Selasa, 16 Februari 2021

Cegah Penyebaran COVID-19, NASA Bagi-bagi Smartwatch

 Segala upaya dilakukan untuk mengatasi penyebaran virus Corona (COVID-19). Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sampai harus memberikan 1.000 smartwatch kepada para pegawainya.

Smartwatch yang dipilih merupakan merek Fitbit Charge 4s dengan keunggulan fitur daily check-in, di mana pengguna akan diberi panduan terkait COVID-19 secara teratur. Fitur tersebut memungkinkan mendukung pengguna memutuskan masih dapat bekerja atau tidak.


Pada dasarnya, NASA berharap para pegawainya itu dilengkapi sebuah alat yang baik untuk melacak kesehatan mereka dan mendeteksi gejala penyakit secepat mungkin.


Apabila percontohan tersebut dinyatakan berhasil mengurangi risiko terkena COVID-19, bukan tak mungkin NASA memperluas penggunaan smartwatch bagi semua pegawainya.


Sayangnya, teknologi yang dikenakan di Fitbit sejauh ini belum berada pada titik yang bisa menggantikan tes COVID-19. Kendati begitu, setidaknya perangkat wearable mampu mendeteksi tanda-tanda penyakit mirip flu.


Sebuah studi yang diterbitkan di Nature, dikutip dari Tech Radar, Sabtu (13/2/2021) bahwa dengan melacak detak jantung dan metrik lainnya dengan perangkat yang dikenakan, dapat melihat perubahan dalam fisiologi seseorang sebelum mereka menunjukkan gejala sakit lainnya.


Fitbit sendiri mengumumkan kalau mereka bekerjasama dengan Feinstein Institutes for Medical Research untuk mengembangkan dan meningkatkan algoritma deteksi dini penyakit di perangkatnya.

https://nonton08.com/movies/the-world-of-adultery/


Telegram Diserang Isu Iklan, Pavel Durov Beri Penjelasan


 CEO Telegram Pavel Durov kembali bersuara setelah layanan pesan instan besutannya itu diserang kabar meresahkan, yaitu bahwa Telegram akan disusupi iklan.

Saat ini, Telegram tengah menanjak kepopulerannya di tengah persoalan privasi pada kebijakan baru WhatsApp. Laporan Sensor Tower mengungkapkan, ada lebih dari 63 juta unduhan di Januari, di mana itu membuat Telegram jadi aplikasi non-game paling banyak diunduh di seluruh dunia.


Semakin tinggi pohon, semakin kencang pula angin yang berhembus di atasnya. Hal itu dirasakan Telegram sekarang, ketika banyak informasi menyesatkan yang membawa nama mereka. Menurut Durov, hoax itu tujuannya guna memperingatkan pengguna agar tidak beralih ke Telegram.


Melalui chanel miliknya di Telegram, Durov menegaskan bahwa Telegram tidak akan menerapkan iklan dalam percakapan para penggunanya.


"Pengguna yang mengandalkan Telegram sebagai aplikasi perpesanan, bukan jejaring sosial, tidak akan pernah melihat iklan. Percakapan pribadi dan grup selalu dan akan selalu bebas iklan," janji Durov.


Meski banyak pengguna WhatsApp maupun aplikasi pesan instan lainnya beralih ke Telegram, tidak serta merta membuat perusahaan mulai memanfaatkan dengan mengimplementasikan iklan.


Durov juga mengatakan bahwa data pengguna Telegram tidak akan digunakan untuk menargetkan iklan. Telegram, dikatakan pria yang kerap berpakaian hitam ini, ingin meniru DuckDuckGo, bukan WhatsApp maupun Facebook.


