Minggu, 04 April 2021

Deretan Gejala Long COVID Paling Umum, Rambut Rontok hingga Gagal Ginjal

 Beberapa penyintas tak kunjung pulih dari sederetan gejala meski telah dinyatakan sembuh dari infeksi COVID-19. Tak hanya dialami penyintas COVID dengan riwayat penyakit komorbid, hal ini juga rupanya banyak dialami pasien berusia muda yang belum pernah terkena penyakit berat sebelumnya.

Dokter spesialis paru dari RS Persahabatan dr Diah Handayani, Sp.P(K) menjelaskan, cara untuk mendeteksi dan menangani risiko long COVID adalah dengan pemeriksaan menyeluruh pada pasien.


"(Pemeriksaan) menyeluruh. Apa yang harus dilakukan? Kita bisa melakukan pemeriksaan darah, rontgen, cek tekanan darah, inflamasi. Itu diperlukan bukan berarti seluruhnya menyelesaikan apa yang dialami," ujarnya dalam webinar oleh Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) cabang Jakarta, Sabtu (3/4/2021).


Hingga kini, belum ada kepastian soal gejala yang akan timbul dari kondisi fisik setiap pasien. Gejala yang terlapor pun kian beragam. Mulai dari gangguan pernapasan, kardiovaskular, hingga gejala-gejala yang awalnya sempat tak terduga seperti kerontokan rambut.


"Bukan mengada-ada tapi ini sindrom yang menyeluruh. Bisa saja tidak hanya 1, tapi banyak," imbuhnya.


Lantas, apa saja gejala berkepanjangan yang dikeluhkan oleh pasien long COVID? Berikut di antaranya:


Kardiovaskular: Miokardiopati, gangguan ventrikel, emboli

Respirasi (Paru): Penurunan fungsi paru, fibrosis

Ginjal: Gagal ginjal akut

Dermatologi: Ruam kemerahan pada kulit, rambut rontok

Neurologi: Disfungsi penciuman, pengecapan, gangguan tidur, penurunan kognitif, gangguan memori

Gangguan psikis: Depresi, ansietas (gangguan cemas), gangguan mood

https://indomovie28.net/movies/the-infiltrator-2/


Napi Bebas Setelah 37 Tahun, Kaget dan Bingung Lihat Ponsel


 Seorang narapidana di AS dibebaskan setelah 37 tahun dipenjara. Kembali ke dunia nyata, dia kebingungan melihat ponsel dan menghadapi dunia digital masa kini.

Tahun lalu, setidaknya 18 negara bagian AS membebaskan narapidana yang mendekati akhir masa hukuman, lanjut usia, atau yang rentan secara medis terpapar tertular COVID-19. Salah satunya adalah Renaldo Hudson.


Dikutip dari NBC News, setelah 37 tahun di penjara, Hudson terkaget-kaget saat diberi smartphone Samsung. Tentu saja dia bingung, karena teknologi ini tidak pernah terbayangkan oleh orang Amerika di tahun 1983, masa ketika dia mulai menjalani masa hukuman.


"Orang-orang mengajari saya, mengatakan hal-hal seperti 'Ini mudah, tinggal buka saja ini, buka saja itu, buka saja browser'. Saya pun balik bertanya, mungkin pertanyaan saya terdengar bodoh 'Apa itu aplikasi? Siapa browser-nya?' Seperti itu," cerita Hudson.


Hudson, seperti banyak orang yang meninggalkan penjara setelah menjalani masa hukuman yang lama, dengan cepat menyadari bahwa dia telah memasuki dunia baru, yang sangat bergantung pada teknologi dan inovasi.


Tantangan yang dia hadapi semakin besar dalam setahun terakhir karena dia menghadapi dunia yang sedang dilanda pandemi COVID-19. Seperti diketahui, situasi pandemi telah mendorong sebagian besar kehidupan kini dilakukan online.


Banyak dari layanan sosial dan program kerja yang diandalkan mantan narapidana untuk kembali ke masyarakat tidak dapat diakses tanpa pengetahuan yang komprehensif tentang internet.


Para ahli hukum menilai, ini adalah masalah yang terabaikan oleh organisasi yang bersangkutan. Mereka harus membantu dan memudahkan para mantan napi untuk mengaksesnya.


