Minggu, 28 Februari 2021

Mungkinkah Pandemi COVID-19 Berakhir di April 2021?

  Tren penurunan kasus COVID-19 terjadi di berbagai belahan dunia. Setidaknya, angkanya makin landai beberapa waktu belakangan.

Organisasi kesehatan dunia WHO mencatat adanya tren penurunan jumlah kasus baru COVID-19 dalam enam pekan berturut-turut. Dibanding pekan sebelumnya, jumlah kasus baru pekan ini 11 persen lebih rendah.


Demikian juga dengan jumlah kematian yang tercatat. Dalam sepekan, sekurangnya ada penurunan sebanyak 20 persen di seluruh dunia.


Marty Makary, seorang profesor di Johns Hopkins University dalam sebuah tulisan di Wall Street Journal memprediksi Amerika Serikat akan mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok pada April tahun ini. Artikel tersebut dipublikasikan pada 18 Februari.


Prediksi ini didasarkan pada sejumlah perhitungan, termasuk penurunan kasus sebesar 77 persen dalam 6 pekan ke belakang. Penurunan ini, menurutnya terjadi karena sebagian individu telah membentuk imunitas alami dari infeksi yang dialami.


"Imunitas alami dari infeksi sebelumnya jauh lebih umum daripada yang terukur lewat testing," katanya.


Berbicara dalam media briefing pada 15 Februari, Direktur Jendral WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan untuk tidak lengah. Kondisi saat ini, menurutnya, membuktikan bahwa langkah kecil bisa membuahkan hasil meski ada ancaman varian baru virus Corona yang lebih menular.


"Masalahnya sekarang adalah bagaimana kita merespons trend ini. Api belum padam, tetapi kita sudah membuatnya lebih kecil. Jika kita berhenti memeranginya, ini bisa bangkit lagi," pesan Tedros.

https://kamumovie28.com/movies/the-little-vampire/


Pengalaman Suntik Vaksin COVID-19, Tak Seseram yang Dibayangkan


Berbagai kabar soal efek samping vaksin COVID-19 ditambah ketakutan pada jarum suntik membuat saya sempat berpikir dua kali untuk divaksin. Namun dengan pertimbangan vaksinasi disebut penting untuk membentuk kekebalan kelompok, mau tak mau rasa takut mesti dilawan.

Saya termasuk dalam 5.500 jurnalis dan awak media yang mendapat prioritas vaksinasi tahap kedua. Physical distancing, pakai masker, sampai rajin cuci tangan tentu selalu diupayakan. Namun, aktivitas liputan tak jarang mempertemukan saya dengan kerumunan.


Bukan tertular yang saya khawatirkan, tapi menularkan. Sudahlah, tak ada pilihan selain 'nurut' pada anjuran vaksinasi.


Vaksinasi COVID-19 untuk wartawan diselenggarakan oleh Dewan Pers pada 25-27 Februari 2021 di Hall A Basket Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat. Kami yang sudah mendaftar diharap hadir sesuai hari dan jam yang telah ditetapkan.


Saya pikir, ribuan wartawan berkerumun mengantre untuk suntik vaksin bakal jadi kisah horor. Rupanya, situasi di lapangan tidak seseram itu. Saat mengantre di pintu masuk, saya dan beberapa wartawan lain diminta menjaga jarak. Kursi-kursi yang disediakan di ruang tunggu pun berjarak sekitar 1 meter.


Setelah verifikasi data, saya diarahkan ke meja skrining untuk cek tekanan darah dan menjawab sejumlah pertanyaan. Sedikit tegang karena saya cenderung punya tensi rendah. Khawatir sudah jauh-jauh ke GBK, saya batal divaksin karena masalah tensi.

https://kamumovie28.com/movies/butterfly-on-a-wheel/

Long Covid Bisa Bertahan 9 Bulan, Ini Gejalanya

 Sebuah penelitian baru menunjukkan sebagian pasien COVID-19 masih mengalami gejala jangka panjang atau long Covid. Para peneliti dari University of Washington ini menemukan bahwa sebanyak 30 persen pasien melaporkan masih mengalami gejala COVID-19 selama sembilan bulan.

"Orang-orang melaporkan kelelahan, sesak napas, gangguan tidur, dan gejala lain yang berlangsung selama berbulan-bulan," kata pakar penyakit menular di Amerika Serikat (AS), Dr Anthony Fauci yang dikutip dari CNBC, Sabtu (27/2/2021).


