Senin, 22 Februari 2021

WhatsApp Luruskan Salah Paham Inti Kebijakan Privasi Barunya

  Kebijakan privasi baru dari WhatsApp sering disalahartikan. Meski sudah dijelaskan masih ada saja yang salah paham dan beranggapan bahwa WhatsApp sudah tidak menjadi tempat yang aman lagi karena berbagi data dengan Facebook.

Supaya tidak terjadi kesalahpahaman, WhatsApp APAC Communications Director Sravanthi Dev menjelaskan dalam konferensi pers beberapa waktu lalu bahwa kebijakan privasi baru WhatsApp ini berkaitan dengan WhatsApp API.


Sebagai gambaran, WhatsApp memiliki tiga jenis pilihan. yakni yang sering digunakan untuk chat antar pribadi, WhatsApp Business untuk bisnis skala kecil, dan WhatsApp Business API yang digunakan untuk perusahaan menengah dan besar. Contohnya adalah WhatsApp yang dimiliki Singapore Airlines atau Indosat Ooredoo.


Nah, WhatsApp API ini, karena mereka cenderung diserbu ribuan pesan yang didapatkan setiap harinya, otomatis mereka membutuhkan hosting yang memadai. Di sinilah, Facebook menawarkan opsi kepada perusahaan untuk memakai hosting dari Facebook.

https://trimay98.com/movies/life-on-the-line/


"WhatsApp menawarkan pelanggan perusahaan untuk mengelola pesan sendiri atau memakai hosting dari Facebook. Kalau memang sudah memakai hosting lain, pesan antara customer dengan perusahaan masih dienkripsi, akan tetapi sudah tidak bisa dikatakan secara end-to-end," jelas Sravanthi.


Namun kembali lagi, WhatsApp sebisa mungkin ingin memberikan banyak opsi untuk pelanggannya. Sehingga pilihannya jelas antara memakai hosting dari Facebook atau memakai dari pihak ketiga lainnya.


"Apakah Facebook bisa mengakses percakapan? Tidak, akan tetapi Whatsapp akan memberikan notifikasi yang menjelaskan apakah WhatsApp API memakai hosting service pihak ketiga lain atau tidak, sehingga akan ada notifikasi nantinya mana yang terenkripsi end-to-end dan yang tidak," tegasnya.


Lebih lanjut, apabila perusahaan yang memakai WhatsApp API Business memakai layanan dari pihak lain, WhatsApp akan tetap memantau sejauh apa keamanan yang ditawarkan oleh layanan tersebut. Diakui WhatsApp bahwa pihak ketiga lain yang bertugas mengelola data bisa menganalisis data yang ada, namun bukan berarti mereka bisa membaca pesan-pesan pengguna kepada WhatsApp API.


WhatsApp berkomitmen akan melakukan pembaharuan pada kebijakan privasi pengguna secara berkala. Tidak ingin sembunyi-sembunyi, justru dengan komunikasi ini WhatsApp ingin menciptakan transparansi pada customer.


"Dengan ini, user bisa memilih apakah mau berbicara dengan WhatsApp API atau tidak. Kalau tidak ya sudah. Intinya pengguna punya kontrol penuh," ucapnya.


WhatsApp pun menolak dikatakan memaksa pengguna untuk menyetujui perihal kebijakan privasi baru ini. Malahan, WhatsApp bertujuan ingin memberikan kejelasan dan rasa aman kepada para pengguna.


"Kenapa harus di terima kebijakannya? Mungkin ada orang yang tidak ingin bicara dengan WhatsApp API, tapi mungkin mereka akan melakukannya nanti di masa depan. Kita tidak memaksa orang, kamu bisa bicara dengan orang-orang seperti biasa, tapi kami memberikan pilihan tentang bagaimana kamu menggunakan WhatsApp. Saya pikir itu adil," tegas Sravanthi.

https://trimay98.com/movies/i-fine-thank-you-love-you/

Sabtu, 20 Februari 2021

Google Photos Bakal Terintegrasi ke Chrome OS

  Google disebut bakal mengintegrasikan layanan Photos ke dalam Chrome OS, yaitu pengguna bisa mengakses foto yang tersimpan di Photos langsung dari file manager di perangkatnya.

Informasi ini diketahui dari perubahan di Chromium Gerrit yang ditemukan oleh Android Police. Dari perubahan tersebut terlihat kalau tim pengembang Google sudah memulai perubahan untuk integrasi tersebut.


