Vaksinasi COVID-19 disebut masih menjadi problema. Pasalnya, percepatan vaksinasi untuk lansia sebagai kelompok rentan masih terhitung lambat.
"Kalau kita lihat itu lansia sampai sekarang yang divaksinasi baru 500 ribu sementara petugas publik sudah 1,8 juta sekian dosis. Percepatan di level petugas publik jauh lebih cepat dari pada lansia. Padahal lansia yang menjadi sasaran vaksinasi 20 juta lebih, sementara petugas publik tidak sampai 20 juta," ujar Co-founder Kawal COVID-19 Elina Ciptadi dalam webinar Katadata Insight Center, Jumat (12/3/2021).
Menurutnya, percepatan vaksinasi COVID-19 ini memang terhitung meningkat sejak awal pelaksanaannya.
Akan tetapi, percepatan vaksinasi COVID-19 untuk lansia perlu diupayakan. Pasalnya, kelompok inilah yang memiliki kerentanan tinggi terhadap gejala fatal dari infeksi COVID-19.
"Kami rasa masih perlu jadi perhatian percepatan di kelompok-kelompok yang rentan. Kami lihat percepatan di lansia masih tersendat, kalah jauh dibandingkan vaksinasi di petugas publik," imbuhnya.
Turut hadir dalam webinar, epidemiolog dari Universitas Airlangga Laura Navika Yamani menyebut, kendala percepatan vaksinasi COVID-19 di Indonesia sebenarnya disebabkan pemahaman masyarakat yang tidak merata soal urgensi vaksinasi.
Misalnya, masih banyak masyarakat yang mengaggap COVID-19 sebagai teori konspirasi belaka.
"Masyarakat percaya bahwa penyakit COVID masih sebagai teori konspirasi. Padahal kenyataannya, banyak korban karena infeksi COVID. Secara global, menyebabkan kematian 2,6 juta orang dan masih bisa terus meningkat," ujarnya.
Lebih lagi, banyak pula yang meragukan guna vaksinasi dan takut akan risiko efek samping dari vaksin. Padahal, partisipasi aktif masyarakat adalah kunci keberhasilan program vaksinasi.
"(Efek samping vaksin) memang sesuatu hal yang wajar. Ketika sudah mendapatkan vaksin, dari pengalaman yang sudah dilakukan, untuk vaksinasi kejadian pasca imunisasi atau efek simpang ini sifatnya adalah sementara. Kalau pun ada kejadian berat, sifatnya langka," ujarnya.
https://trimay98.com/movies/level-up/
Kemenkes: Batch 1 Vaksin Sinovac Kedaluwarsa Maret, Stok Lain Masih Setahun
Pemerintah terus mendorong akselerasi pelaksanaan vaksinasi COVID-19. Selain demi mempercepat pembentukan herd immunity, proses vaksinasi terus dilakukan sebelum masa kedaluwarsa vaksin.
Masa kedaluwarsa vaksin Corona Sinovac disebut hanya sampai 25 Maret 2021. Juru bicara vaksinasi Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan vaksin yang kedaluwarsa di tanggal tersebut adalah vaksin Sinovac yang datang di gelombang pertama.
"Batch pertama yang 1,2 juta (kedaluwarsa Maret-red). Sepertinya sudah habis karena batch 1 ya," katanya saat dihubungi detikcom, Jumat (12/3/2021).
Seperti yang diberitakan, sebanyak 1,2 juta dosis vaksin COVID-19 Sinovac di awal Desember 2020 lalu. Vaksin ini digunakan untuk memvaksinasi tenaga kesehatan sebagai kelompok prioritas.
Meski demikian, vaksinasi Corona di Indonesia masih tetap dibayang-bayangi masa kedaluwarsa. Saat ditanyai perihal vaksin lain yang saat ini beredar, Nadia mengatakan masa tahannya masih menunggu kelanjutan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Masih 1 tahun (masa kedaluwarsa-red). Nanti kita lihat pengumuman BPOM," pungkasnya