Rabu, 20 Januari 2021

Corona Menggila, WHO Prediksi 100 Ribu Kematian Tiap Pekan karena COVID-19

 Kasus Corona di beberapa negara kembali mencatat lonjakan. China juga kembali menghadapi gelombang baru COVID-19, terburuk sejak Mei 2020.

Akibatnya, rumah sakit darurat langsung disiapkan China dalam waktu 5 hari. Ada 11 wilayah yang kembali lockdown di China, demi menekan kasus COVID-19 yang kembali melonjak.


Begitu juga beberapa negara di Eropa, Inggris hingga Jerman yang kembali memperketat lockdown seiring dengan temuan varian baru Corona. Selain varian Corona di Inggris dan Afrika Selatan, Jerman juga menemukan varian baru Corona baru-baru ini.


Dikutip dari Reuters, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut kematian COVID-19 di dunia bisa mencapai 100 ribu kasus setiap pekan. Total kasus kematian COVID-19 tersebut diprediksi akan terjadi dalam waktu dekat.


Hal ini dikarenakan sepekan belakangan kasus kematian COVID-19 dunia sudah melonjak hingga lebih dari 90 ribu kasus.


"Kematian global akibat COVID-19 diperkirakan mencapai 100.000 per minggu dalam waktu dekat, dari sebelumnya catatan kematian COVID19 melebihi 93.000 kasus, ini dilaporkan minggu lalu," jelas pakar darurat utama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Mike Ryan mengatakan pada hari Senin.


Dalam pembaruan epidemiologi yang diberikan pada pertemuan dewan eksektif WHO, dia menambahkan bahwa wilayah Amerika menyumbang sekitar 47 persen dari kematian saat ini. Di Eropa, kasus dan kematian stabil tetapi pada tingkat yang tinggi.


"Saat ini situasi epidemiologi kami dinamis dan tidak merata, semakin rumit dengan adanya varian baru Corona," katanya.

https://cinemamovie28.com/movies/the-germans-factory/


Moderna Kaji Kemungkinan Muncul Alergi Usai Disuntik Vaksin Corona Buatannya


Pada Selasa (19/1/2021), perusahaan bioteknologi Moderna Inc mengatakan telah menerima laporan dari departemen kesehatan California mengenai vaksin buatannya. Laporan tersebut menjelaskan bahwa beberapa orang di San Diego dirawat karena kemungkinan adanya reaksi alergi terhadap vaksin COVID-19 dari batch tertentu.

Tanggapan itu muncul setelah ahli epidemiologi California mengeluarkan pernyataan yang merekomendasikan penyedia untuk menghentikan vaksinasi dari lot no.41L20A, karena kemungkinan adanya reaksi efek samping alergi yang sedang diselidiki.


"Jumlah kemungkinan reaksi alergi yang lebih tinggi dari biasanya dilaporkan dengan vaksin Moderna tertentu yang diberikan di satu klinik vaksinasi. Kurang dari 10 orang membutuhkan perawatan medis selama rentang waktu 24 jam," kata ahli epidemiologi tersebut dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Reuters, Rabu (20/1/2021).


Pihak produsen vaksin mengatakan belum mengetahui apakah ada kasus efek samping serupa dari pusat vaksinasi lain, yang mungkin mendapatkan vaksin dari lot sama atau dari lot lainnya.


Pihak Moderna mengatakan, sebanyak 307.300 dosis vaksin dari lot tersebut masih disimpan. Total vaksin yang diproduksi dalam batch tersebut berjumlah 1.272.200 dosis.


Selain itu, Moderna mengungkapkan saat ini pihaknya tengah bekerja sama dengan regulator kesehatan Amerika Serikat untuk memahami kasus-kasus tersebut, atau mungkin menghentikan penggunaan vaksin dari lot tersebut jika diperlukan.


