Suntik filler payudara yang dijalani model Monica Indah berujung nahas. Diduga karena tindakan 'dokter abal-abal', Monica kini didiagnosis mengalami mastitis. Lantas, aman nggak sih sebenarnya suntik filler?
Menurut dokter spesialis kulit dari DNI Skin Centre dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpKK, suntik filler memang tidak direkomendasikan untuk membesarkan volume bagian tubuh seperti payudara, bokong, tulang, tendon, ligamen, atau otot.
"Tujuannya adalah untuk meningkatkan volume payudara tetapi karena struktur pembuluh darah payudara komplek maka penyuntikan filler akan berpotensi menimbulkan efek samping. Beberapa efek sampingnya antara lain infeksi, dislokasi filler, degradasi filler," terang dr Darma saat dihubungi detikcom.
Ia menambahkan, risiko terjadinya infeksi semakin besar jika prosedur suntik filler tidak dilakukan dengan benar dan steril. Jika terjadi infeksi, pasien harus diberikan antibiotik intravena dan kondisi harus terus dipantau.
"Jika tidak mengalami perbaikan maka harus dilakukan tindakan penyedotan cairan filler dan nanah yang muncul tersebut," imbuh dr Darma.
Sebenarnya, filler sudah lumrah digunakan untuk mengoreksi sejumlah area wajah seperti garis senyum, pipi, memancungkan hidung, atau memanjangkan dagu. Namun, penyuntikkan filler hanya boleh dilakukan oleh dokter spesialis kulit atau bedah plastik.
Pilih penyedia layanan kesehatan yang terlatih untuk melakukan prosedur injeksi filler. Tanyakan kepada penyedia layanan kesehatan Anda tentang pelatihan dan pengalaman mereka," ujar dr Darma.
Penyuntikkan filler harus dianggap sebagai prosedur medis, bukan perawatan kosmetik. Dengan penanganan dokter bukan sembarang 'dokter', prosedur harusnya bisa dilakukan dengan steril, penanganan risiko pasca penyuntikkan pun tepat.
"Segera cari pertolongan medis jika Anda mengalami rasa sakit yang tidak biasa, perubahan penglihatan, kemerahan, bengkak, penampilan kulit putih, abu-abu, atau biru di dekat tempat suntikan, atau tanda-tanda stroke (termasuk kesulitan berbicara, mati rasa atau kelemahan pada wajah, lengan, atau kaki, kesulitan berjalan, perubahan penglihatan, wajah terkulai, sakit kepala parah, pusing, atau kebingungan)," pungkas dr Darma.
https://maymovie98.com/movies/puberty-the-movie/
Lawan 'Varian Raja' B1351, Efikasi Vaksin COVID-19 AstraZeneca 10,4 Persen
Vaksin COVID-19 AstraZeneca disebut dalam studi terbaru yang dipublikasi di New England Journal of Medicine (NEJM) tidak terlalu efektif mencegah kasus infeksi ringan varian COVID-19 B1351. Laporan menyebut efikasi vaksin hanya mencapai 10,4 persen.
Peneliti dari University of the Witwatersrand mengetahuinya dengan menganalisa data 2.026 relawan dewasa berusia 18-59 tahun. Relawan dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok menerima plasebo sementara yang lainnya diberi vaksin COVID-19 Astrazeneca.
Diketahui setidaknya 23 dari 717 orang di kelompok plasebo kemudian terinfeksi COVID-19. Sedangkan pada kelompok penerima vaksin ada 19 yang terinfeksi dari 750 orang. Dari data ini diperoleh efikasi umum 21,9 persen.
Hanya saja bila dilihat secara khusus, dari 42 kasus infeksi, sebanyak 39 atau 92,9 persen di antaranya disebabkan oleh varian B1351. Dari data ini diperoleh efikasi 10,4 persen.
Peneliti menekankan bahwa semua relawan yang terinfeksi mengalami gejala ringan-sedang. Tidak ada relawan yang sampai harus dirawat karena gejala berat.
Sebelum varian B1351 mendominasi, peneliti menyebut efikasi vaksin COVID-19 AstraZeneca bisa mencapai 75 persen mencegah infeksi dengan gejala ringan-sedang.
"Resistensi terhadap respons antibodi penetral memang diperkirakan akan menjadi karakteristik pandemi virus Corona di beberapa tahun ke depan. Tekanan yang membuat virus menjadi varian agar bisa tetap menular meski sudah ada imunitas karena infeksi alami atau vaksinasi," tulis peneliti seperti dikutip dari NEJM, Rabu (17/3/2021).
Varian B1351 sendiri mendapat julukan 'varian raja' di antara kalangan peneliti karena memiliki mutasi yang membuatnya lebih resistan terhadap antibodi dibandingkan varian Corona lain.