Para peneliti mengatakan long Covid yang sekarang disebut Post-Acute Sequelae of COVID-19 (PASC) ini bisa berkembang setelah infeksi terjadi. Tingkat keparahannya bisa dari ringan hingga akut.


"Besarnya masalah (tingkat keparahan) belum sepenuhnya diketahui," ujar Dr Fauci.


Sejauh ini, penelitian terkait perbedaan gejala umum dan long Covid, serta lama gejala bisa bertahan masih sangat terbatas. Penelitian yang ada saat ini masih berfokus pada pasien COVID-19 yang memiliki kondisi parah.


Untuk menggali lebih dalam terkait long Covid ini, Fauci mengatakan The National Institutes of Health (NIH) berinisiatif untuk mempelajari penyebab dan pengobatan yang potensial untuk mengatasinya.

https://kamumovie28.com/movies/the-perfect-husband-4/


Mungkinkah Pandemi COVID-19 Berakhir di April 2021?


 Tren penurunan kasus COVID-19 terjadi di berbagai belahan dunia. Setidaknya, angkanya makin landai beberapa waktu belakangan.

Organisasi kesehatan dunia WHO mencatat adanya tren penurunan jumlah kasus baru COVID-19 dalam enam pekan berturut-turut. Dibanding pekan sebelumnya, jumlah kasus baru pekan ini 11 persen lebih rendah.


Demikian juga dengan jumlah kematian yang tercatat. Dalam sepekan, sekurangnya ada penurunan sebanyak 20 persen di seluruh dunia.


Marty Makary, seorang profesor di Johns Hopkins University dalam sebuah tulisan di Wall Street Journal memprediksi Amerika Serikat akan mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok pada April tahun ini. Artikel tersebut dipublikasikan pada 18 Februari.


Prediksi ini didasarkan pada sejumlah perhitungan, termasuk penurunan kasus sebesar 77 persen dalam 6 pekan ke belakang. Penurunan ini, menurutnya terjadi karena sebagian individu telah membentuk imunitas alami dari infeksi yang dialami.


"Imunitas alami dari infeksi sebelumnya jauh lebih umum daripada yang terukur lewat testing," katanya.


Berbicara dalam media briefing pada 15 Februari, Direktur Jendral WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan untuk tidak lengah. Kondisi saat ini, menurutnya, membuktikan bahwa langkah kecil bisa membuahkan hasil meski ada ancaman varian baru virus Corona yang lebih menular.


"Masalahnya sekarang adalah bagaimana kita merespons trend ini. Api belum padam, tetapi kita sudah membuatnya lebih kecil. Jika kita berhenti memeranginya, ini bisa bangkit lagi," pesan Tedros.


Pengalaman Suntik Vaksin COVID-19, Tak Seseram yang Dibayangkan


Berbagai kabar soal efek samping vaksin COVID-19 ditambah ketakutan pada jarum suntik membuat saya sempat berpikir dua kali untuk divaksin. Namun dengan pertimbangan vaksinasi disebut penting untuk membentuk kekebalan kelompok, mau tak mau rasa takut mesti dilawan.

Saya termasuk dalam 5.500 jurnalis dan awak media yang mendapat prioritas vaksinasi tahap kedua. Physical distancing, pakai masker, sampai rajin cuci tangan tentu selalu diupayakan. Namun, aktivitas liputan tak jarang mempertemukan saya dengan kerumunan.


Bukan tertular yang saya khawatirkan, tapi menularkan. Sudahlah, tak ada pilihan selain 'nurut' pada anjuran vaksinasi.


Vaksinasi COVID-19 untuk wartawan diselenggarakan oleh Dewan Pers pada 25-27 Februari 2021 di Hall A Basket Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat. Kami yang sudah mendaftar diharap hadir sesuai hari dan jam yang telah ditetapkan.


Saya pikir, ribuan wartawan berkerumun mengantre untuk suntik vaksin bakal jadi kisah horor. Rupanya, situasi di lapangan tidak seseram itu. Saat mengantre di pintu masuk, saya dan beberapa wartawan lain diminta menjaga jarak. Kursi-kursi yang disediakan di ruang tunggu pun berjarak sekitar 1 meter.


Setelah verifikasi data, saya diarahkan ke meja skrining untuk cek tekanan darah dan menjawab sejumlah pertanyaan. Sedikit tegang karena saya cenderung punya tensi rendah. Khawatir sudah jauh-jauh ke GBK, saya batal divaksin karena masalah tensi.

https://kamumovie28.com/movies/the-perfect-husband-3/