Selasa, 02 Maret 2021

Kapal Masa Depan yang Bisa Berlayar Sendiri

 Banyak developer yang berfokus pada upaya pembangunan mobil yang dapat menyetir sendiri di jalan yang dipenuhi pengemudi lain, pejalan kaki, dan pengendara sepeda. Tapi nampaknya kendaraan otonom lebih bisa berkembang cepat jika dibangun untuk kendaraan yang berjalan di atas air atau lautan.

Itu dikarenakan membangun mobil otonom atau mobil terbang membutuhkan perhatian lebih. Sebutlah untuk infrastruktur di mana mereka terbang landas serta aturan berkendara yang lebih kompleks dikarenakan jalanan yang sudah penuh dengan kendaraan lain juga bangunan tinggi.


Kini beberapa kelompok di seluruh dunia bekerja untuk membuat kapal besar dan kecil yang dapat berlayar sendiri. Kapal-kapal ini dapat menghemat bahan bakar, mencegah kecelakaan, sampai mengurangi biaya untuk landasan yang mahal.


Tapi tentu saja membuat kapal otonom tidak semudah itu. Misalnya, ketika kapal memutuskan untuk berhenti atau berbelok, ini butuh ancang-ancang beberapa km sebelumnya, jadi keputusan harus dibuat lebih awal dan tepat. Maka wajar bila kapal sepanjang 300 meter membutuhkan ratusan kamera. Kapal itu membutuhkan peningkatan yang serius dalam daya komputasi. Empat dari kamera tersebut dapat menghasilkan data sebesar 3 terabyte sebulan.


Kabar baiknya, menambahkan beberapa ratus kamera tidak akan banyak mengubah harga kapal yang berharga jutaan dollar. Bahkan investasi sederhana bisa menutup kebutuhan biaya ini sebagaimana mengutip dari Wired, Minggu (28/2/2021).


"6-7% dari biaya operasi adalah kru," kata Thiru Vikram, CEO Buffalo Automation.


80% kecelakaan disebabkan oleh kesalahan manusia, atau kelelahan, sehingga kami dapat menurunkan biaya asuransi, menghemat bahan bakar, dan mengurangi biaya pengoperasian," sambungnya.

https://tendabiru21.net/movies/merry-matrimony/


Buffalo Automation, sebuah perusahaan rintisan yang memiliki hubungan dekat dengan Universitas di Buffalo, New York, sedang mengembangkan perahu dan kapal otonom. Sejak 2015, telah dilengkapi perahu dengan berbagai ukuran, dari katamaran kecil hingga kapal pengapalan besar, dengan LIDAR, heat-sensitive camera, dan GPS.


Kapal-kapal tersebut awalnya diupayakan dibuat setara dengan Tesla's Autopilot, di mana komputer menangani kemudi, kontrol pendorong, dan baling-baling, dengan pengawasan manusia. Manusia bisa mengambil alih kendali kendaraan dengan sigap jika terjadi kesalahan.


Kini, kapal telah berkembang menjadi kendaraan yang tidak membutuhkan dukungan manusia dalam kondisi tertentu. Kamera di sekitar kapal dibuat untuk waspada dengan pengguna air lainnya, kayu gelondongan, sampai perenang.


Startup ini telah membuktikan sistemnya dapat menangani kapal sepanjang 800 kaki dalam situasi yang sulit. Mereka sudah menguji kemampuan kapal dengan melewati Sungai Cuyahoga yang sempit.


Jika startup seperti Buffalo Automation lebih ingin mengembangkan kapal besar, sejumlah peneliti di MIT berpikir untuk mengembangkan kapal kecil otonom. Mereka telah merancang perahu 3D yang dapat dicetak berukuran 13 x 6 kaki. Kapal ini menurut mereka dapat mengangkut orang atau barang di sekitar kota dengan jalur air seperti Amsterdam atau Bangkok.


"Bayangkan mengalihkan beberapa layanan infrastruktur yang biasanya terjadi pada siang hari di jalan - pengiriman, pengelolaan sampah, pengelolaan limbah - ke tengah malam, di atas air, menggunakan armada perahu otonom," kata direktur lab CSAIL MIT, Daniela Rus.


Angkatan Laut AS juga menyelidiki kegunaan kapal otonom untuk berpatroli di garis pantai atau mengelilingi kapal musuh. Mereka mengembangkan sistem yang memungkinkan kapal otonom untuk berbicara satu sama lain dan secara kolektif memutuskan pendekatan terbaik untuk memblokir jalur kapal atau mendorongnya keluar dari area terlarang.


Walaupun begitu, mengotomatiskan perahu tidak berarti pekerjaan di kapal kontainer akan hilang dalam waktu dekat. Setidaknya itu yang diyakini oleh Vikram.


