Sabtu, 13 Februari 2021

4 Shio Ini Wajib Jaga Kesehatan di 2021, Kamu Salah Satunya?

 Seiring dengan tahun baru Imlek 2021, pakar Feng Shui Yulius Fang dan Angelina Fang memprediksi 4 shio yang lebih mudah terpapar penyakit dibandingkan shio lainnya. Terlebih di masa pandemi COVID-19, menurutnya, protokol kesehatan harus tetap diperketat.

"Shio ini harus lebih ketat dalam menjaga kesehatan, segera berobat jika sakit dan lebih disiplin pada protokol kesehatan," beber Yulius, dikutip dari CNNIndonesia.


Berikut sejumlah shio yang perlu fokus pada kesehatan di tahun baru China 2572 atau Imlek 2021.


1. Shio Kuda

Yulius mengingatkan mereka dengan shio kuda agar tak memikirkan hal-hal kecil yang bisa mengganggu kesehatan. Salah satunya termasuk saat konflik dengan orang lain.


"Jika konflik dengan orang lain, maka kesehatan bisa menurun. Waspadai potensi sakit," ujar Yulius.


2. Shio Monyet

Menurut Yulius, di tahun ini, orang bershio monyet lebih rentan terluka, sakit, hingga menjalani operasi.


"Hati-hati dalam beraktivitas. Jika perlu operasi medis, pilihlah hari baik," kata Yulius.


3. Shio Kambing

Yulius menjelaskan orang dengan shio kambing sangat perlu memperhatikan kesehatan mental dan fisik. Menurutnya, lebih baik rutin check up untuk memeriksakan kesehatan.


"Disarankan check up kesehatan, jika ada problem kesehatan sebelumnya, sebaiknya cepat ditangani," ucap Yulius.


Selain itu, mereka dengan shio kambing juga disarankan menghindari olahraga berbahaya. Lebih dianjurkan untuk melakukan meditasi yang bisa menjaga kesehatan mental dan fisik.


4. Shio Tikus

Di tahun baru Imlek kali ini, orang dengan shio tikus disebut Yulius punya risiko sakit yang lebih tinggi. Sakit yang diidap shio tikus bisa mengganggu produktivitas mereka.


Maka dari itu, orang dengan shio tikus lebih baik banyak beristirahat di tengah padatnya aktivitas agar tetap sehat di masa pandemi COVID-19.

https://kamumovie28.com/movies/multiverse-the-13th-step/


Hoax! Kominfo Bantah Rumor Ustadz Maaher Meninggal karena Divaksin Sinovac


Hoax seputar COVID-19 masih saja bermunculan. Salah satunya mengaitkan vaksin COVID-19 dengan penyebab meninggalnya Ustadz Maaher At-Thuwailibi.

Rumor yang dikategorikan 'disinformasi' tersebut terangkum dalam Laporan Isu Hoaks Direktorat Pengendalian Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RI periode 12-13 Februari 2021.


Disebutkan dalam sebuah narasi viral di Facebook, Ustadz bernama asli Soni Ernata meninggal karena disuntik vaksin Sinovac "oleh Polisi Komunis Indonesia (PKI)".


"Berdasarkan penelusuran, klaim bahwa Ustaz Maaher At-Thuwailibi meninggal karena disuntik vaksin Sinovac adalah keliru. Faktanya, Ustaz Maheer meninggal karena sakit," tegas laporan tersebut.


Hoax lainnya yang beredar mengklaim seorang wanita Korea Selatan mengalami efek kejang dan sesak napas hebat setelah mendapat vaksinasi COVID-19.


Faktanya, video yang menyertai hoax ini pernah diunggah di YouTube pada 21 Maret 2015, jauh sebelum pandemi COVID-19 terjadi. Radio Free Europe menjelaskan, wanita dalam video tersebut adalah seorang warga Kazakhstan yang dirawat setelah mendapat vaksinasi campak.


"Meski begitu, otoritas setempat menegaskan tidak ada hubungan vaksin campak dengan yang dialami wanita tersebut," tegas Kominfo.

https://kamumovie28.com/movies/ziarah/

Kamis, 11 Februari 2021

10 Tips Melindungi Anak Saat Main TikTok

 TikTok baru saja meluncurkan Toolkit Keamanan Keluarga yang bisa digunakan orang tua untuk memandu anak saat menggunakan platform digital. Panduan ini berisi 10 tips yang bisa melindungi anak saat bermain TikTok sekaligus menjadikan mereka lebih bijak berinternet.

Head of Public Policy TikTok Indonesia, Malaysia, dan Filipina Donny Eryastha mengatakan toolkit ini ditujukan untuk membuat platform yang aman dan nyaman bagi semua penggunanya. Toolkit ini juga menjadi pelengkap dari sederet fitur keamanan yang telah diluncurkan TikTok.