Sampai saat ini, kata Moderna, sudah ada hampir satu juta dosis vaksin yang telah didistribusikan ke sekitar 1.700 lokasi vaksinasi di 37 negara bagian.

https://cinemamovie28.com/movies/banda-de-ipanema/

Selain Indonesia, Ini 4 Negara yang Pilih Pakai Vaksin Corona dari China

 Selain Indonesia, beberapa negara memilih memulai vaksinasi COVID-19 massal menggunakan vaksin Corona buatan Sinovac dan Sinopharm dari China. Termasuk negara Eropa, Serbia, yang baru-baru ini menggunakan vaksin Corona China dari Sinopharm.

Dikutip dari Reuters, ratusan anggota militer Serbia hari Selasa menerima vaksin Corona China di sebuah ruang pameran di Beograd. Selain Serbia, berikut daftar negara yang menerima vaksin Corona China.


1. Brasil

Brasil memberikan persetujuan darurat penggunaan vaksin Corona Sinovac pada Minggu (17/1/2021) dengan efikasi yang didapatkan sebanyak 50,4 persen, berdasarkan hasil uji coba pada lebih dari 12 ribu relawan.


Sebelumnya, uji klinis vaksin Sinovac di Brasil sempat disorot perhatian publik karena data yang dinilai tak trasparan. Sebab, sebelumnya efikasi vaksin Corona yang didapatkan sebanyak 78 persen.


Namun, pihak otoritas Brasil setempat menyebut angka efikasi general yang kemudian merosot menjadi 50,4 persen karena melibatkan kasus COVID-19 bergejala ringan. Selain itu relawan yang mengikuti uji klinis di Brasil mencakup tenaga kesehatan yang berisiko tinggi terpapar Corona.

https://cinemamovie28.com/movies/the-band/


2. China

China menjadi negara pertama yang menyetujui penggunaan darurat vaksin Corona Sinovac. Tepatnya pada Juni 2020, vaksin Corona Sinovac di negaranya diberikan bagi para tenaga kesehatanm diplomat, hingga pegawai setempat.


Beberapa wilayah di China juga sudah menawarkan pemberian vaksin Corona Sinovac pada beberapa penduduknya. Mereka yang ingin mendapat vaksin Corona Sinovac lebih dulu, harus membayar hingga US $ 59 untuk dua kali suntikan atau dua dosis.


3. Turki

Menyusul Brasil, otoritas kesehatan Turki menyetujui penggunaan darurat vaksin Corona Sinovac pada Rabu (13/1/2021). Mereka mengacu pada data interim uji klinis fase ketiga vaksin Corona Sinovac di sana, didapatkan efikasi cukup tinggi dan mencapai 91,25 persen.


Dikutip dari Reuters, peneliti uji vaksin Sinovac di Turki menyebut tak ada efek samping serius yang ditemukan, selain yang umum dialami seperti demam hingga sedikit kekelahan.


Uji coba vaksin Sinovac yang cukup tinggi di Turki didapatkan dari uji klinis fase 3 yang melibatkan 7.371 relawan.


Ada 40 orang yang terinfeksi COVID-19, 26 di antaranya diberi plasebo, sementara sisanya menerima vaksin Corona Sinovac.


"Kami sekarang yakin bahwa vaksin itu efektif dan aman (untuk digunakan) pada orang-orang Turki," kata Menteri Kesehatan Fahrettin Koca.


4. Serbia

Dikutip dari Reuters, pekan lalu Serbia menerima vaksin Corona dari China, Sinopharm sebanyak satu juta dosis. Serbia menjadi negara pertama di Eropa yang memulai program vaksinasi massal memakai vaksin Corona asal China.


Serbia memprioritaskan pekerja penting seperti petugas polisi, guru, dan tentara. Menteri Pertahanan Nebojsa Stefanovic mengatakan lebih dari 700 anggota militer, termasuk dirinya telah menerima vaksin Corona China.


"Saya telah menerima vaksin Corona China yang kami percayai sepenuhnya. Saya telah mengatakan saya akan mendapatkan vaksin yang sama dengan pasukan kami," kata Stefanovic kepada wartawan.

https://cinemamovie28.com/movies/arriva-la-banda/