Kamis, 11 Maret 2021

Tak Terima Kritik BPOM soal Vaksin Nusantara, DPR: AstraZeneca Dibuang Saja

 Dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX, anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menghentikan pemberian izin penggunaan darurat (EUA) untuk vaksin hasil produksi luar negeri.

Hal ini dikarenakan alotnya pemberian Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) uji klinis tahap II dari BPOM pada vaksin Nusantara yang digagas mantan Menteri Kesehatan RI dr Terawan Agus Putranto.


"Saya minta, setiap vaksin yang datang ke RI ini protokolnya dibuat sama. Tolong itu AstraZeneca jangan dipakai dulu, kalau perlu buang saja itu lalu dipulangkan, walaupun itu vaksin gratis. Karena protokolnya tidak sama dengan kemarin Sinovac itu," kata Saleh dalam raker Komisi IX yang disiarkan melalui YouTube, Rabu (10/3/2021).


Saleh menilai, BPOM tidak konsisten dalam memberikan izin penggunaan vaksin. Ia juga menyorot vaksin AstraZeneca yang belum lama lolos masuk, meski tidak melalui uji klinis di Indonesia. Sementara, ia merasa vaksin Nusantara ini cenderung dipersulit dalam hal perizinannya.


"Ini giliran vaksin Nusantara kenapa ini harus begono-begini, sementara pada saat vaksin asing datang ke Indonesia, EUA dipercayakan kepada negara lain," lanjutnya.


Selain itu, Saleh juga menuding bahwa BPOM tidak lagi independen dan memiliki dasar ganda. Sebab, dalam pemaparan BPOM salah satu alasan pemberian PPUK uji klinis fase II vaksin Nusantara tidak diberikan, karena uji pra klinis pada binatang dilakukan pihak sponsor dari AIVITA Biomedical, Amerika Serikat.


Menanggapi hal ini, Kepala BPOM Penny K Lukito menegaskan BPOM adalah lembaga yang independen dan transparan. Ia juga mengatakan akan mendukung pengadaan vaksin Nusantara.


Namun, Penny menekankan bahwa seluruh proses pengembangan vaksin, termasuk vaksin Nusantara ini harus lolos tahapan yang berbasis ilmiah.


"BPOM akan transparan, kami tidak memiliki kepentingan untuk menutupi apapun. Tapi, ini merupakan sebuah proses yang berbasis scientific," tegasnya.


Seperti diketahui, vaksin AstraZeneca sudah mendapatkan izin EUA pada 22 Februari lalu, dengan efikasi 62,1 persen. Beberapa negara sudah mengeluarkan izin penggunaan darurat terlebih dulu.


"Apabila sudah mendapatkan emergency use authorization dari negara lain akan lebih mudah lagi, karena akan kita lihat kelayakan baiknya evaluasi tersebut sehingga akan lebih cepat," kata Penny beberapa waktu lalu.


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga sudah menyetujui penggunaan AstraZeneca, dan masuk ke dalam daftar penggunaan darurat (EUL) dari WHO.

https://tendabiru21.net/movies/sex-and-death-101/


Deteksi dan Penanganan Hipospadia, Kondisi yang Diidap Aprilia Manganang


Seorang atlet bola voli wanita, Aprilia Manganang, kini dinyatakan sebagai seorang pria usai melakukan sejumlah pemeriksaan. Disebut, ia mengidap hipospadia, yaitu kondisi kelainan bagian urogenital (saluran kencing).

Secara umum, kondisi tersebut merupakan kelainan bawaan sejak bayi baru lahir di mana bayi mengalami kelainan dengan adanya posisi lubang kencing yang tidak berada di tempatnya, yakni di tengah penis.


Saluran kencing seseorang yang mengidap hipospadia bisa terletak di bawah penis, batang penis, atau di bagian testis (buah zakar). Meski jarang terjadi, hipospadia bisa terjadi pada bayi. Menurut dr Melisa Anggraeni, M Biomed, SpA, seorang dokter spesialis anak, terdapat 10 dari 1.500 kelahiran bayi yang mengalami kondisi ini.


"Kelainan genital memang sering ditemukan pada bayi, tapi kalau kasus hipospadia enggak terlalu sering juga ditemukan," kata dr Melisa, dikutip dari HaiBunda.


