Teknologi pertanian terus berkembang. Pesawat tanpa awak (drone) kini bisa dipakai untuk menyemprot pupuk di sawah, seperti misalnya di Bantul.
Guna mempermudah proses bercocok tanam, perusahaan pengembangan pesawat tanpa awak (drone) asal Bantul menyewakan teknologi penyemprot (sprayer) pupuk cair terbaru untuk petani. Teknisnya, tiap desa harus mendata luasan lahan pertanian yang akan disemprot pupuk cair.
Perwakilan Frogs Filardi Ayun mengatakan, pihaknya sengaja mengembangkan Sekar Agriculture Drone sebagai penyemprot pupuk cair untuk membantu dunia pertanian agar berkembang lebih baik. Menurutnya, dengan pemanfaatan teknologi yang ada memudahkan petani dalam bercocok tanam.
"Ini dikembangkan tahun 2019, berat drone ini jika ditotal dengan pupuk cair yang diangkut dengan berat 10 Kg, mencapai 28 Kg. Biasanya jumlah pupuk cair yang diangkut ini untuk areal lahan pertanian seluas satu hektar," katanya saat menguji drone penyemprot pupuk cair di persawahan Kalurahan Pendowoharjo, Kapanewon Sewon, Bantul, Jumat (5/3/2021).
Selain itu, drone ini menggunakan baterai 12 cell lithium polymer dengan kapasitas 22.000 mAh dan dua alat semprot yang terpasang di bawah tangki. Drone ini juga dilengkapi dengan piranti GPRS serta lampu Led mampu beroperasi dalam durasi waktu 15-20 menit untuk menyemprot satu hektar.
https://cinemamovie28.com/movies/requiem-for-a-vampire/
"Dalam pengoperasiannya, drone ini akan berada di ketinggian antara 2-3 meter di atas tanaman padi yang berusia antara dua-tiga bulan," ucapnya.
"Dengan jarak itu, hamparan padi akan tersibak karena adanya angin dari enam motor penggerak sehingga pupuk bisa jatuh ke bawah," imbuh Ayun.
Sedangkan untuk waktu pengisian daya, Ayun menyebut satu baterai bisa full dalam waktu selama 30 menit. Dengan spesifikasi itu, dia mengaku para petani menyambut gembira kehadiran drone tersebut namun mereka keberatan dengan harga yang ditawarkan.
"Karena untuk satu unit drone Sekar ini, Frog saat ini membandrol senilai Rp 130 juta dengan sejumlah baterai cadangan dan piranti pendukung lainnya. Beberapa perusahaan yang mengelola perkebunan dan persawahan skala besar sudah membeli," ujarnya.
Oleh karena itu, pihaknya menargetkan Pemerintah Desa dalam skema sewa drone. Nantinya didata dulu berapa luasan yang akan disemprot dan Desa bisa membayar dengan dana Desa.
"Untuk sewa satu hektar sawah senilai Rp 250 ribu. Karena itu pemerintah desa melalui kelompok bisa mendata berapa hektar yang akan disemprot dan dana sewanya bisa diambilkan dari Dana Desa," katanya.
Salah seorang petani di Kapanewon Sewon, Margoyono mengaku jika tertarik dengan penggunaan drone untuk mempermudah bercocok tanam. Mengingat untuk menyemprotkan pupuk di satu hektar sawah membutuhkan waktu dua hari.
"Saya tertarik, tapi ya harganya yang mahal membuat kami petani kecil tidak mampu. Terus kalau dihitung-hitung untuk satu hektar dibutuhkan waktu dua hari (penyemprotan pupuk cair) dan per harinya kami membayar Rp 100 ribu ketika mempekerjakan buruh lepas," katanya.
https://cinemamovie28.com/movies/erotic-stories-2/