Rabu, 03 Februari 2021

Aturan OTT Global yang Dinanti Penyedia Layanan Telekomunikasi

 Langkah pemerintah untuk menerapkan aturan untuk penyedia layanan over the top (OTT) global ternyata sudah dinanti-nanti oleh anggota Asosiasi Perusahaan Nasional Telekomunikasi (APNATEL).

Menurut Ketua Umum APNATEL Triana Mulyatsa, selama ini anggota APNATEL sudah menantikan kehadiran aturan semacam ini. Yang mewajibkan penyedia layanan OTT global untuk bekerja sama dengan penyelenggara jaringan atau jasa telekomunikasi di Indonesia.


Ia pun memberikan apresiasi dan dukungan pada pemerintah untuk bersikap tegas dalam penerapan kewajiban kerja sama penyelenggara layanan OTT tersebut dengan operator telekomunikasi, yang dituangkan dalam perubahan dalam RPP Postelsiar.

https://maymovie98.com/movies/ju-on-the-grudge-2/


Sebab menurutnya selama ini tak ada aturan yang mengatur keberadaan OTT global di Indonesia. Aturan yang ada hanya mengatur kewajiban mereka membayar PPN.


"Kami sebagai asosiasi telekomunikasi tertua di Indonesia sangat mendukung langkah Pemerintah dalam mengatur penyelenggaraan OTT khususnya OTT global yang menyediakan layanan sama seperti operator telekomunikasi (voice dan messanger), yang tentunya hal ini berdampak pada penurunan pendapatan operator telekomunikasi. Bila hal ini didiamkan saja, maka sudah pasti akan berdampak terhadap kegiatan usaha anggota APNATEL, saat ini pun sudah mulai terasa," ungkap Triana.


Triana pun menuding keberadaan OTT global menjadi salah satu penyebab turunnya pendapatan operator telekomunikasi, yang kemudian menyebabkan rendahnya investasi dalam pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia.


Lalu, dampak lainnya adalah menurunkan tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor telekomunikasi, yang selama ini didukung oleh keberadaan vendor dan kontraktor operator telekomunikasi di Indonesia.


"Kewajiban OTT untuk bekerjasama dengan penyelenggara jaringan ini menyangkut hajat hidup orang banyak dan kedaulatan negara. Diharapkan dengan diwajibkannya OTT global bekerjasama dengan penyedia jaringan telekomunikasi diharapkan dapat kembali meningkatkan investasi dan penetrasi jaringan telekomunikasi di Indonesia. Dengan meningkatnya pembangunan jaringan telekomunikasi otomatis akan mendongkrak jumlah pekerja di kontraktor telekomunikasi yang selama ini terkenal padat karya," jelasnya.


Jadi jika mereka telah bekerjasama dengan operator telekomunikasi dalam negeri, Triana berharap sebagian pendapatan OTT global tersebut bisa digunakan untuk percepatan penyediaan jaringan telekomunikasi.


"Selama ini penggelaran jaringan telekomunikasi tanpa menggunakan dana APBN. Jadi saatnya dan menjadi waktu yang tepat bagi Pemerintah untuk melindungi dan menjaga keberlangsungan penyelenggara telekomunikasi Indonesia. Pemerintah jangan mau diintervensi oleh OTT global yang hanya mementingkan keuntungan semata, namun tidak mau berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia. Sehingga diharapkan nantinya bangsa Indonesia tak hanya dijadikan pasar bagi OTT global saja, namun bisa menjadi pusat perkembangan digital di ASEAN," tutup Triana.

https://maymovie98.com/movies/ju-on-the-grudge/

Efek Pandemi: 82% Perusahaan WFH, 55 Miliar Perangkat Terkoneksi

 - Pandemi COVID-19 masih berlangsung, dan ternyata sudah ada dukungan untuk meneruskan sistem 'Work from Home'(WFH). Tentunya hal ini dikarenakan adanya transformasi digital yang memadai.

Dalam Biznet Data Center Press Conference yang membahas kerjasama dengan Hewlett Packard Enterprise Indonesia dan Berca Hardayaperkasa, Rabu (3/2/2021), Managing Director Hewlett Packard Enterprise Indonesia Hengkie Kastono menjelaskan mengenai hal ini.


"Survei menunjukkan, 82% leader company memilih untuk melanjutkan remote work atau WFH," ucap Hengkie.


