Minggu, 28 Februari 2021

Pengalaman Suntik Vaksin COVID-19, Tak Seseram yang Dibayangkan

 Berbagai kabar soal efek samping vaksin COVID-19 ditambah ketakutan pada jarum suntik membuat saya sempat berpikir dua kali untuk divaksin. Namun dengan pertimbangan vaksinasi disebut penting untuk membentuk kekebalan kelompok, mau tak mau rasa takut mesti dilawan.

Saya termasuk dalam 5.500 jurnalis dan awak media yang mendapat prioritas vaksinasi tahap kedua. Physical distancing, pakai masker, sampai rajin cuci tangan tentu selalu diupayakan. Namun, aktivitas liputan tak jarang mempertemukan saya dengan kerumunan.


Bukan tertular yang saya khawatirkan, tapi menularkan. Sudahlah, tak ada pilihan selain 'nurut' pada anjuran vaksinasi.


Vaksinasi COVID-19 untuk wartawan diselenggarakan oleh Dewan Pers pada 25-27 Februari 2021 di Hall A Basket Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat. Kami yang sudah mendaftar diharap hadir sesuai hari dan jam yang telah ditetapkan.


Saya pikir, ribuan wartawan berkerumun mengantre untuk suntik vaksin bakal jadi kisah horor. Rupanya, situasi di lapangan tidak seseram itu. Saat mengantre di pintu masuk, saya dan beberapa wartawan lain diminta menjaga jarak. Kursi-kursi yang disediakan di ruang tunggu pun berjarak sekitar 1 meter.


Setelah verifikasi data, saya diarahkan ke meja skrining untuk cek tekanan darah dan menjawab sejumlah pertanyaan. Sedikit tegang karena saya cenderung punya tensi rendah. Khawatir sudah jauh-jauh ke GBK, saya batal divaksin karena masalah tensi.


Beberapa hari sebelum vaksinasi, saya diingatkan untuk makan dan istirahat cukup. Memang untuk bisa divaksin, seseorang harus benar-benar fit.


Menyadari ada masalah dengan tensi darah, saya betul-betul menuruti anjuran ini. Semalam sebelum disuntik, saya sengaja makan sate kambing. Saya tahu ini cuma mitos, tapi ya kadang-kadang butuh sugesti positif untuk menenangkan diri.


"Mbak orang ke-1.500 hari ini," kata petugas kesehatan sembari memompa alat ukur tensi. Saya mengangguk.


Di meja yang sama, petugas lain memberikan sejumlah pertanyaan untuk memastikan saya tidak sedang mengalami penyakit berat. Pertanyaannya seputar ada-tidaknya penyakit jantung, ginjal, kanker, aids, pernapasan, atau gangguan pencernaan.


Jelas, semua pertanyaan saya jawab "tidak". Selain karena tidak mengalami gejala apa pun, saya tidak ingat kapan terakhir saya medical check up. Jangan-jangan, lebih tepatnya jawaban saya bukan "tidak", melainkan "tidak tahu".


Yang saya bingung, bagaimana dengan penyakit-penyakit ringan yang lebih umum dialami sehari-hari? Jika dalam 1 - 2 minggu terakhir mengalami masuk angin, misalnya, apakah vaksin COVID-19 akan berefek samping?


Setelah semua pertanyaan terjawab, saya diarahkan ke meja penyuntikan. Setelah duduk, saya diminta melemaskan tangan kiri. Petugas mengusap area lengan saya dengan alkohol, kemudian saya disuntik vaksin COVID-19, terdata pukul 14.33 WIB.

https://kamumovie28.com/movies/little-vampire/


Takut? Jelas. Tips dari saya, kalau Anda takut jarum suntik, pejamkan mata saja. Percayalah, semua beres dalam hitungan detik.


Setelah disuntik, kami diminta menunggu selama 30 menit untuk observasi Jika muncul reaksi atau gejala tertentu, kami akan diberikan penanganan medis.


Entah karena saya memang 'hoki' sedang dalam keadaan benar-benar fit atau karena sate kambing semalam, saya bugar total setelah disuntik. Beres 30 menit observasi, kami dibagikan snack dan diperbolehkan pulang.


Ketakutan saya tentang berbagai efek samping tidak terjadi, setidaknya saya tidak mengalami keluhan apapun. Selepas observasi selama 30 menit, saya bahkan masih sanggup berkendara dan melanjutkan aktivitas di kantor.


Sekitar pukul setengah 6 sore, saya baru merasakan pegal di sekujur tangan kiri. Saya juga merasa lemas dan mengantuk. Tapi seingat saya, ini adalah pegal yang sama, yang semasa kecil saya rasakan setelah disuntik imunisasi.


