Infeksi virus Corona dapat menyerang berbagai organ dalam tubuh, termasuk salah satunya jantung. Satu studi yang dipulikasi di JAMA menyebut hampir sekitar 78 persen pasien muda yang berhasil sembuh dari COVID-19 menunjukkan tanda-tanda komplikasi atau kerusakan jantung.
Sementara bagi orang-orang yang sudah memiliki penyakit jantung, infeksi COVID-19 disebut dapat meningkatkan risiko kematian.
Terkait hal tersebut, ada beberapa tanda yang bisa diperhatikan ketika COVID-19 sudah menyerang jantung. Berikut penjelasannya seperti dikutip dari Times of India:
1. Lelah ekstrem
Rasa lelah atau lemas yang ekstrem jadi gejala umum yang dilaporkan oleh pasien COVID-19 dengan kerusakan jantung. Ini bisa jadi tanda-tanda awal yang harus diwaspadai.
Jantung yang bekerja ekstra keras untuk memompa darah bisa menimbulkan rasa nyeri dan kelelahan.
2. Inflamasi jantung
Miokarditis atau peradangan/inflamasi otot jantung jadi salah satu komplikasi umum yang berkaitan dengan infeksi COVID-19. Hal ini bisa terjadi akibat langsung dari infeksi virus atau akibat badai sitokin, kondisi saat sistem imun menyerang sel sehat pada jantung.
Dengan kondisi meradang, otot-otot jantung bisa melemah berujung pada tekanan darah yang turun.
3. Saturasi oksigen rendah
Ketika jantung tidak bekerja dengan baik, tubuh dapat menunjukkan tanda-tanda kekurangan oksigen akibat suplai darah yang tidak lancar. Contohnya mulai dari bibir dan jari tangan atau kaki yang tampak kebiruan, gampang bingung, hingga disorientasi.
4. Nyeri dada
Tanda lainnya yang harus diwaspadai oleh pasien positif COVID-19 adalah nyeri dada. Rasa nyeri yang disertai dengan kesulitan bernapas bisa jadi tanda-tanda umum adanya kerusakan pada fungsi organ paru-paru dan jantung.
Nyeri dada juga jadi tanda awal munculnya serangan jantung.
5. Detak jantung tak beraturan
Pada beberapa kasus, pasien positif COVID-19 dapat mengalami gejala irama detak jantung yang tak beraturan. Dampaknya tekanan darah bisa jadi tidak stabil hingga pusing.
https://cinemamovie28.com/movies/under-the-bed-2/
Tersisa 63 Tempat Tidur, Ini Rincian Ketersediaan Ruang ICU di DKI
Ketersediaan ruang intensive care unit (ICU) di rumah sakit rujukan COVID-19 di DKI Jakarta hanya tersisa 63 tempat tidur.
Berdasarkan sistem informasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta pada Senin (18/1/2021) pukul 09.12 WIB, berikut rincian ketersediaan ruang perawatan ICU.
Ruang ICU tekanan negatif dengan ventilator tersisa 28 tempat tidur
Ruang ICU tekanan negatif tanpa ventilator tersisa 13 tempat tidur
Ruang ICU tanpa tekanan negatif dengan ventilator terisa 13 tempat tidur
Ruang ICU tanpa tekanan negatif dan tanpa ventilator tersisa 9 tempat tidur.
Sedangkan ruang isolasi diketahui di DKI Jakarta masih tersedia sebanyak 499 tempat tidur. Berikut ini rinciannya.
Ruang isolasi tekanan negatif tersisa 206 tempat tidur
Ruang isolasi tanpa tekanan negatif tersisa 293 tempat tidur.
Belakangan, penambahan kasus COVID-19 di DKI Jakarta berada di atas angka 3 ribu perhari. Pada Minggu (17/1/2021) kemarin, Pemprov DKI Jakarta melaporkan ada penambahan sebanyak 3.395 kasus dalam sehari, sehingga totalnya sudah mencapai 227.365 kasus.
Dari data tersebut juga diketahui, sebanyak 201.907 pasien COVID-19 telah dinyatakan sembuh. Sedangkan 3.779 lainnya dilaporkan meninggal dunia.
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, mengatakan bahwa pihaknya tengah berupaya dalam menambah kapasitas fasilitas kesehatan. Namun, penanganan ini akan menjadi sulit apabila masyarakat masih lengah dalam mematuhi protokol kesehatan.
"Kami akan kerja keras meningkatkan berbagai fasilitas. Tapi sekali lagi kita semua harus lebih keras lagi bekerja. Karena kecepatan virus lebih cepat dari membuat masker, apalagi membuat rumah sakit. Jadi logikanya coba kita samakan. Kecepatan virus lebih cepat daripada kita membuat masker, apalagi menyiapkan tenaga kesehatan, apalagi membuat ruang ICU, apalagi membangun rumah sakit," ucapnya di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (8/1/2021).