Setelah adanya trial and error beradaptasi bekerja jarak jauh dan mengandalkan koneksi, terbukti banyak perusahaan yang kini sudah menemukan ritme yang pas untuk melanjutkan pola kerja yang baru ini.


Data lebih lanjut menunjukkan bahwa sudah ada 55 miliar perangkat yang saling terkoneksi satu sama lain. Ditambah, nantinya akan ada 5G pada beberapa tahun mendatang di Indonesia. Sudah dipastikan, konektivitas yang baik yang dibutuhkan dalam menjalankan kehidupan mendatang khususnya untuk urusan pekerjaan menjadi semakin dekat dengan genggaman.


"Kita tidak sadar sudah connected ke mana-mana. dengan adanya 5G akan hadir beberapa tahun ke depan di mana latensinya akan menjadi sangat cepat sekali. Kita ambil contoh simpel, autonomous car, itu apakah harus belok dilakukan secara realtime dan tentunya butuh konektivitas yang baik," sambungnya.


Hewlett Packard Enterprise Indonesia pun mengaku telah melakukan penguatan untuk customer mereka salah satunya dengan menjalin kerjasama dengan Biznet Data Center dan juga Berca Hardayaperkasa. Ada juga pengembangan yang sudah dilakukan untuk berbagai sektor.


"Kita mempersiapkan untuk customer, contohnya di bidang kesehatan dengan super computer membantu analisa. Dengan teknologi IoT, digital agriculture dan banyak lagi tentunya. Untuk olahraga, misalnya, kami membangun kinerja dalam formula 1," tutur Hengkie.


Karenanya, Hengkie berani bilang bahwa gelombang transformasi digital sudah ada di depan mata. Dibutuhkannya tiga kemampuan krusial seperti 'edge centric', 'cloud enable' dan 'data driven' agar perusahaan-perusahaan yang ada dapat bertahan.


"Tentunya untuk mencapai area sana tantangannya besar," akunya.


Diketahui bahwa 70% aplikasi masih tidak memanfaatkan cloud baik public cloud maupun private cloud. Padahal, dalam mempercepat transformasi digital ada tiga faktor yang dibutuhkan antara lain teknologi, orang-orang yang jadi pelanggan yang bisa memanfaatkan teknologi dengan sangat baik, dan ekonomi di mana pemanfaatan area digital bisa dibanderol dengan harga yang ekonomis.


Dengan adanya kerjasama antara tiga perusahaan, Hengkie berharap mereka bisa memberikan layanan yang memudahkan customer dan juga lebih ramah di kantong untuk penggunaan jangka panjang.

https://maymovie98.com/movies/ju-on-the-curse-2/


Aturan OTT Global yang Dinanti Penyedia Layanan Telekomunikasi


Langkah pemerintah untuk menerapkan aturan untuk penyedia layanan over the top (OTT) global ternyata sudah dinanti-nanti oleh anggota Asosiasi Perusahaan Nasional Telekomunikasi (APNATEL).

Menurut Ketua Umum APNATEL Triana Mulyatsa, selama ini anggota APNATEL sudah menantikan kehadiran aturan semacam ini. Yang mewajibkan penyedia layanan OTT global untuk bekerja sama dengan penyelenggara jaringan atau jasa telekomunikasi di Indonesia.


Ia pun memberikan apresiasi dan dukungan pada pemerintah untuk bersikap tegas dalam penerapan kewajiban kerja sama penyelenggara layanan OTT tersebut dengan operator telekomunikasi, yang dituangkan dalam perubahan dalam RPP Postelsiar.


Sebab menurutnya selama ini tak ada aturan yang mengatur keberadaan OTT global di Indonesia. Aturan yang ada hanya mengatur kewajiban mereka membayar PPN.


"Kami sebagai asosiasi telekomunikasi tertua di Indonesia sangat mendukung langkah Pemerintah dalam mengatur penyelenggaraan OTT khususnya OTT global yang menyediakan layanan sama seperti operator telekomunikasi (voice dan messanger), yang tentunya hal ini berdampak pada penurunan pendapatan operator telekomunikasi. Bila hal ini didiamkan saja, maka sudah pasti akan berdampak terhadap kegiatan usaha anggota APNATEL, saat ini pun sudah mulai terasa," ungkap Triana.

https://maymovie98.com/movies/ju-on-the-curse/