Fitur semacam ini serupa dengan yang dilakukan oleh Apple. Yaitu pengguna iPhone dan MacBook (dan membackup foto di iCloud) bisa mengakses langsung foto yang diambil di iPhone lewat file manager dan tanpa perlu menggunakan browser di MacBook-nya.


Saat ini, pengguna Google Photos harus mendownload fotonya terlebih dahulu jika mau digunakan di perangkatnya, baik itu Chrome OS, Windows, macOS, dan lainnya.


'Pinjam meminjam' fitur ini hal lazim di dunia teknologi. Seperti Apple yang membolehkan aplikasi iOS bisa berjalan di Mac dengan Apple Silicon. Sebelumnya, Google sudah membolehkan aplikasi Android berjalan di perangkat Chrome OS.


Google Photos sendiri sejauh ini adalah layanan cloud storage untuk foto yang paling menarik. Karena menawarkan storage gratis tanpa batas untuk foto yang sedikit terkompres.


Namun mulai 1 Juni 2021 mendatang, pengguna hanya punya kapasitas gratis sebanyak 15GB. Langkah ini diambil Google untuk mendorong penggunanya menggunakan layanan Google One, yaitu cloud storage berbayar mereka.


Jadi setelah tanggal 1 Juni 2021 setiap foto dan video baru yang diunggah ke Google Photos akan dihitung dalam penyimpanan default 15GB yang pengguna akan dapatkan setiap akun Google baru.


Untungnya untuk foto yang sudah masuk ke Photos sebelum 1 Juni 2021 tak akan dihitung dalam kapasitas 15GB tersebut, alias terpisah.

https://movieon28.com/movies/sundown-4/


Tren Desain User Experience di Masa Pandemi, Apa Saja?


Pandemi COVID-19 yang berkepanjangan mengubah cara orang bekerja, tidak terkecuali para praktisi User Experience (UX). Mereka harus menyesuaikan platform yang ditampilkan sesuai dengan yang dirasakan diperlukan oleh para penggunanya.

Tidak heran, perubahan ini pun turut memunculkan tren baru dalam desain user experience. Menurut Senior UX Researcher at Tokopedia Ananda Nadya setidaknya ada empat hal UX yang booming di masa pandemi ini.


"Ada perubahan tentu juga ada tren yang naik. Jadi dengan adanya perubahan ada pula dampaknya nih terhadap, apa sih yang sekarang memang digunakan orang lain dan juga memang jadi ibaratnya hype," ujar Ananda dalam Webinar Hangout@Tokopedia, Rabu (17/2/2020).


Ananda mengatakan UX digital health sekarang tengah naik daun. Hal ini dipicu karena semua orang berada dalam posisi ingin sehat dan terhindar dari virus COVID-19, sehingga tren UX platform untuk user jenis ini pun kian pesat.


"Jadi mereka (user) cenderung lebih menggunakan aplikasi-aplikasi yang berkaitan dengan digital health, baik itu aplikasi konsultasi dokter hingga aplikasi-aplikasi seperti misalnya berat badan, detak jantung gitu. Bahkan sekarang timbangan aja ada yang sudah smart gitu," ungkapnya.


Lebih lanjut, kata dia, dalam digital health ini ada juga fitur yang menarik yakni touchless interaction. Hal ini memungkinkan orang untuk melakukan sesuatu dalam dunia digital lewat suara.


"Misalnya Alexa gitu ya, mungkin memang belum begitu populer di Indonesia, tapi dengan keparnoan orang sekarang, karena menyentuh sesuatu sekarang bisa jadi sangat fatal. Kita gatau apa yang kita sentuh itu benar benar free atau tidak. Sehingga orang beralih ke touchless interaction," jelasnya.


2. VR dan AR


Kedua, kata Ananda, adalah Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) ini teknologi yang bertujuan merangsang persepsi dan indera dari user. Menurutnya, di masa pandemi ini banyak user memanfaatkan teknologi ini untuk menghilangkan kebosanan.


"Karena memang orang gak bisa kemana-mana tapi pengen have fun gitu. Makanya, sekarang ada tour online. Melihat, seolah-olah museum itu ada di depan mata kalian, padahal museum itu sebenarnya ada jauh di sana dan mungkin keadaannya tidak seperti itu," terangnya.

https://movieon28.com/movies/sundown-3/