Selain kelainan pada bagian saluran kencing, sejumlah pasien dengan kondisi ini juga bisa mengalami kelainan genetik lainnya atau hormonal. Sementara itu, hipospadia dapat ditemukan di awal dan diamati sejak bayi baru lahir.


"Paling tidak bisa dideteksi di 3 sampai 7 hari usia bayi bayi," ujar dr Melisa.

https://tendabiru21.net/movies/complete-breeding-the-aesthetics-of-confinement/

Perhimpunan Ahli Gizi Sentil Diet Tya Ariestya: Sayur Tidak Bikin Gemuk!

 Buku berisi pengalaman diet artis Tya Ariestya sempat menjadi sorotan dan menuai kontroversi di kalangan ahli gizi. Pasalnya, ia menyebutkan bahwa sayur dapat menghambat penurunan berat badan.

Terkait hal tersebut, Ketua Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia, Profesor Hardinsyah, menyebutkan bahwa tidak terdapat bukti yang menyatakan bahwa sayur dapat mengganggu penurunan berat badan.


"Tidak ada bukti bahwa sayur itu mengganggu penurunan berat badan," kata Hardinsyah dalam webinar Pergizi Pangan, Rabu (10/3/2021), dikutip dari CNN Indonesia.


Disebutkan oleh Hardinsyah, justru terdapat sejumlah studi yang menunjukkan bahwa sayur dapat menurunkan berat badan.


"Bahkan [sayur] mendukung terjadinya percepatan penurunan berat badan," pungkas Hardinsyah.


Menurut data yang didapat dari Nurses Health Studies dan Health Professional's Follow-up Study menunjukkan bahwa seseorang yang meningkatkan asupan buah dan sayur justru lebih cenderung mengalami penurunan berat badan dibandingkan seseorang yang makan dalam jumlah yang sama, tetapi menurunkan asupan sayuran.


Sebab, sayuran mengandung nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti vitamin, mineral, serta antioksidan. Herdiansyah juga mengatakan bahwa terdapat nutrisi penting yang hanya didapat dari sayuran dan tidak bisa digantikan dengan makanan lain.


Selain itu, sayur juga terbukti dapat membantu metabolisme tubuh menjadi lebih baik, memperlancar buang air besar, serta bisa membersihkan racun yang terkandung dalam tubuh. Di sisi lain, diet dengan mengurangi asupan sayur malah meningkatkan risiko penyakit pencernaan, kanker, kenaikan berat badan, diabetes, jantung, dan depresi.


Sebagaimana dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan, setiap orang dewasa harus mengonsumsi minimal tiga porsi sayur serta dua porsi buah setiap harinya.

https://tendabiru21.net/movies/matthias-maxime/


Tak Terima Kritik BPOM soal Vaksin Nusantara, DPR: AstraZeneca Dibuang Saja


Dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX, anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menghentikan pemberian izin penggunaan darurat (EUA) untuk vaksin hasil produksi luar negeri.

Hal ini dikarenakan alotnya pemberian Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) uji klinis tahap II dari BPOM pada vaksin Nusantara yang digagas mantan Menteri Kesehatan RI dr Terawan Agus Putranto.


"Saya minta, setiap vaksin yang datang ke RI ini protokolnya dibuat sama. Tolong itu AstraZeneca jangan dipakai dulu, kalau perlu buang saja itu lalu dipulangkan, walaupun itu vaksin gratis. Karena protokolnya tidak sama dengan kemarin Sinovac itu," kata Saleh dalam raker Komisi IX yang disiarkan melalui YouTube, Rabu (10/3/2021).


Saleh menilai, BPOM tidak konsisten dalam memberikan izin penggunaan vaksin. Ia juga menyorot vaksin AstraZeneca yang belum lama lolos masuk, meski tidak melalui uji klinis di Indonesia. Sementara, ia merasa vaksin Nusantara ini cenderung dipersulit dalam hal perizinannya.


"Ini giliran vaksin Nusantara kenapa ini harus begono-begini, sementara pada saat vaksin asing datang ke Indonesia, EUA dipercayakan kepada negara lain," lanjutnya.

https://tendabiru21.net/movies/upside-down/