Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut varian Corona B117 kemungkinan memang bisa lebih parah menimbulkan penyakit. Varian yang pertama kali terdeteksi di Inggris ini sudah menyebar luas, termasuk ke Indonesia.
Ahli penyakit infeksi dari WHO, Maria Van Kerkhove, menjelaskan bahwa studi terkait varian Corona B117 masih terus berjalan. Sejauh ini yang sudah diketahui adalah varian memiliki kemampuan menular yang lebih tinggi dan vaksin masih bisa melawannya.
"Dalam hal keparahan penyakit, ada beberapa penelitian di Inggris yang menunjukkan bahwa B117 lebih parah," kata Maria seperti dikutip dari situs resmi WHO, Rabu (17/3/2021).
Studi yang dipublikasi di jurnal The BMJ melaporkan tingkat kematian pasien yang terinfeksi B117 bisa 64 persen lebih tinggi bila dibandingkan dengan pasien yang terinfeksi varian umum sebelumnya. Hal ini diketahui setelah peneliti membandingkan data dari 54.906 pasien COVID-19 berusia 30 tahun ke atas.
Hal serupa juga sempat disebut oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).
"Pada bulan Januari 2021 para ahli di Inggris Raya melaporkan varian ini berkaitan dengan risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan varian lain. Tapi, perlu studi lanjutan untuk benar-benar membuktikannya," tulis CDC di situs resminya.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut varian Corona B117 sudah masuk ke Indonesia sejak awal tahun 2021. Awalnya varian terdeteksi pada warga Indonesia yang baru kembali dari luar negeri, tapi belakangan ada juga kasus penularan lokal.
"Adanya varian baru yang sebenarnya sudah masuk di awal tahun, 2 yang pertama dari Saudi Arabia untuk varian B117 dari UK dan 6 sampel kemudian juga diketahui, dua di antaranya juga dari Saudi Arabia dan sudah ada juga yang berasal dari transmisi lokal," ungkap Menkes Budi.
https://maymovie98.com/movies/black-swans/
Alasan BPOM RI Anjurkan Vaksin AstraZeneca Tak Dipakai Dulu
BPOM tengah melakukan kajian terkait keamanan vaksin AstraZeneca. Selama proses kajian, penggunaan vaksin buatan Inggris ini tidak direkomendasikan.
"Walaupun vaksin COVID-19 AstraZeneca telah mendapatkan Emergency Use Listing (EUL) dari WHO untuk vaksinasi COVID-19, Badan POM tetap melakukan pengkajian lengkap aspek khasiat dan keamanan bersama Komite Nasional Penilai Obat (KOMNAS PO) serta melakukan kajian aspek mutu yang komprehensif," terang BPOM dalam rilis resminya, Rabu (17/3/2021).
Vaksin COVID-19 AstraZeneca telah diterima Indonesia melalui COVAX Facility yang diproduksi di Korea Selatan. Bets vaksin yang telah diterima Indonesia ini disebut berbeda dengan bets produk yang diduga menimbulkan pembekuan darah. Diproduksinya pun di fasilitas produksi yang berbeda.
Sebanyak 15 negara di Eropa telah menangguhkan vaksin ini terkait kasus pembekuan darah usai penyuntikan. Termasuk di antaranya 2 kasus fatal di Austria dan Denmark setelah penyuntikan batch tertentu.
"Negara-negara tersebut melakukan penangguhan penggunaan sebagai tindakan kehati-hatian selama proses investigasi menyeluruh terhadap kasus tersebut sedang dilaksanakan. Namun demikian, izin penggunaan kondisi darurat (Emergency Use Authorization/EUA) tidak dicabut," terang BPOM.
BPOM kini masih mengkaji laporan kasus pembekuan darah yang terjadi di Austria. Selama pengkajian berlangsung, vaksin AstraZeneca tidak bisa digunakan di Indonesia.
"Selama masih dalam proses kajian, vaksin COVID-19 AstraZeneca direkomendasikan tidak digunakan" pungkas BPOM.
https://maymovie98.com/movies/the-swan-princess-a-royal-family-tale/