Kamis, 04 Maret 2021

Salah Satu Kelemahan GeNose Diungkap Penelitinya Sendiri, Apa Itu?

 Peneliti GeNose, Dian K Nurputra, mengungkap bahwa alat tes skrining COVID-19 besutan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini tidak bisa digunakan di sembarangan tempat. Pasalnya, hal tersebut dapat mempengaruhi akurasi GeNose.

"Ada 1-2 hal terkait persiapan mesin di lingkungan. Lingkungan yang nggak bagus itu mempengaruhi mesinnya," kata Dian dalam konferensi daring oleh UGM Science Techno Park, Kamis (4/3/2021).


"Ternyata ruangannya, pengaruh udara yang mengalir ternyata itu mempengaruhi GeNose," jelasnya.


Meski begitu, Dian menjelaskan hal ini sudah bisa diatasi dengan sistem 'pendeteksi udara' yang sudah terpasang di GeNose. Jadi, kata Dian, sebelum GeNose digunakan, alat itu akan mendeteksi kondisi udara di lingkungan sekitar secara otomatis, apakah kualitas udara di sini cocok atau tidak.


Contohnya, GeNose saat ini sudah mulai digunakan di sejumlah stasiun kereta api. Namun, tak semua tempat di stasiun bisa dipakai untuk mengoperasikan GeNose.


"Jadi setiap kali mau dipakai harus cek analysis environment, nanti GeNose akan melihat dan mengevaluasi rata-rata saturasi partikelnya," ujar Dian.


"Jadi kalau partikel itu lebih dari 600 millivolt, maka you are not clear to go, cari tempat lain," tuturnya.

https://cinemamovie28.com/movies/this-transient-life/


Benarkah Varian Corona B117 Bisa Tak Terdeteksi PCR? Ini Kata Ahli Soal SGTF


Varian baru Corona B117 dikhawatirkan tidak bisa terdeteksi dengan tes PCR. Varian baru Corona B117 juga disebut bisa tidak terbaca oleh tes PCR yang menggunakan gen S spike dan disebut sebagai S-gene target failure (SGTF).

Menanggapi anggapan itu, pakar biologi molekuler Ahmad Rusdan Utomo menyebut Inggris memiliki alat PCR yang agak unik. Jika mayoritas negara di dunia menggunakan gen N atau Rdrp untuk mendeteksi COVID-19, Inggris menggunakan beberapa target salah satunya gen S untuk mendeteksi keberadaan virus Corona.


"Jadi ketika mereka melakukan PCR, untuk memastikan terinfeksi COVID-19, dua gen tersebut harus terdeteksi karena kalau hanya satu mereka kuatir jangan-jangan bukan COVID," kata Ahmad saat dihubungi detikcom, Kamis (4/3/2021).


Dijelaskan oleh Ahmad, para ilmuwan di Inggris berhasil mendeteksi adanya varian baru saat mereka menemukan ketidakberadaan gen S pada tes PCR yang mereka lakukan. Hal ini yang kemudian disebut 'S-gene target failure' (SGTF).


"Sampel-sampel yang missing gen S nya mereka tes secara utuh. Dengan adanya ini mereka menemukan adanya varian yang missing," terangnya.


Tes PCR yang menyasar gen S kemungkinan tak bisa mendeteksi varian baru B117. Beruntung di Indonesia, Ahmad mengatakan metode tes PCR yang digunakan mayoritas menyasar gen N, Orf, dan Rdrp.


Sebab itu, ia mengingatkan tak perlu terlalu kuatir varian baru ini tak terdeteksi melalui tes PCR.


"B117 kan COVID juga. Kita masih bisa menemukan, tapi kita nggak bisa tahu orang itu terinfeksi varian yang mana," pungkas Ahmad.


Ada Varian Corona B117 di Indonesia, Riset Vaksin Merah Putih Terganggu?


 Indonesia telah mengidentifikasi dua kasus varian COVID-19 B117. Kemunculan varian Corona ini memunculkan pertanyaan dan kekhawatiran dari berbagai pihak terkait efektivitas vaksin COVID-19 yang sudah ada.

Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro menjelaskan memang ada potensi varian B117 lebih mudah menular. Namun, keparahan gejala yang ditimbulkan hampir sama dengan varian sebelumnya.


Varian B117 juga belum terbukti lebih resistan terhadap vaksin. Oleh karena itu pengembangan vaksin Merah Putih tetap berjalan seperti biasa.


"Ada kemungkinan penyebaran yang lebih cepat. Meskipun keparahannya, paling tidak di lab, tidak terbukti," kata Bambang dalam konferensi daring oleh UGM Science Techno Park, Kamis (4/3/2021).


"Demikian juga belum ada bukti bahwa ini mengganggu pengembangan vaksin," lanjutnya.


Bibit vaksin Merah Putih disebut akan diserahkan ke Bio Farma pada Maret 2021. Rencananya vaksin buatan peneliti Indonesia ini akan dilibatkan dalam program akhir vaksinasi COVID-19 sebagai booster.

https://cinemamovie28.com/movies/double-play/

5 Fakta Uji Klinis Vaksin Corona 3 Dosis Anhui di Bandung-Jakarta

  Vaksin Anhui yang mengusung platform rekombinan bakal melakukan uji klinis fase III di Bandung dan Jakarta. Saat ini, para peneliti sedang mencari 4.000 relawan untuk disuntik sebanyak 3 dosis.