Berikut 10 tips pengasuhan digital untuk orang tua agar bisa melindungi putra-putri remajanya saat bermain TikTok yang diambil dari Toolkit Keamanan Keluarga TikTok:


1. Periksa Kesiapan Teknologi Anak

Orang tua harus menentukan kapan anak bisa aktif dalam dunia digital, termasuk memiliki perangkat sendiri dan membuat akun media sosial. TikTok saat ini menerapkan batas usia 14 tahun ke atas. Artinya anak di bawah usia 14 tahun tidak bisa membuat akun TikTok sendiri.


2. Sepakat tentang Batasan Teknologi Keluarga

Orang tua harus menetapkan batasan kapan dan di mana anak boleh mengakses perangkat digitalnya. Selain itu, orang tua juga harus membatasi jenis konten apa saja yang bisa ditonton atau dimainkan oleh anak berusia remaja.


Semua batasan ini tentu harus dibahas bersama-sama dan disesuaikan dengan usia anak. Jika aturan ini dilanggar, orang tua bisa menetapkan konsekuensi yang jelas dan sesuai.


3. Aturan Batasan Waktu Layar yang Cerdas

Sebagai orang tua tentu tidak ingin jika anaknya sampai kecanduan gadget. Dengan mengatur batasan waktu layar atau screentime, orang tua bisa menjaga kesehatan mental dan fisik anak serta membantu mereka mengembangkan kontrol diri dan manajemen waktu.


Untuk membatasi waktu layar dan jenis konten yang ditonton, orang tua bisa menggunakan fitur Pelibatan Keluarga atau Family Pairing. Fitur ini akan menghubungkan akun TikTok orang tua dengan akun anak dan memudahkan orang tua untuk mengontrol keamanan di akun anak.

https://tendabiru21.net/movies/sea-breeze-unfaithful-woman/


4. Bicara Tentang Perundungan Siber

Harus ada jalur komunikasi yang jelas antara orang tua dan anak agar anak bisa curhat jika mengalami perundungan siber. Jika orang tua merasa anak remajanya menjadi pelaku perundungan siber, dorong mereka untuk berbicara jujur dan bertanggung jawab atas perilakunya.


TikTok juga memiliki fitur yang bisa melindungi pengguna dari perundungan siber yaitu dengan mengontrol bagian komentar. Saat ini hanya pengguna berusia 16 tahun ke atas yang bisa menerima komentar di bawah kontennya.


Komentar ini bisa diatur apakah bisa diberikan oleh semua pengguna, hanya pengikutnya saja, atau tidak sama sekali. Pengguna juga bisa memblokir kata-kata tertentu agar tidak muncul dalam kolom komentar.


5. Bicara Tentang Privasi

Orang tua harus mengajari anak untuk selalu berhati-hati dengan konten dan informasi yang mereka bagikan di media sosial. Anak-anak perlu mengerti tentang apa itu jejak digital dan ancaman keamanan siber seperti peretasan dan rekayasa sosial yang bisa dilakukan jika mereka berbagi informasi pribadi secara berlebihan.


Orang tua bisa menjaga privasi anak dengan lebih ketat dengan membuat akun TikTok mereka menjadi private lewat pengaturan keamanan. Saat ini akun milik pengguna berusia 14 dan 15 tahun akan diubah menjadi private secara otomatis.


6. Bicara tentang Kontak dan Konten Berisiko

Konten dan kontak yang berisiko selalu menghantui media sosial. Anak harus mengerti bahwa mereka akan menemui konten yang tidak patut untuk anak remaja dan orang asing yang tidak dikenal.


Orang tua harus secara proaktif berbicara dengan anak tentang risiko menerima permohonan berteman dari orang yang tidak dikenal. Anak juga harus diingatkan risiko menemui orang tidak dikenal di dunia nyata.


Jika menemukan konten dan pengguna yang melanggar paduan komunitas, TikTok menganjurkan orang tua dan pengguna untuk langsung melaporkannya.


7. Bicara tentang Sexting

Anak usia remaja mungkin tidak memahami bahaya membagikan konten yang intim atau vulgar. Sudah menjadi tugas orang tua untuk menjelaskan kepada anak bahwa membagikan konten seperti ini memiliki konsekuensi yang serius dan bisa berjangka panjang.


Agar anak tidak membagi atau menerima konten vulgar di TikTok, orang tua bisa membantu dengan mengatur preferensi pesan langsung atau DM. Saat ini hanya pengguna TikTok berusia 16 tahun ke atas yang bisa menggunakan fitur DM.


Jika menemukan pengikut atau akun yang mencurigakan, anak bisa memblokir akun tersebut agar tidak bisa lagi berinteraksi dengan mereka. TikTok juga tidak mengizinkan pengiriman foto lewat DM untuk mencegah eksploitasi seksual.

https://tendabiru21.net/movies/hole-in-law-2/