Vaksin Anhui yang mengusung platform rekombinan bakal melakukan uji klinis fase III di Bandung dan Jakarta. Saat ini, para peneliti sedang mencari 4.000 relawan untuk disuntik sebanyak 3 dosis.
Ditargetkan, relawan tersebut berasal dari Jakarta 2.000 orang dan Bandung 2.000 orang dan terbuka untuk masyarakat usia 18 tahun ke atas yang belum pernah menerima vaksin COVID-19.
Berikut fakta-fakta seputar uji klinis Fase 3 vaksin Anhui:
1. Dikerjakan oleh Universitas Padjadjaran
Menurut laporan resmi yang diterima detikcom, uji klinis fase III vaksin Anhui adalah kerjasama produsen asal China, Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical Co., Ltd., dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Dilakukannya uji klinis fase III ini di bawah persetujuan Komite Etik RS Hasan Sadikin dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Terdapat 6 rumah sakit yang dijadikan lokasi uji klinis fase III, yakni:
RSUP Hasan Sadikin
RS Immanuel
RS Unggul Karsa Medika
RSIA Limijati
RS Advent
RS Al-Ihsan.
Selain di Indonesia, uji klinis Fase III vaksin Anhui juga dilaksanakan di Ekuador, China, Pakistan, dan Uzbekistan.
2. Sedang mencari 4.000 relawan
Pendaftaran relawan untuk uji klinis fase III vaksin Anhui terbuka untuk warga domisili Bandung berusia 18 tahun ke atas tanpa batasan maksimal usia. Syaratnya, relawan belum pernah menerima vaksin COVID-19 apa pun sebelumnya.
Relawan akan diberikan 3 kali suntikan dosis vaksin dengan interval masing-masing dosis 1 bulan. Kemudian, pemantauan akan dilakukan selama 12 bulan setelah penyuntikan dosis terakhir.
Disebutkan, relawan tidak akan dibebani biaya. Relawan akan disediakan asuransi untuk pertanggungjawaban rawat inap dan penggantian biaya rawat jalan.
Lalu apa yang membedakan vaksin Anhui dengan vaksin lain seperti Sinovac? Selengkapnya di halaman berikut.
3. Sudah lolos fase I dan II
Dalam uji klinis fase I dan II di China, vaksin Anhui sudah dinyatakan aman, tidak menimbulkan efek serius dan memberikan kekebalan yang baik.
4. Perbedaan dengan vaksin Sinovac
Berbeda dengan jenis vaksin COVID-19 yang sudah ada menggunakan platform berupa virus yang dilemahkan (attenuated virus) dan dimatikan (inactivated), vaksin rekombinan COVID-19 Anhui berbasis platform spike glycoprotein (protein S) dari Novel Corona virus.
Disebutkan secara teori, vaksin ini bisa memicu pembentukan titer antibodi yang lebih tinggi dan memberikan perlindungan yang lebih komprehensif.
Vaksin Sinovac yang juga menjalani uji klinis fase III di Unpad adalah vaksin COVID-19 dengan platform inactivated virus.
5. Vaksin rekombinan sudah umum digunakan
Peneliti utama uji klinis Fase III vaksin Anhui, Rodman Tarigan, menyebut platform rekombinan yang diusung vaksin Anhui bukanlah hal baru dalam dunia medis. Vaksin rekombinan yang sudah banyak digunakan adalah vaksin hepatitis B yang banyak digunakan di fasilitas kesehatan Indonesia.
https://cinemamovie28.com/movies/dilan-1990/
Salah Satu Kelemahan GeNose Diungkap Penelitinya Sendiri, Apa Itu?
Peneliti GeNose, Dian K Nurputra, mengungkap bahwa alat tes skrining COVID-19 besutan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini tidak bisa digunakan di sembarangan tempat. Pasalnya, hal tersebut dapat mempengaruhi akurasi GeNose.
"Ada 1-2 hal terkait persiapan mesin di lingkungan. Lingkungan yang nggak bagus itu mempengaruhi mesinnya," kata Dian dalam konferensi daring oleh UGM Science Techno Park, Kamis (4/3/2021).
"Ternyata ruangannya, pengaruh udara yang mengalir ternyata itu mempengaruhi GeNose," jelasnya.
Meski begitu, Dian menjelaskan hal ini sudah bisa diatasi dengan sistem 'pendeteksi udara' yang sudah terpasang di GeNose. Jadi, kata Dian, sebelum GeNose digunakan, alat itu akan mendeteksi kondisi udara di lingkungan sekitar secara otomatis, apakah kualitas udara di sini cocok atau tidak.
Contohnya, GeNose saat ini sudah mulai digunakan di sejumlah stasiun kereta api. Namun, tak semua tempat di stasiun bisa dipakai untuk mengoperasikan GeNose.
"Jadi setiap kali mau dipakai harus cek analysis environment, nanti GeNose akan melihat dan mengevaluasi rata-rata saturasi partikelnya," ujar Dian.
"Jadi kalau partikel itu lebih dari 600 millivolt, maka you are not clear to go, cari tempat lain," tuturnya.