Ditargetkan, relawan tersebut berasal dari Jakarta 2.000 orang dan Bandung 2.000 orang dan terbuka untuk masyarakat usia 18 tahun ke atas yang belum pernah menerima vaksin COVID-19.


Berikut fakta-fakta seputar uji klinis Fase 3 vaksin Anhui:


1. Dikerjakan oleh Universitas Padjadjaran

Menurut laporan resmi yang diterima detikcom, uji klinis fase III vaksin Anhui adalah kerjasama produsen asal China, Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical Co., Ltd., dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.


Dilakukannya uji klinis fase III ini di bawah persetujuan Komite Etik RS Hasan Sadikin dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).


Terdapat 6 rumah sakit yang dijadikan lokasi uji klinis fase III, yakni:

RSUP Hasan Sadikin

RS Immanuel

RS Unggul Karsa Medika

RSIA Limijati

RS Advent

RS Al-Ihsan.

Selain di Indonesia, uji klinis Fase III vaksin Anhui juga dilaksanakan di Ekuador, China, Pakistan, dan Uzbekistan.


2. Sedang mencari 4.000 relawan

Pendaftaran relawan untuk uji klinis fase III vaksin Anhui terbuka untuk warga domisili Bandung berusia 18 tahun ke atas tanpa batasan maksimal usia. Syaratnya, relawan belum pernah menerima vaksin COVID-19 apa pun sebelumnya.


Relawan akan diberikan 3 kali suntikan dosis vaksin dengan interval masing-masing dosis 1 bulan. Kemudian, pemantauan akan dilakukan selama 12 bulan setelah penyuntikan dosis terakhir.


Disebutkan, relawan tidak akan dibebani biaya. Relawan akan disediakan asuransi untuk pertanggungjawaban rawat inap dan penggantian biaya rawat jalan.


Lalu apa yang membedakan vaksin Anhui dengan vaksin lain seperti Sinovac? Selengkapnya di halaman berikut.


3. Sudah lolos fase I dan II

Dalam uji klinis fase I dan II di China, vaksin Anhui sudah dinyatakan aman, tidak menimbulkan efek serius dan memberikan kekebalan yang baik.

4. Perbedaan dengan vaksin Sinovac

Berbeda dengan jenis vaksin COVID-19 yang sudah ada menggunakan platform berupa virus yang dilemahkan (attenuated virus) dan dimatikan (inactivated), vaksin rekombinan COVID-19 Anhui berbasis platform spike glycoprotein (protein S) dari Novel Corona virus.


Disebutkan secara teori, vaksin ini bisa memicu pembentukan titer antibodi yang lebih tinggi dan memberikan perlindungan yang lebih komprehensif.


Vaksin Sinovac yang juga menjalani uji klinis fase III di Unpad adalah vaksin COVID-19 dengan platform inactivated virus.


5. Vaksin rekombinan sudah umum digunakan

Peneliti utama uji klinis Fase III vaksin Anhui, Rodman Tarigan, menyebut platform rekombinan yang diusung vaksin Anhui bukanlah hal baru dalam dunia medis. Vaksin rekombinan yang sudah banyak digunakan adalah vaksin hepatitis B yang banyak digunakan di fasilitas kesehatan Indonesia.

https://cinemamovie28.com/movies/dilan-1990/


Salah Satu Kelemahan GeNose Diungkap Penelitinya Sendiri, Apa Itu?


Peneliti GeNose, Dian K Nurputra, mengungkap bahwa alat tes skrining COVID-19 besutan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini tidak bisa digunakan di sembarangan tempat. Pasalnya, hal tersebut dapat mempengaruhi akurasi GeNose.

"Ada 1-2 hal terkait persiapan mesin di lingkungan. Lingkungan yang nggak bagus itu mempengaruhi mesinnya," kata Dian dalam konferensi daring oleh UGM Science Techno Park, Kamis (4/3/2021).


"Ternyata ruangannya, pengaruh udara yang mengalir ternyata itu mempengaruhi GeNose," jelasnya.


Meski begitu, Dian menjelaskan hal ini sudah bisa diatasi dengan sistem 'pendeteksi udara' yang sudah terpasang di GeNose. Jadi, kata Dian, sebelum GeNose digunakan, alat itu akan mendeteksi kondisi udara di lingkungan sekitar secara otomatis, apakah kualitas udara di sini cocok atau tidak.


Contohnya, GeNose saat ini sudah mulai digunakan di sejumlah stasiun kereta api. Namun, tak semua tempat di stasiun bisa dipakai untuk mengoperasikan GeNose.


"Jadi setiap kali mau dipakai harus cek analysis environment, nanti GeNose akan melihat dan mengevaluasi rata-rata saturasi partikelnya," ujar Dian.


"Jadi kalau partikel itu lebih dari 600 millivolt, maka you are not clear to go, cari tempat lain," tuturnya.

https://cinemamovie28.com/movies/my-friends-husband/