Jangankan di masa sekarang, jika dunia tidak sedang pandemi pun, para mantan napi terkadang susah payah beradaptasi dengan inovasi teknologi selama beberapa dekade yang berlalu saat mereka menjalani hukuman.

https://indomovie28.net/movies/the-infiltrator/

Jangan Keseringan, Catat 4 Akibat Terlalu Sering Masturbasi

 Selain bercinta, solo sex atau masturbasi merupakan salah satu cara untuk mencapai orgasme. Tak hanya dapat memenuhi hasrat seksual, masturbasi juga dianggap sebagai aktivitas seksual yang lebih aman dari seks.

Bahkan, beberapa orang telah menentukan jadwal kapan mereka harus masturbasi. Sementara itu, beberapa lainnya kerap mengikuti saja kapan mereka ingin melakukannya. Hanya saja, terkadang sejumlah orang merasa mereka telah terlalu banyak melakukan masturbasi.


Pikiran tersebut tentu saja sering kali membuat khawatir. Namun ternyata, tidak terdapat angka spesifik yang dapat dijadikan patokan seseorang telah terlalu sering masturbasi, selama aktivitas seksual yang satu ini tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.


Akan tetapi, kamu tetap perlu memperhatikan frekuensi masturbasi. Pasalnya, terlalu sering masturbasi justru bisa berdampak negatif, lho. Dikutip dari laman Times of India, berikut 4 dampak negatif jika seseorang terlalu sering masturbasi.


1. Bisa melukai area kemaluan

Terlalu sering masturbasi dapat menyebabkan luka dan cedera. Seperti kulit di area vagina dan penis yang menjadi lecet. Bahkan, dalam sejumlah kasus, terlalu banyak masturbasi dapat menyebabkan penyakit peyronie, yakni kondisi di mana penis melengkung dan terasa sakit saat ereksi. Jadi, jika kamu telah merasa tidak nyaman, sebaiknya kurangi frekuensi masturbasi.


2. Stres

Masturbasi berlebihan dapat mempengaruhi kehidupan sosial. Terlalu sering melakukannya dapat membuat kamu menjadi jarang keluar rumah. Hal ini dapat berdampak negatif bagi kesehatan mental. Saat hal ini terjadi, kamu disarankan mengunjungi dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.


3. Mempengaruhi kehidupan seks

Meski masturbasi dapat membuatmu tetap aktif secara seksual, masturbasi yang berlebihan justru dapat mempengaruhi kehidupan seks kamu dan pasangan, lho. Sebab, hal ini dapat mempengaruhi otak yang bisa membuat tubuh dan otak hanya akan merespons rangsangan saat kamu melakukan masturbasi. Sebaliknya, pada saat bercinta dengan pasangan otak dan tubuh malah menjadi kesulitan merespons.


4. Kecanduan

Tidak hanya masturbasi, semua jenis kecanduan tentunya akan sulit untuk dikontrol. Hal ini tentunya dapat memiliki pengaruh jangka panjang bagi seseorang. Saat hal ini terjadi, kamu bisa mengunjungi dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

https://indomovie28.net/movies/zero-day/


Deretan Gejala Long COVID Paling Umum, Rambut Rontok hingga Gagal Ginjal


Beberapa penyintas tak kunjung pulih dari sederetan gejala meski telah dinyatakan sembuh dari infeksi COVID-19. Tak hanya dialami penyintas COVID dengan riwayat penyakit komorbid, hal ini juga rupanya banyak dialami pasien berusia muda yang belum pernah terkena penyakit berat sebelumnya.

Dokter spesialis paru dari RS Persahabatan dr Diah Handayani, Sp.P(K) menjelaskan, cara untuk mendeteksi dan menangani risiko long COVID adalah dengan pemeriksaan menyeluruh pada pasien.


"(Pemeriksaan) menyeluruh. Apa yang harus dilakukan? Kita bisa melakukan pemeriksaan darah, rontgen, cek tekanan darah, inflamasi. Itu diperlukan bukan berarti seluruhnya menyelesaikan apa yang dialami," ujarnya dalam webinar oleh Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) cabang Jakarta, Sabtu (3/4/2021).


Hingga kini, belum ada kepastian soal gejala yang akan timbul dari kondisi fisik setiap pasien. Gejala yang terlapor pun kian beragam. Mulai dari gangguan pernapasan, kardiovaskular, hingga gejala-gejala yang awalnya sempat tak terduga seperti kerontokan rambut.


"Bukan mengada-ada tapi ini sindrom yang menyeluruh. Bisa saja tidak hanya 1, tapi banyak," imbuhnya.

https://indomovie28.net/movies/zero-days/