"Kru tidak hanya fokus pada navigasi. Sebagian besar yang mereka lakukan saat ini adalah pemeliharaan kapal dan hal-hal seperti pemadam kebakaran darurat. Dari sudut pandang kami, ini adalah teknologi pelengkap," tegas Vikram mengakhiri percakapan.

https://tendabiru21.net/movies/bridesmaids/

Tambah 5.712, Total Kasus Aktif COVID-19 RI Ada 149.645 Per 2 Maret

 Jumlah kasus COVID-19 di Indonesia bertambah 5.712 pada Selasa (2/3/2021). Total positif menjadi 1.347.026, sembuh 1.160.863, dan meninggal 36.518 kasus.


Spesimen yang diperiksa ada 33.174 dengan jumlah suspek 73.977 orang.


Kasus aktif hari ini mencapai 149.645, berkurang 3.429 dari hari kemarin.

Detail perkembangan kasus virus Corona di Indonesia pada hari ini adalah sebagai berikut.


Kasus positif bertambah 5.712 menjadi 1.347.026

Pasien sembuh bertambah 8.948 menjadi 1.160.863

Pasien meninggal bertambah 193 menjadi 36.518

Sebelumnya, pada Senin (1/3/2021), tercatat total sebanyak 1.341.314 kasus positif virus Corona COVID-19. Ada 1.151.915 pasien sembuh dan 36.325 kasus meninggal dunia.

https://tendabiru21.net/movies/the-farewell/


Kapal Masa Depan yang Bisa Berlayar Sendiri


Banyak developer yang berfokus pada upaya pembangunan mobil yang dapat menyetir sendiri di jalan yang dipenuhi pengemudi lain, pejalan kaki, dan pengendara sepeda. Tapi nampaknya kendaraan otonom lebih bisa berkembang cepat jika dibangun untuk kendaraan yang berjalan di atas air atau lautan.

Itu dikarenakan membangun mobil otonom atau mobil terbang membutuhkan perhatian lebih. Sebutlah untuk infrastruktur di mana mereka terbang landas serta aturan berkendara yang lebih kompleks dikarenakan jalanan yang sudah penuh dengan kendaraan lain juga bangunan tinggi.


Kini beberapa kelompok di seluruh dunia bekerja untuk membuat kapal besar dan kecil yang dapat berlayar sendiri. Kapal-kapal ini dapat menghemat bahan bakar, mencegah kecelakaan, sampai mengurangi biaya untuk landasan yang mahal.


Tapi tentu saja membuat kapal otonom tidak semudah itu. Misalnya, ketika kapal memutuskan untuk berhenti atau berbelok, ini butuh ancang-ancang beberapa km sebelumnya, jadi keputusan harus dibuat lebih awal dan tepat. Maka wajar bila kapal sepanjang 300 meter membutuhkan ratusan kamera. Kapal itu membutuhkan peningkatan yang serius dalam daya komputasi. Empat dari kamera tersebut dapat menghasilkan data sebesar 3 terabyte sebulan.


Kabar baiknya, menambahkan beberapa ratus kamera tidak akan banyak mengubah harga kapal yang berharga jutaan dollar. Bahkan investasi sederhana bisa menutup kebutuhan biaya ini sebagaimana mengutip dari Wired, Minggu (28/2/2021).


"6-7% dari biaya operasi adalah kru," kata Thiru Vikram, CEO Buffalo Automation.


80% kecelakaan disebabkan oleh kesalahan manusia, atau kelelahan, sehingga kami dapat menurunkan biaya asuransi, menghemat bahan bakar, dan mengurangi biaya pengoperasian," sambungnya.


Buffalo Automation, sebuah perusahaan rintisan yang memiliki hubungan dekat dengan Universitas di Buffalo, New York, sedang mengembangkan perahu dan kapal otonom. Sejak 2015, telah dilengkapi perahu dengan berbagai ukuran, dari katamaran kecil hingga kapal pengapalan besar, dengan LIDAR, heat-sensitive camera, dan GPS.


Kapal-kapal tersebut awalnya diupayakan dibuat setara dengan Tesla's Autopilot, di mana komputer menangani kemudi, kontrol pendorong, dan baling-baling, dengan pengawasan manusia. Manusia bisa mengambil alih kendali kendaraan dengan sigap jika terjadi kesalahan.


Kini, kapal telah berkembang menjadi kendaraan yang tidak membutuhkan dukungan manusia dalam kondisi tertentu. Kamera di sekitar kapal dibuat untuk waspada dengan pengguna air lainnya, kayu gelondongan, sampai perenang.


Startup ini telah membuktikan sistemnya dapat menangani kapal sepanjang 800 kaki dalam situasi yang sulit. Mereka sudah menguji kemampuan kapal dengan melewati Sungai Cuyahoga yang sempit.

https://tendabiru21.net/movies/the-wedding/