Buku berisi pengalaman diet artis Tya Ariestya sempat menjadi sorotan dan menuai kontroversi di kalangan ahli gizi. Pasalnya, ia menyebutkan bahwa sayur dapat menghambat penurunan berat badan.
Terkait hal tersebut, Ketua Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia, Profesor Hardinsyah, menyebutkan bahwa tidak terdapat bukti yang menyatakan bahwa sayur dapat mengganggu penurunan berat badan.
"Tidak ada bukti bahwa sayur itu mengganggu penurunan berat badan," kata Hardinsyah dalam webinar Pergizi Pangan, Rabu (10/3/2021), dikutip dari CNN Indonesia.
Disebutkan oleh Hardinsyah, justru terdapat sejumlah studi yang menunjukkan bahwa sayur dapat menurunkan berat badan.
"Bahkan [sayur] mendukung terjadinya percepatan penurunan berat badan," pungkas Hardinsyah.
Menurut data yang didapat dari Nurses Health Studies dan Health Professional's Follow-up Study menunjukkan bahwa seseorang yang meningkatkan asupan buah dan sayur justru lebih cenderung mengalami penurunan berat badan dibandingkan seseorang yang makan dalam jumlah yang sama, tetapi menurunkan asupan sayuran.
Sebab, sayuran mengandung nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti vitamin, mineral, serta antioksidan. Herdiansyah juga mengatakan bahwa terdapat nutrisi penting yang hanya didapat dari sayuran dan tidak bisa digantikan dengan makanan lain.
Selain itu, sayur juga terbukti dapat membantu metabolisme tubuh menjadi lebih baik, memperlancar buang air besar, serta bisa membersihkan racun yang terkandung dalam tubuh. Di sisi lain, diet dengan mengurangi asupan sayur malah meningkatkan risiko penyakit pencernaan, kanker, kenaikan berat badan, diabetes, jantung, dan depresi.
Sebagaimana dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan, setiap orang dewasa harus mengonsumsi minimal tiga porsi sayur serta dua porsi buah setiap harinya.
https://tendabiru21.net/movies/matthias-maxime/
Tak Terima Kritik BPOM soal Vaksin Nusantara, DPR: AstraZeneca Dibuang Saja
Dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX, anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menghentikan pemberian izin penggunaan darurat (EUA) untuk vaksin hasil produksi luar negeri.
Hal ini dikarenakan alotnya pemberian Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) uji klinis tahap II dari BPOM pada vaksin Nusantara yang digagas mantan Menteri Kesehatan RI dr Terawan Agus Putranto.
"Saya minta, setiap vaksin yang datang ke RI ini protokolnya dibuat sama. Tolong itu AstraZeneca jangan dipakai dulu, kalau perlu buang saja itu lalu dipulangkan, walaupun itu vaksin gratis. Karena protokolnya tidak sama dengan kemarin Sinovac itu," kata Saleh dalam raker Komisi IX yang disiarkan melalui YouTube, Rabu (10/3/2021).
Saleh menilai, BPOM tidak konsisten dalam memberikan izin penggunaan vaksin. Ia juga menyorot vaksin AstraZeneca yang belum lama lolos masuk, meski tidak melalui uji klinis di Indonesia. Sementara, ia merasa vaksin Nusantara ini cenderung dipersulit dalam hal perizinannya.
"Ini giliran vaksin Nusantara kenapa ini harus begono-begini, sementara pada saat vaksin asing datang ke Indonesia, EUA dipercayakan kepada negara lain," lanjutnya.