"Kami percaya bahwa mengumpulkan data pribadi dari pengguna untuk menargetkan iklan seperti yang dilakukan WhatsApp-Facebook adalah tidak bermoral. Kami menyukai pendekatan layanan sadar privasi seperti DuckDuckGo: memonetisasi layanan tanpa mengumpulkan informasi tentang pengguna," jelasnya.

https://nonton08.com/movies/delicious-you-passed/

Pengakuan Elon Musk Kerja Gila-gilaan, Jangan Ditiru Bisa Edan

 Elon Musk kini orang terkaya di dunia, sengit bersaing dengan pemilik Amazon, Jeff Bezos. Ia mengendalikan beberapa perusahaan besar, termasuk Tesla, SpaceX dan Boring Company. Tak heran jika etos kerjanya gilan-gilaan. Namun ia memperingatkan jangan sampai menirunya karena tidak baik bagi kesehatan mental.

"Saya banyak bekerja. Normalnya, saya meeting sampai jam 1 atau 2 dini hari. Pada hari Sabtu dan Minggu biasanya sih tidak, tapi kadang-kadang iya," katanya dalam podcast baru-baru ini di channel The Joe Rogan Experience.


Dia mengaku hanya tidur dalam jumlah sedikit, yakni sekitar 6 jam. Walau terdengar pendek, pria kelahiran Afrika Selatan ini menyatakan waktu tersebut sudah cukup baginya untuk beristirahat, tidak lebih dan tak kurang.


"Saya mencoba untuk tidur lebih sedikit, tapi produktivitas total jadi menurun. Saya tidak merasa ingin tidur lebih dari 6 jam," jelas Musk seperti dikutip detikINET dari CNBC, Sabtu (13/2/2021).


Di masa silam ketika masih lebih muda, Elon Musk bekerja lebih gila-gilaan sampai ratusan jam per minggu jika ditotal. Bahkan tak jarang ia sampai tidur di lantai pabrik Tesla.


"Ada kalanya di mana saya hanya tidur beberapa jam, bekerja, tidur lagi beberapa jam, kemudian kerja lagi, selama 7 hari seminggu," kata Musk beberapa waktu silam.


Bahkan terkadang ia bekerja total sampai 120 jam per minggu. Di kemudian hari Elon Musk mengakui jadwal kerja semacam itu tidak sehat bagi tubuh dan tidak seharusnya ditiru karena kata dia bisa bikin edan.


"Tak seorang pun harus bekerja sebanyak itu. Tidak direkomendasikan bagi siapa pun. Anda akan menjadi sedikit gila jika Anda bekerja 120 jam dalam seminggu," kata Elon Musk.

https://nonton08.com/movies/surga-pun-ikut-menangis/


Cegah Penyebaran COVID-19, NASA Bagi-bagi Smartwatch


Segala upaya dilakukan untuk mengatasi penyebaran virus Corona (COVID-19). Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sampai harus memberikan 1.000 smartwatch kepada para pegawainya.

Smartwatch yang dipilih merupakan merek Fitbit Charge 4s dengan keunggulan fitur daily check-in, di mana pengguna akan diberi panduan terkait COVID-19 secara teratur. Fitur tersebut memungkinkan mendukung pengguna memutuskan masih dapat bekerja atau tidak.


Pada dasarnya, NASA berharap para pegawainya itu dilengkapi sebuah alat yang baik untuk melacak kesehatan mereka dan mendeteksi gejala penyakit secepat mungkin.


Apabila percontohan tersebut dinyatakan berhasil mengurangi risiko terkena COVID-19, bukan tak mungkin NASA memperluas penggunaan smartwatch bagi semua pegawainya.


Sayangnya, teknologi yang dikenakan di Fitbit sejauh ini belum berada pada titik yang bisa menggantikan tes COVID-19. Kendati begitu, setidaknya perangkat wearable mampu mendeteksi tanda-tanda penyakit mirip flu.


Sebuah studi yang diterbitkan di Nature, dikutip dari Tech Radar, Sabtu (13/2/2021) bahwa dengan melacak detak jantung dan metrik lainnya dengan perangkat yang dikenakan, dapat melihat perubahan dalam fisiologi seseorang sebelum mereka menunjukkan gejala sakit lainnya.


Fitbit sendiri mengumumkan kalau mereka bekerjasama dengan Feinstein Institutes for Medical Research untuk mengembangkan dan meningkatkan algoritma deteksi dini penyakit di perangkatnya.

https://nonton08.com/movies/negeri-dongeng/