Per 5 Maret 2021, vaksin COVID-19 dosis 1 telah diberikan ke total 2.413.615 orang, mencakup 5,98 persen dari total target vaksinasi di Indonesia hingga tahap kedua.
Angka tersebut mencakup kelompok SDM kesehatan dengan total penerima 1.692.016 (115,20 persen), petugas publik sebanyak 541.888 (3,13 persen), dan lansia 179.711.
Vaksin COVID-19 dosis 2 telah diberikan ke total 1.114.537 orang, mencakup 2,78 persen dari total target vaksinasi hingga tahap kedua.
Angka penerima dosis 2 ini terdiri dari kelompok SDM kesehatan sebanyak 1.111.938 (75,71 persen) dan petugas publik sebanyak 2.597.
Menurut laporan Kementerian Kesehatan, hari ini dosis 2 vaksin COVID-19 sudah mulai diberikan ke kelompok lansia sebanyak 2 orang.
Mengacu pada laporan akun resmi Kemenkes, berikut rincian update vaksinasi COVID-19 di Indonesia pada Jumat (5/3/2021) hingga pukul 14.00 WIB:
Total Sasaran Vaksinasi: 181.484.465
Total SDM Kesehatan, Petugas Publik, dan Lansia: 40.349.051
Total Penerima Vaksinasi-1: 2.413.615
Total Penerima Vaksinasi-2: 1.114.537
Target SDM Kesehatan: 1.468.764
Vaksinasi-1 SDM Kesehatan: 1.692.016
Vaksinasi-2 SDM Kesehatan: 1.111.938
Target Petugas Publik: 17.327.169
Vaksinasi-1 Petugas Publik: 541.888
Vaksinasi-2 Petugas Publik: 2.597
Target Lansia: 21.553.118
Vaksinasi-1 Lansia: 179.711
Vaksinasi-2 Lansia: 2
https://trimay98.com/movies/two-mothers-3/
Corona B117 Lebih Mudah Menular, Pakar IDI Sarankan Ini untuk Penangkal
Hingga kini, belum ada riset ilmiah soal keberhasilan vaksin COVID-19 di Indonesia, salah satunya Sinovac, dalam menangkal varian baru Corona B117. Protokol kesehatan menjadi cara untuk menghadapi varian baru ini.
Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban mengatakan, jenis virus Corona B117 amat lebih mudah menular dibanding varian yang ada sebelumnya.
Meski tak terbukti menimbulkan gejala lebih parah dan angka kematian yang lebih tinggi, bahaya dari virus ini adalah sifatnya yang terproduksi banyak di saluran napas.
"Mutan baru ini menyebabkan shedding virus lebih intens. Artinya produksi jumlah virusnya jauh lebih banyak di saluran napas. Jadi, istilah buat B.1.1.7 itu sebagai super spreader tidak tepat. Lebih tepat super shedder, karena virus itu bisa lebih menularkan ke banyak orang," ujarnya melalui akun Twitter @ProfZubairi, dikutip detikcom atas izin yang bersangkutan.
Lebih lanjut pada detikcom, Prof Zubairi menjelaskan bahwa untuk menghadapi sifat mudah menular B117, protokol kesehatan menjadi kuncinya.
Terlebih meski vaksin Sinovac diprediksi kuat sanggup menangkal B117, belum ada riset ilmiah soal efikasinya terhadap B117.
Dengan begitu, masyarakat bisa turut atasi kehadiran varian baru ini dengan menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah penularan.
"Karena penularan lebih mudah, maka kita harus lebih ketat melakukan protokol kesehatan. Artinya kalau nggak penting sekali, jangan keluar rumah. Kemudian pakai masker kalau keluar rumah. Maskernya yang baik, benar, yang bisa menangkal," ujarnya saat dihubungi detikcom, Kamis (4/3/2021).
Ia turun mengingatkan, kerumunan wajib dihindari. Menurutnya, berbagai kebijakan yang ada di Indonesia terkait penanganan COVID-19 sebenarnya sudah baik. Akan tetapi, implementasi di lapangan kerap lemah sehingga penularan varian baru Corona rentan terjadi.
Terlepas dari tinggi-rendahnya potensi vaksin Sinovac menangkal B117, Prof Zubairi mengingatkan, vaksin bekerja menangkal infeksi dan melindungi tubuh. Maka itu, penting untuk masyarakat mengikuti vaksinasi sesuai waktu yang ditetapkan pemerintah.
"Saya sendiri sudah vaksinasi dan memang nggak apa-apa, padahal aku usia 74 tahun, pernah operasi jantung terbuka dan ada diabetes. Tidak usah takut vaksin. Tidak membuat efek samping yang bermakna," pungkasnya.