Saya kemudian makan dan minum kopi. Biasanya, kopi susu efektif jadi booster energi saya. Dalam 1 - 2 jam, saya bugar lagi. Saya kembali berkendara pulang ke rumah dan lanjut beristirahat.


Saya yakin, ada banyak faktor penerima vaksin COVID-19 mengalami, atau justru tidak mengalami gejala sama sekali setelah disuntik. Saya yang sehat-sehat saja ini mungkin tertolong oleh sate kambing semalam, atau kebetulan saya 'hoki' kemarin.


Tapi belajar dari pengalaman, setidaknya ada hal-hal yang bisa dicoba agar tubuh fit. Seperti makan sehat, minum air putih, dan istirahat cukup sebelum divaksin. Tidak ada yang menjamin memang, tapi boleh dicoba.


Sampai saat ini, belum ada yang bisa menjawab "kapan" Indonesia pulih dari pandemi. Namun kalau kita bisa mulai dari langkah paling kecil untuk menjawabnya, saya harap teman-teman sehat selalu tubuh dan jiwanya.

https://kamumovie28.com/movies/the-little-vampire-3d/

Mungkinkah Pandemi COVID-19 Berakhir di April 2021?

  Tren penurunan kasus COVID-19 terjadi di berbagai belahan dunia. Setidaknya, angkanya makin landai beberapa waktu belakangan.

Organisasi kesehatan dunia WHO mencatat adanya tren penurunan jumlah kasus baru COVID-19 dalam enam pekan berturut-turut. Dibanding pekan sebelumnya, jumlah kasus baru pekan ini 11 persen lebih rendah.


Demikian juga dengan jumlah kematian yang tercatat. Dalam sepekan, sekurangnya ada penurunan sebanyak 20 persen di seluruh dunia.


Marty Makary, seorang profesor di Johns Hopkins University dalam sebuah tulisan di Wall Street Journal memprediksi Amerika Serikat akan mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok pada April tahun ini. Artikel tersebut dipublikasikan pada 18 Februari.


Prediksi ini didasarkan pada sejumlah perhitungan, termasuk penurunan kasus sebesar 77 persen dalam 6 pekan ke belakang. Penurunan ini, menurutnya terjadi karena sebagian individu telah membentuk imunitas alami dari infeksi yang dialami.


"Imunitas alami dari infeksi sebelumnya jauh lebih umum daripada yang terukur lewat testing," katanya.


Berbicara dalam media briefing pada 15 Februari, Direktur Jendral WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan untuk tidak lengah. Kondisi saat ini, menurutnya, membuktikan bahwa langkah kecil bisa membuahkan hasil meski ada ancaman varian baru virus Corona yang lebih menular.


"Masalahnya sekarang adalah bagaimana kita merespons trend ini. Api belum padam, tetapi kita sudah membuatnya lebih kecil. Jika kita berhenti memeranginya, ini bisa bangkit lagi," pesan Tedros.

https://kamumovie28.com/movies/the-little-vampire/


Pengalaman Suntik Vaksin COVID-19, Tak Seseram yang Dibayangkan


Berbagai kabar soal efek samping vaksin COVID-19 ditambah ketakutan pada jarum suntik membuat saya sempat berpikir dua kali untuk divaksin. Namun dengan pertimbangan vaksinasi disebut penting untuk membentuk kekebalan kelompok, mau tak mau rasa takut mesti dilawan.

Saya termasuk dalam 5.500 jurnalis dan awak media yang mendapat prioritas vaksinasi tahap kedua. Physical distancing, pakai masker, sampai rajin cuci tangan tentu selalu diupayakan. Namun, aktivitas liputan tak jarang mempertemukan saya dengan kerumunan.


Bukan tertular yang saya khawatirkan, tapi menularkan. Sudahlah, tak ada pilihan selain 'nurut' pada anjuran vaksinasi.


Vaksinasi COVID-19 untuk wartawan diselenggarakan oleh Dewan Pers pada 25-27 Februari 2021 di Hall A Basket Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat. Kami yang sudah mendaftar diharap hadir sesuai hari dan jam yang telah ditetapkan.


Saya pikir, ribuan wartawan berkerumun mengantre untuk suntik vaksin bakal jadi kisah horor. Rupanya, situasi di lapangan tidak seseram itu. Saat mengantre di pintu masuk, saya dan beberapa wartawan lain diminta menjaga jarak. Kursi-kursi yang disediakan di ruang tunggu pun berjarak sekitar 1 meter.


Setelah verifikasi data, saya diarahkan ke meja skrining untuk cek tekanan darah dan menjawab sejumlah pertanyaan. Sedikit tegang karena saya cenderung punya tensi rendah. Khawatir sudah jauh-jauh ke GBK, saya batal divaksin karena masalah tensi.

https://kamumovie28.com/movies/butterfly-on-a-wheel/