam pengaplikasiannya di bidang militer, seaglider lebih sering disebut sebagai Unmanned Underwater Vehicle (UUV) alias drone nirawak di air.


Awal pengembangan Seaglider

Konsep Seaglider pertama kali dieksplorasi pada awal 1960-an dengan prototipe kendaraan pengantar perenang bernama Concept Whisper.


Pada 1992, Universitas Tokyo melakukan pengujian pada ALBAC, glider drop weight tanpa kontrol daya apung dan hanya satu siklus meluncur. Program SBIR DARPA menerima proposal untuk glider gradien suhu pada tahun 1988.

https://movieon28.com/movies/wet-dreams/


DARPA selaku badan riset militer Amerika, saat itu mengetahui proyek penelitian serupa yang sedang berlangsung di Uni Soviet. Idenya adalah berupa sebuah pesawat layang dengan mesin apung yang ditenagai oleh penukar panas, diperkenalkan ke komunitas oseanografi oleh Henry Stommel pada tahun 1989. Mereka menamai glider termal tersebut Joshua Slocum, diambil dari sosok yang melakukan pelayaran solo pertama di dunia dengan perahu layar.


Pada tahun 2003, tidak hanya glider bertenaga termal yang berfungsi (Slocum Thermal), Webb Research dan institusi lain telah memperkenalkan glider bertenaga baterai dengan durasi dan efisiensi yang mengesankan, jauh melebihi yang tradisional.


University of Washington, dan iRobot menjadi yang pertama menerima lisensi eksklusif selama lima tahun untuk memproduksi Seaglider bagi konsumen di luar University of Washington pada Juni 2008.


Kemudian pada Mei 2013, Kongsberg Underwater Technology, Inc. mengumumkan bahwa mereka telah menyelesaikan negosiasi dengan Pusat Komersialisasi di University of Washington untuk mendapatkan hak eksklusif dalam memproduksi, memasarkan, dan melanjutkan pengembangan teknologi Seaglider.


Fungsi dan cara kerja Seaglider

Seaglider didesain bisa beroperasi pada kedalaman hingga 1.000 meter. Perangkat ini biasa digunakan untuk keperluan survei dan data oseanografi.


Karenanya, Seaglider bekerja mengumpulkan properti fisik lautan dengan mengukur suhu, salinitas, dan kuantitas lainnya, kemudian mengirimkan kembali data dengan menggunakan telemetri satelit global.


UUV Seaglider bisa digunakan untuk industri maupun pertahanan, dan berbagai misi lain untuk ahli kelautan, termasuk Angkatan Laut, lembaga pemerintah, dan organisasi penelitian.


Seaglider berenang di air dengan memanfaatkan perubahan daya apung untuk daya dorong yang digabungkan dengan bentuk hidrodinamik gaya hambat rendah yang stabil.


Penggunaan Seaglider

Seaglider tercatat melakukan berbagai misi, setidaknya ada tiga misi yang paling diingat, yaitu:


Mei 2010, Seaglider dikerahkan di Teluk Meksiko untuk membantu memantau dan mengumpulkan data selama insiden tumpahan minyak Horizon Deepwater

Di 2013, Angkatan Laut AS menguji Seaglider untuk digunakan di kapal tempur Littoral

Pada 2016, Angkatan Laut AS mengerahkan LBS-Glider untuk membantu misi antisubmarine warfare (ASW).

https://movieon28.com/movies/wet-dream/